Hmm, kalau Penulis ditanya, kenapa suka menulis? Sejak kapan? Well, ini jawabannya.
Semua bermula saat Avatar Roku menghilang, kami semua panik karena tak ada seorang pun yang mampu mengalahkan Negara Api. Maaf, salah fokus. Oke, itu dimulai saat orang tua Penulis yang notabene adalah guru, menyediakan buanyak (harus pakai 'u' karena emang beneran buanyak) bahan bacaan di rumah. Koran, buku-buku pelajaran, komik, dan sebagainya. Pokoknya buanyak lah. Dari sanalah minat membaca Penulis timbul. Semua dibaca. Yah, namanya juga anak TK yang lagi belajar baca (eh, engga, ding. Waktu TK, Penulis udah bisa baca!) oke, ralat, lagi mengasah kemampuan membaca.
Jadi, di majalah itu, kan, banyak banget cerpennya, komiknya. Penulis terinspirasi untuk 'buat cerita sendiri'. Cerita-cerita ringan. Dulu sih cerita-cerita ringan itu ditulis tangan di buku kosong yang khusus untuk cerita-cerita buatan Penulis sampai satu buku itu abis sama tulisan Penulis semua. Itu berlangsung sampai Penulis kelas 7.
Waktu kelas 7, Penulis mulai PDKT sama komputer, mulai komputer di sekolah Abi, komputer di rumah kawan, sampai komputer di rumah Om. Semenjak masa PDKT itu, Penulis memutuskan untuk putus hubungan sama buku tulis. Penulis mulai 'ngetik' sembarangan, ngutak-atik microwave word, masukin gambar ke halaman, de-es-be. Apa aja Penulis ketik. Curahan hati, buah hayalan, de-el-el. Ini berlangsung beberapa tahun.
Begitu Penulis berstatus sebagai siswa SMA, saat itulah Penulis mulai menulis dengan serius. Serius di sini bukan bermaksud menguangkan menulis, ya. Penulis ga ada niat untuk bikin buku untuk tujuan komersil. Maksud Penulis dengan ‘serius’ di sini adalah Penulis mulai menulis dengan tema, ada jalan ceritanya, dan cerita itu ada penyelesaiannya. Bukan lagi cerita anak-anak bergenre recount yang sangat sederhana. Penulis udah merambah ke naratif yang dikombinasikan dengan genre lain seperti deskriptif dan diskusi. Dan sebagainya - dan sebagainya.
Kok isinya ga nyambung sama judul, ya?
Oke, alasan Penulis menulis itu sederhana: Penulis cinta menulis. Bukan cinta seperti kepada seseorang atau apa lah itu. Menulis membantu Penulis untuk mengungkapkan apa yang kadang tak sanggup diucapkan oleh lisan. Menulis juga membantu Penulis untuk merealisasikan hayalan ke dalam selembar kertas (ga mesti kertas sih, tapi ga enak kalau disebut selembar monitor). Jadi, Penulis itu sering dapat 'penglihatan'. Tapi bukan cenayang, ya. Semacam potongan-potongan adegan. Dari sanalah ide Penulis berawal. Entah lagi makan, lagi santai, atau lagi sholat sekalipun, 'penglihatan' itu muncul. Selesai berkegiatan itulah Penulis mulai merangkai 'penglihatan-penglihatan' itu hingga jadi satu alur cerita.
Kalau curahan hati, biasanya Penulis menuangkannya dalam bentuk puisi atau semi puisi atau itu syair? Entahlah. Yang pasti Penulis suka menuangkan curahan hati lewat kata-kata yang maknanya tersirat. Meskipun bicara 'hati', isinya ga melulu tentang cinta, kok. Kadang malah isinya kekesalan terhadap diri sendiri. Misalnya gara-gara ga bangun untuk sholat subuh. Saking kesalnya, jadi satu tulisan. Kalau mau tau contohnya, ada kok di akun Instagram Penulis. Postingan setahun lalu.
Oke, itu aja. Kira-kira udah menjawab atau belum? Komentarnya, please?