Hohoho!
Sebenernya ini postingan
telat, harusnya udah dari dua minggu yang lalu. Tapi apa daya, mood untuk
menulis lagi ga di badan. Kalau waktu sebenernya ada aja, tapi ya gitu, karena
si mood, ngutang deh akhirnya untuk challenge dua minggu yang lalu. Mood ini
susah banget diajak kerjasama, dan sialnya, kalau mood ga jalan, ide di kepala
pun mandeg. Idenya ada, tapi untuk dituangkan ke tulisan itu ga akan memuaskan
hasilnya. Baiklah, cukup excuse-nya, masuk ke materi aja.
Oke, topik Bloggers’ Challenges
dua minggu yang lalu itu dari Dwita, kalau penasaran gimana tulisan dia, bisa
dicek di blog Dwita di sini. Dia mau ABC (Anak Bloggers’ Challenges) bikin tulisan tentang orang-orang
yang menginspirasi Penulis untuk menulis, juga menginspirasi di hidup Penulis.
Kita cek satu-satu, ya.
Inspirator Menulis
Ini poin udah pernah Penulis buat
untuk postingan Bloggers’ Challenge dari Wawa (kalau kalian mau tau siapa cewek
rame ini, cek aja blognya di sini) di
masa awal BC (Bloggers’ Challenges) dibentuk. Waktu itu Wawa minta kami untuk
cerita tentang Lima Penulis Idola kami. Di situ Penulis udah nyebutin lima
penulis yang Penulis suka. Tapi bicara tentang inspirasi menulis, sebenarnya
Penulis itu hampir ga pernah terinspirasi untuk menulis dari tulisan orang.
Biasanya setelah membaca hasil
tulisan salah seorang penulis, Penulis akan secara otomatis mengikuti gaya
penulisan si penulis yang tulisannya baru Penulis baca. Makanya ga heran kalau
kadang gaya penulisan Penulis agak kaku, terus di lain kesempatan, gaya
penulisan Penulis jadi kocak. Penulis gampang terkontaminasi, gitu lah
istilahnya. Jadi Penulis ga bener-bener terinspirasi secara ide, hanya secara
gaya penulisan. Kalau ide, hampir semua pure dari kepala Penulis, orisinillah
pokoknya. Makanya kalau ada pembaca yang bilang tulisan Penulis mirip tulisan
si anu, Penulis tekankan kalau penulis engga tau, Penulis ga plagiat. Mungkin
kami punya ide yang mirip, itu aja.
Inspirator Hidup
Nah, kalau poin ini, belum ada,
makanya Penulis bakalan cerita satu-satu.
1. Abi
Abi itu lawan
begadoh sepanjang masa. Kalau Penulis lagi ada di rumah, hampir tiada satu
haripun yang berlalu tanpa suara perdebatan kami. Topik debat bisa apa aja,
mulai dari yang ringan sampai yang berat. Kalau udah dirasa debat berlangsung
alot, Ummi akan bertindak sebagai wasit untuk menghentikan perdebatan kami.
Tapi begitupun, kami tetap saling menyayangi, kok. Yah, walaupun cara
menunjukkan sayangnya itu dengan ngomel, tapi ngomel kan tanda kalau kami masih
saling peduli.
Nah, apa yang
membuat Abi jadi inspirator Penulis?
Inget pepatah
yang bilang tak ada rotan, akar pun jadi? Nah, itu artinya, yang Penulis kutip
dari blogogon.blogspot.co.id, kalau ga ada sesuatu yang baik, maka yang kurang
baikpun bisa digunakan untuk menggantikan.
Apa hubungannya
dengan cerita tentang Abi?
Ga ada.
Ahahahahahaha.
Jadi, nih, ya,
ada beberapa hal yang Penulis ilhami dari Abi. Pertama, Abi selalu bilang ke
Penulis untuk ga usah terlalu dekat dengan orang lain. Makanya Penulis sering
dimarahi kalau mau diajak ngumpul sama temen. Ngumpul yang Penulis maksud ini
ngumpul yang sekedar ngumpul, ga ada urusan dengan kerjaan atau sekolah. Tujuan
Abi baik kok, beliau cuma mau menghidarkan Penulis dari rasa kecewa. Mungkin
beliau pernah dikecewakan temennya dulu, makanya beliau ga mau Penulis
ngerasain hal yang sama. Tapi ya, gitu, Penulis bandel, masih mau juga
ngumpul-ngumpul sama temen. Dan bener, beberapa kali Penulis kecewa.
Kedua, Abi
orangnya individualis. Bukan berarti Abi ga punya temen, Abi punya kok. Tapi,
ya, sekedar berkawan. Ada sih, beberapa yang dekat, bahkan sampai sekarang
masih tetap komunikasi, tapi beneran cuma sedikit, bisa dihitung pakai jari.
Kalau dari yang Penulis tangkap, paham Abi tuh, begini, banyak kawan banyak
masalah, untuk apa banyak kawan kalau busuk. Nah, berangkat dari itulah,
Penulis juga membatasi diri. Padahal Penulis ikutan komunitas, loh. Kadang
bahkan ikutan kegiatan komunitas lain juga. Tapi, ya, gitu, sekedar aja.
Selesai acara, selesai kegiatan, bubar masing-masing. Ga ada cerita
ketemu-ketemu di luar itu untuk saling mengenal lebih jauh. Makanya kadang
keteteran kalau tiba-tiba sakit, terus ga tau mau minta tolong siapa. Yang
biasanya direpotkan, sih, Bang Boy (sstt, Abang ganteng yang satu ini juga
punya blog, ini link-nya),
Amru (mantan kawan sekamar Penulis ini punya blog juga, cek di sini),
Anggi, dan beberapa kawan lain.
Ketiga, Abi juga
menanamkan untuk ga usah memikirkan hal yang ga perlu. Urusan orang lain,
misalnya. Pokoknya selagi orang lain itu ga bersinggungan, ga usah dipikirin,
lah. Padahal Abi ini orangnya over thinking, lho. Beberapa tahun yang lalu
sempat kena stroke ringan perkara mikirin yang engga-engga. Alhamdulillah, udah
balik normal. Penulis makin ga mau mikirin urusan orang lain dong, ada bukti
nyata gitu.
2. Ummi
Nah, kalau Ummi
(kami anak-anaknya lebih sering panggil Umi ketimbang Ummi) itu kawan bergosip,
kawan curhat Penulis. Kalau ada waktu pulang, biasanya setelah dipaksa sih, ahahaha,
Penulis akan nempel ke Ummi, tujuannya ya biar bisa cerita-cerita. Ga peduli
tempat, mau di dapur, kek, di kamar, di ruang tamu, pokoknya bisa dipakai untuk
ngobrol berdua. Kalau ada si Dila, ngobrol bertiga lah kami.
Apa yang
menginspirasi dari Ummi?
Banyak, tapi
Penulis ambil sebagian aja. Pertama, Ummi itu jarang banget marah, kalau ngomel
sering. Ummi lebih suka diam kalau lagi marah. Sikap beliau yang kaya gitu lah
yang Penulis aplikasikan ke diri Penulis. Jadi Penulis lebih memilih diam waktu
marah. Kalau masih ngomel, itu berarti Penulis belum marah. Ya, gimana lagi,
kalau marah, Penulis sakit. Waktu PPL (Program Pengalaman Lapangan) dulu sering marah ke siswa, alhasil
setiap pulang ngajar jadi langganan demam. Sorenya baru agak mendingan. Karena
efek negatif itulah, akhirnya Penulis memutuskan untuk ngikutin cara Ummi, dan
alhamdulillah berhasil.
3. Kak Ria
Kak Ria ini
kakak kandung Penulis. Hampir ga pernah terekspos media karena dia bukan artis,
hehehe. Kak Ria ini lumpuh dari lahir, makanya jarang banget keluar rumah.
Kegiatannya lebih banyak dihabiskan di ruang keluarga, nonton TV. Acara kesukaannya
itu ga jauh-jauh dari selera abege cewek, acara musik yang menampilkan
band-band cowok Indonesia. Noah, Ungu, Nidji, dan kawan-kawan, Kak Ria lebih
tau dari kami. Tapi karena Kak Ria ga bisa ngomong dengan normal, makanya
dia cuma bisa teriak histeris waktu grup band itu mampang di TV. Sama kaya
penggemar boy band Korea lah.
Nah, apa nilai
yang Penulis ambil dari Kak Ria?
Penulis cuma kasih tiga orang aja di sini, sebenarnya banyak pake banget. Tapi paling engga, tiga orang ini udah cukup mewakili lah.
Gimana, kamu ada inspirator lain selain keluarga? Bagi-bagi dong di sini, tuh, di kolom komentar.
Yeeeee! Satu challenge selesai!