Whaaaaa! Kayanya udah lama banget ya, Penulis ga update
tulisan di blog ini. Yah, gimana, ya, Penulis itu nulis karena emang suka,
bawaan hati, jadi kalo hati lagi ngga pengen nulis, ya ga nulis. Jadi dari
bulan Mei sampai udah mau abis Agustus ini Penulis lagi masuk pada masa di mana
pikiran Penulis kemasukan banyak hal. Misalnya seleksi masuk UNS untuk studi
magister, terus dilanjut kegiatan di organisasi yang ga abis-abis yang disambi
dengan mengajar kursus. Memasuki bulan Juni, bulan Ramadhan, mood Penulis
semakin ngga memungkinkan untuk nulis. Di bulan Juli, Penulis sibuk
mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi beasiswa, semoga aja lulus, amin!
Kayanya udah cukup ngelesnya, ya? Baiklah, kita masuk ke
topik bahasan.
Jadi topik kali ini si Rian pengen tau pengalaman
masing-masing ABC (Anak Bloggers’ Challenge) saat mengikuti kompetisi. Well,
sebenarnya ga banyak sih kompetisi yang pernah Penulis ikuti, tapi mari kita
cek satu-satu ya!
Pengalaman Waktu Mengikuti Kompetisi
Seperti yang Penulis katakan di atas, Penulis ga punya banyak
pengalaman kompetisi. Ya, gimana lagi, bakat yang Penulis punya cuma jadi orang
yang menyebalkan dan jadi heart breaker alias tukang matahin hati anak orang.
Jelas lah ga ada kompetisi yang bisa Penulis ikuti. Tapi seingat Penulis,
Penulis pernah beberapa kali ikut lomba kok. Yok lah, kita cerita!
Lomba Antar Siswa di Madrasah
Jadi, dulu waktu Penulis masih duduk di bangku SD, Penulis
sekolah di dua sekolah, SD umum dan Madrasah Ibtidaiyah atau biasa di singkat
MI. Jadwal MI ini ngikutin jadwal SD. Kalo SD-nya masuk pagi, maka MI masuknya
siang. Kalo SD-nya masuk siang, maka MI-nya masuk pagi.
Nah, setiap menjelang peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan
Isra’ Miraj, MI tempat Penulis sekolah bakalan mengadakan lomba untuk
siswa-siswanya. Ada beberapa cabang lomba, misalnya lomba adzan, lomba sholat
subuh, lomba menghapal surat pendek, juga lomba peragaan busana muslim.
Lomba yang biasanya Penulis ikuti itu cuma dua, lomba sholat
subuh dan lomba menghapal surat pendek. Kalo lomba adzan, Penulis ga pernah.
Ngeri rasanya. Boro-boro ikutan lomba, sekali terpaksa adzan di mesjid aja
groginya setengah mampus. Itu baju udah kaya abis dipake olahraga saking
gugupnya!
Di dua cabang itu, biasanya lawan Penulis para siswi atau
siswa yang ngerasa bacaan sholatnya bagus. Dan seumur-umur Penulis ikut dua
lomba itu, ngga pernah dapat juara pertama. Pasti kalo ngga di posisi kedua ya
ketiga. Pernah bahkan Penulis dapet juara tiga dari tiga peserta. Terakhir
dong! Ahahaha!
Lomba Nasyid Sekecamatan
Lanjut, nih cerita waktu di MI. Jadi dulu ada kegiatan
tambahan yang sifatnya ngga wajib diikuti siswa MI yaitu nasyid atau dulu kami
lebih sering menyebutnya selawatan. Kalo kalian ngga tau nasyid itu apa, ini
Penulis jelaskan sedikit.
Nasyid itu ngga ubahnya dengan grup musik, cuma beda di
komposisi personilnya. Jadi di nasyid itu ada penyanyi utama, biasanya tiga
orang, terus ada penyanyi tambahan, biasa disebut penyanyi latar, mereka ini
jumlahnya ngga tentu, bisa cuma lima, bisa lebih. Terakhir, pemusiknya. Ada
beberapa alat musik yang umumnya dipakai di dalam kelompok nasyid. Ada gendang
dengan tiga ukuran yang berbeda. Yang paling besar namanya bas, yang ukuran
kedua namanya rebana, dan yang paling kecil namanya ketipung. Jumlah pemain gendang
di grup nasyid Penulis itu satu orang pemain bas, dua orang pemain rebana, dan
tiga orang pemain ketipung. Lanjut, alat musik berikutnya, mambo. Wujudnya itu
dua batang bambu berukuran sedang yang disusun di atas penyangga kayu.
Masing-masing bambu punya lubang membujur di salah satu sisinya. Pemainnya di
grup Penulis cuma satu orang. Kemudian ada tamborin. Ini ada dua jenis, yang
satu tamborin bolong, yang satu lagi tamborin berisi. Masing-masing ada satu
pemain. Terakhir, yang paling besar, bedug. Ini juga cuma satu pemain.
Oke, itu gambarannya. Nah, sama seperti MI tempat Penulis
sekolah, setiap menjelang peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Miraj,
beberapa mesjid akan mengadakan lomba nasyid tingkat kecamatan. Grup kami
selalu ikut, walaupun seingat Penulis ga pernah menang, soalnya saingannya
remaja dan orang tua. Grup kami isinya anak-anak semua.
Lomba Menyambut Hari Kemerdekaan
Setiap menjelang 17 Agustus, Pemerintah Kecamatan tempat
Penulis bermukim selalu mengadakan perlombaan. Biasanya yang dilombakan
merupakan cabang olahraga seperti sepak bola, voli, dan bulu tangkis. Ada juga
lomba Pasukan Baris Berbaris. Lomba PBB ini lah yang selalu Penulis ikuti
selama duduk di bangku SMP. Sama seperti lomba nasyid, tim PBB Penulis juga ngga
pernah meraih juara satu di lomba ini.
Olimpiade Sains USU
Penulis ingat waktu itu Penulis masih kelas dua SMA. Datang
undangan dari USU untuk mengikuti olimpiade sains tingkat provinsi. Karena dulu
Penulis ada di kelas unggulan, jadi kami ditawari terlebih dulu. Dan akhirnya
terpilihlah lima orang siswa untuk mewakili sekolah. Penulis dipercaya untuk
mengikuti olimpiade cabang mata pelajaran astronomi. Hasilnya adalah Penulis
dapat ranking 36. Agak kesal, karena ternyata 30 besarnya diberi pelatihan di
bidang masing-masing secara gratis oleh dosen USU selama satu bulan sebagai
persiapan untuk OSN. Tapi yang berlalu biarlah berlalu.
OSN SMA
Selama SMA, Penulis dua kali menjadi perwakilan sekolah untuk
mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat kabupaten, yakni waktu Penulis kelas
X dan kelas XI. Waktu kelas X, Penulis dijadikan tim pendukung, supaya nantinya
bisa menjadi tim inti waktu kelas XI. Mata pelajaran yang Penulis pilih adalah
fisika. Ngga banyak persiapan yang Penulis lakukan, karena pihak sekolah juga
ngga berharap banyak. Dan sesuai dengan yang udah Penulis prediksi, Penulis
ngga dapat juara. Cuma dua orang dari perwakilan sekolah yang mampu melanjutkan
di tingkat provinsi.
Di kelas XI, seperti yang Penulis bilang di atas, Penulis
dimasukkan ke tim inti. Dan memang persiapan waktu itu cukup matang. Semua
siswa yang menjadi perwakilan sekolah diberikan pelajaran tambahan sepulang
sekolah tiga kali seminggu. Bahkan pihak sekolah meminta beberapa guru bidang
studi untuk membimbing kami, kecuali mata pelajaran astronomi, mata pelajaran yang
Penulis pilih. Jadilah Penulis dan dua orang junior Penulis belajar secara
otodidak, hanya mengandalkan buku fisika, geografi dan beberapa buku relevan
yang ada dalam koleksi perpustakaan sekolah.
Dan alhamdulillah, usaha kami membuahkan hasil. Lima siswa,
termasuk Penulis, meraih juara tiga besar sehingga diberi kepercayaan untuk
mewakili kabupaten mengikuti OSN tingkat provinsi.
Seleksi tingkat provinsi dilaksanakan selama dua hari. Hari
pertama untuk mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan
di hari kedua, mata pelajaran yang dipertandingkan adalah geografi, astronomi,
dan TIK. Mungkin ada mata pelajaran lain, tapi Penulis lupa.
Kami dikumpulkan di Mess Naniko, berbaur dengan peserta dari
kabupaten lain. Karena pelaksanaannya di sebuah mess, tentu aja kamar kami
luas, hingga mampu menampung 16 orang dalam satu kamar. Hal ini membuat kami
lebih mudah untuk mengakrabkan diri. Beberapa dari mereka bahkan masih menjalin
hubungan dengan Penulis sampai saat ini.
Nah, di tingkat provinsi ini, Penulis kurang mempersiapkan
diri. Materi yang keluar sebagai soal belum semua Penulis pelajari, terutama di
bagian perhitungan. Awalnya Penulis mengira bahwa bentuk soal di provinsi sama
dengan bentuk soal di kabupaten, yakni pilihan berganda. Ternyata, di tingkat
provinsi, terdapat beberapa butir soal yang berbentuk esay dan uraian. Hal ini
membuat Penulis kesulitan untuk mengerjakannya. Sudah pasti Penulis ngga lulus
di tahap ini. Tapi ngga masalah. Penulis bisa sampai ke tingkat provinsi aja
rasanya udah syukur banget. Bisa jadi tambahan pengalaman sekaligus teman.
Ini aja kali, ya yang bisa Penulis ceritakan dari pengalaman
Penulis waktu mengikuti kompetisi. Mungkin ada beberapa yang ngga tercantukan
di sini, tapi Penulis udah lupa.
Oke, Penulis udah selesai cerita, nih. Kamu punya cerita
serupa? Atau malah lebih banyak lagi? Bagi-bagi dong di kolom komentar!