Haloooooow!
Selamat malam minggu! Penulis lagi mau nyicil hutang, nih. Udah tiga biji! Besok jadi empat. Penulis harus memaksakan diri supaya hutang-hutang ini lunas!
Nah, sekarang Penulis mau cerita-cerita tentang mengunjungi negara lain. Topik ini diajukan oleh Bang Boy. Dia pengen kami para ABC cerita tentang negara mana yang pengen dikunjungi dan kenapa. Dia mau kami cuma memilih satu negara aja. Well, challenge's accepted. Ayok kita cerita!
Negara yang Ingin Penulis Kunjungi
Ngomongin tentang berkunjung ke luar negeri, erat kaitannya dengan traveling, plesiran, foto-foto di landmark wilayah tersebut, dan sebagainya. Tapi sayangnya Penulis bukan tipe orang yang gitu pulak, lah.Sok! Emang udah pernah ke luar negeri?
Alhamdulillah, tahun 2013 lalu dikasih rejeki sama Allah untuk mengunjungi semenanjung Malaka alias Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ga lama, kok. Cuma satu minggu. Tapi alhamdulillah ada yang didapat dari sana selain cap stempel imigrasi di paspor.
Terus, Penulis itu tipe orang yang gimana?
Nah, balik ke paragraf sebelumnya. Penulis itu beda. Jadi, kalau Penulis mengunjungi satu tempat, Penulis akan menjadi pengamat abal-abal. Toleh kanan-kiri kaya mau nyeberang jalan, colek sana-sini, pokoknya kaya lagi observasi lokasi lah. Sesekali jepret kamera walaupun pakai kamera ponsel. Tapi yang Penulis foto itu objek atau lokasi sekitar, loh, ya. Bukan swafoto narsis ga jelas. Ada swafoto, tapi sekedar aja.
Nah, waktu Penulis lagi di tiga negara itu, sepenjang perjalanan itu Penulis mikir, oh, jadi kesibukan orang Singapura itu gini; oh, ternyata kebanyakan orang Singapura tinggal di tempat kaya gini; oh, MRT dan LRT itu begini toh; oh, ternyata pemukiman di sini itu begini, ya, dan sebagainya. Nah, setelah muncul oh-oh tersebut, mulailah pikiran Penulis menghubungkan situasi di sana dengan situasi di Indonesia. Hmm, bagusnya yang kaya gini diterapkan di Indonesia; ah, di Indonesia lebih baik di sektor ini, kok; wah, keren! Kapan Indonesia kaya begini, ya? dan seterusnya dan seterusnya. Jadi perjalanan Penulis itu diisi dengan berpikir.
Apa Penulis bisa menikmati 'jalan-jalan' yang begitu?
Syukurnya, bisa. Dengan cara itulah Penulis menikmati perjalanan. Penulis malah ngerasa rugi kalau pergi ke suatu tempat tapi ga bisa mempelajari sesuatu dari sana. Tapi ini ga berlaku untuk jalan-jalan ke 'emol' ya. Kalau ke 'emol' itu pengecualian.
Kayanya Penulis udah melenceng dari jalur, nih. Balik-balik!
Oke, jadi negara mana yang Penulis pengen kunjungi? Jeng jeng jeeeeeeeeng! JEPANG!
Hohoho! Kenapa Jepang?
Awalnya itu dari masa kecil dulu. Kalau kalian generasi 90-an, pasti familiar dengan kartun-kartun Jepang yang biasa ditayangkan di televisi setiap hari minggu mulai dari subuh sampai tengah hari. Ada Chibi Maruko-chan, Hamtaro, Let's Go, Doraemon, Crayon Shinchan, Ninja Hatori, P-Man, Saint Seiya, dan masih banyak lagi. Masih pada inget? Beberapa masih ditayangkan, sih, kaya Doraemon dan Ninja Hatori. Tapi kebanyakan udah dihentikan penayangannya. Kadang kangen, sih masa-masa itu. Tapi ya sudahlah, kembali ke jalur!
Dengan banyaknya kartun Jepang yang Penulis tonton waktu kecil (sampai sekarang juga elu masih kecil! Kagak gede-gede dari dulu!), Penulis jadi familiar dengan negeri asal bunga sakura itu. Gimana uniknya rumah-rumah mereka, kebiasaan-kebiasaan mereka, bahasanya.
Tapi mulai Penulis duduk di bangku SMP hingga SMA, pengaruh Jepang mulai tergerus, digantikan dengan pengaruh barat lewat lagu-lagu dan film-film mereka. Sampai akhirnya ketika Penulis masuk ke dunia perkuliahan, Jepang mulai kembali mempengaruhi Penulis. Penyebabnya, ANIME.
Jadi teman sekamar Penulis dulu itu suka banget mengunduh serial singkat Anime dari internet terus ditonton di kamar. Mau ga mau Penulis ikutan nonton dong, ya. Eh, lama kelamaan jadi ketagihan, pengen lagi, pengen nambah, pengen nonton terus. Ditambah lagi, karena Penulis kuliah di program studi pendidikan, otomatis Penulis harus tau gimana sih sistem pendidikan di negara lain. Dan hal ini membuat Penulis jadi makin jatuh cinta dengan Jepang. Sistem pendidikan di Jepang itu bagus, ini menurut Penulis, ya.
Di awal masa pendidikan (kelompok bermain, PAUD, TK, hingga sekolah dasar kelas 3), para siswa ditanamkan nilai-nilai moral yang baik seperti budaya antri, memberi salam, cara makan dengan sumpit yang benar, dan sebagainya. Jadi ga cuma nilai moral, nilai budaya mereka juga diterapkan ke anak-anak, supaya nantinya budaya mereka akan terus diturunkan ke generasi selanjutnya.
Nah, sebenarnya di Indonesia sendiri, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sudah berupaya agar adanya pengaruh moral di dalam kegiatan belajar mengajar. Hal itu tertuang di dalam Kurikulum 2013 (K13) di mana terdapat penilaian terhadap sikap siswa selama KBM dengan harapan bahwa untuk unggul atau untuk naik ke tingkat berikutnya, siswa tak hanya harus baik secara kognitif dan motorik, melainkan juga harus baik secara sikap dan perilaku. Sayangnya, kita lupa bahwa nilai moral itu bukan untuk dinilai, tapi diterapkan. Maka dari itu, pengaplikasian K13 di sekolah kurang mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Yang ada malahan, pengaplikasian K13 semakin memberatkan tugas guru karena bertambahnya poin penilaian.
Waaaaah! Pinter banget elu komentar, ya!
Nah, itu dia masalahnya. Penulis di sini bukan siapa-siapa. Bukan pejabat yang bisa secara langsung membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Penulis cuma bisa membagi buah pikiran Penulis lewat postingan blog ini. Kalau ada yang baca, kemudian tergerak hatinya untuk membuat perubahan, syukur alhamdulillah.
Itu doang yang bikin elu pengen ke Jepang?
Engga, tentu aja. Penulis juga penasaran gimana sih keseharian masyarakat di sana. Ga puas rasanya kalau cuma liat di televisi atau Youtube. Penulis pengen menetap di sana selama beberapa bulan, berbaur sambil mengamati kehidupan di Jepang, kemudian menerapkan hal-hal baik yang bisa Penulis ambil dari sana.
Kira-kira, Pemerintah buka lowongan untuk pengamat kaya Penulis engga, ya? Tinggal di negeri orang beberapa bulan, terus kembali dengan segudang hal positif yang bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Penulis ga perlu jalan-jalannya kok. Seriusan. Penulis menganggap jalan-jalannya itu bonus. Yang penting adalah ada hal baik yang bisa diambil dari kunjungan itu.
Ahahahaha! Kayanya Penulis kebanyakan mimpi, ya? Ga masalah, dong. Bukannya semua berasal dari mimpi?
Sebenarnya masih ada satu lagi negara yang Penulis pengen kunjungi, Finlandia. Sama kaya di Jepang, Penulis juga penasaran gimana, sih, kehidupan di sana. Kalau baca dari postingan orang di internet, sih, katanya di Finlandia itu kehidupannya serba teratur. Maka dari itu Penulis pengen ke sana, membuktikan seteratur apa, sih, hidup orang Finlandia itu. Ada yang mau jadi donatur untuk Penulis? Hehehe...
Oke, Penulis rasa Penulis cukup cerita tentang keinginan Penulis. Kalau kamu gimana? Pengen ke Jepang juga? Atau ke negara lain? Monggo bagi di kolom komentar!