Haloooooo! Ya ampun udah lama banget rasanya ga
posting tulisan untuk BC. Ga dapet kesempatan untuk pegang laptop selama dua
bulan belakangan ini. Kalaupun bisa pegang, pikiran ga bisa diajak serius. Tapi
alhamdulillah sekarang udah bisa balik lagi.
Di postingan kali ini, topik BC ke- 65, si Hera minta
para ABC untuk menceritakan tentang guru yang paling berkesan menurut kami,
kesan yang baik, tentu aja. Aku udah nemu beberapa nama sih untuk dimasukkan ke
dalam daftar guru yang berkesan. Tapi yang bakal aku cantumkan di sini cuma 3
orang aja. Bukan berarti yang lain ngga berkesan, hanya aja 3 orang ini yang
langsung kepikiran.
1. Pak De Kijo
|
Pak De Kijo jadi icon untuk pencarian SMA Negeri 1 Kuala, Langkat id.geoview.info |
Nama asli bapak ini adalah
Sukijo, tapi di sekolah lebih akrab dipanggil Pak Kijo. Nah, terus kenapa aku
panggil Pak De*? Iya, soalnya Pak De Kijo ini juga guru Ummiku waktu SMP, jadi
berasa dekat.
Aku ketemu Pak De Kijo di
bangku kelas XI dan XII. Beliau mengampu mata pelajaran biologi karena memang
waktu SMA aku memilih jurusan IPA (lalu berkhianat karena lanjut kuliah di
jurusan bahasa Inggris, ehehehe).
Yang membuat Pak De Kijo
berkesan untukku adalah karena walaupun beliau termasuk guru yang dihormati di
sekolah, beliau ngga membuat batas tebal antara guru dan siswa, sehingga kami
para siswanya merasa nyaman untuk belajar. Kegiatan belajar mengajar juga
menyenangkan karena beliau menyisipkan cerita pengalamannya terdahulu dan juga
menganalogikan materi pembelajaran ke dalam contoh kongkrit di kehidupan nyata.
Dulu, waktu lebaran, kami
pasti janjian untuk datang mengunjungi rumah Pak De, halal bihalal. Nah, saat
di rumah, Pak De Kijo lebih santai lagi dibanding di sekolah. Beliau ngga akan
segan duduk di atas tikar bersama kami, sambil bercanda dan mengobrolkan
bermacam-macam topik. Bahkan pernah, lho, Pak De memeriksa telapak tangan kami
bergantian, mengecek apakah ada penyakit serius yang kami derita. Sayang,
sekarang kami udah berpencar kemana-kemana, sulit untuk bisa ngumpul.
2. Pak De Sis
|
siap-sekolah.com |
Lagi-lagi, karena alasan
kedekatan, aku juga memanggil guruku ini dengan sebutan Pak De. Nama lengkapnya
Siswoyo. Dulu waktu masih bujangan, Pak De Sis ini merupakan partner in crime-nya Abiku. Jadi udah
berasa kaya saudara.
Aku diajar Pak De Sis
waktu kelas VII, mata pelajaran matematika. Cara mengajar Pak De unik. Kadang
beliau mengajar sambil melawak, kadang juga disisipi trik sulap.
Yang paling membekas dari Pak
De Sis adalah hukumannya. Jadi, Pak De Sis ini termasuk guru yang berorientasi
pada soal latihan. Jadi setiap selesai menjelaskan tentang satu materi, Pak De
Sis akan memberikan beberapa butir soal. Yang membedakan Pak De Sis dengan guru
lain adalah beliau akan memberikan hukuman untuk kesalahan di setiap butir
soal. Jadi kalau ada lima soal dan kami salah semua, maka kami akan di hukum
lima kali. Hukumannya apa?
Hukuman dari Pak De cuma 3
jenis kok. Pertama, Pak De Sis akan memukul ujung jari tangan kami yang telah
dikerucutkan. Ngga tanggung-tanggung, beliau memukulnya menggunakan penghapus
papan tulis. Pada inget kan kalau dulu penghapus papan tulis terbuat dari kayu tebal?
Nah, kalau ngga ada penghapus, beliau akan memukul ujung jadi kami dengan
penggaris kayu besar. Ini berlaku untuk siswa dan siswi.
Hukuman kedua adalah cubit
di leher. Bukan cubit yang sampai meninggalkan bekas biru-biru, kok. Tapi
katanya sih sakit juga. Ini hanya berlaku untuk siswi. Terakhir, cubit di dada.
Sama seperti cubit di leher, ini juga ngga meninggalkan bekas, tapi sakit.
Cubit di dada ini berlaku untuk siswa.
Yang aneh dari hukuman ini
adalah kami harus mengatakan ‘Terima kasih, Pak’ setelah beliau menghukum kami.
Dan lagi, saat-saat pemberian hukuman (ngomong-ngomong, Pak De Sis menyebut
hukuman ini sebagai hadiah) adalah yang paling kami tunggu setelah pengumuman
jawaban benar. Kami akan menertawakan teman yang diberi ‘hadiah’. Serius, deh,
walaupun ini namanya hukuman, ngga ada satupun dari kami yang ketakutan. Semua
senang. Dan aku cukup bersyukur selama satu tahun diajar oleh Pak De Sis, aku
cuma pernah sekali dipukul di ujung jari dan sekali dicubit di dada. Yang
langganan dihukum, banyaaaaaaaaaaaaak. Ahahahaha!
3. Pak Musa
Guru yang terakhir, namaya
Pak Musa. Beliau ini adalah guru seni rupa di kelasku mulai dari kelas X sampai
XII. Orangnya berbakat banget. Gambarnya itu rapi dan bagus. Kami jadi mudah
meniru jika diberi tugas menggambar. Pak Musa juga termasuk pribadi yang
santai, yang penting ngga keterlaluan. Soalnya kalau marah, serem juga. Cukup
sekali deh kami dimarahi, walaupun di kemudian hari hal itu jadi bahan bercanda
di antara kami.
Yang membuat Pak Musa
berkesan bagiku adalah saat kami diminta untuk membuat prakarya sebagai tugas
akhir mata pelajaran seni rupa kelas XII. Kami sekelas diminta membuat miniatur
dari sterofom. Awalnya Pak Musa memilih rumah sebagai objek, namun karena
terlalu rumit, objek miniatur diganti menjadi taman. Jadilah selama dua bulan,
beberapa hari dalam seminggu, kami mengerjakan tugas itu bersama-sama sepulang
sekolah. Dan yang membuat aku senang adalah saat Pak Musa mempercayakanku untuk
menuangkan ide kreatifku tanpa harus meminta izin dari beliau. Pak Musa hanya
sesekali mengarahkan dan memberi saran, selebihnya itu buah pikiranku dengan
dibantu beberapa teman sekelasku.
Kenapa begitu istimewa?
Entahlah, tapi saat itu aku merasa keberadaanku diperhitungkan, suaraku
didengar, ideku dihargai. Ada perasaan bangga saat miniatur tersebut selesai
dan mendapat apresiasi. Ah, susah diungkapkan dengan kata-kata, deh.
Oke, jadi tiga guru ini
yang menurut aku paling berkesan. Kalian gimana, ada cerita tentang guru yang
berkesan juga? Bagi-bagi dong!