Penulis balik lagi! Kali ini mau cerita tentang dunia
pendidikan, lagi. Tapi ini beda pembahasan kok. Kalau di topik sebelumnya
Penulis membahas tentang hal-hal yang ngga boleh dilakukan guru di sekolah, di
postingan ini Penulis mau membahas topik dari si Trias tentang biaya
pendidikan di Indonesia, apakah murah atau mahal. Uuuuuuuh! Masalah
uang! Cus masuk ke pembahasan!
Sekolah di
Indonesia, Murah atau Mahal?
Kalau dalam percakapan sehari-hari, pasti kamu sering
dengar pernyataan seperti ini, “Ngga ada yang gratis di dunia ini, bahkan mau
pipis pun bayar.” Pernah dengar dong, ya? Iya, pernyataan itu bisa jadi benar,
bisa jadi salah. Masih ada kok yang gratis, tapi ngga sedikit yang serba bayar,
termasuk pendidikan. Nah, pertanyaannya adalah, apakah untuk bersekolah di
Indonesia itu butuh biaya besar? Untuk menjawab pertanyaan ini, Penulis
menjadikan pengalaman Penulis sendiri sebagai dasar.
Ilustrasi Keadaan Kelas TK www.sinarharapan.co |
Tapi ingat, ini pengalaman Penulis dan adik yang
sekolah TK-nya ada di kota kecamatan. Bagaimana kalau di kota besar? Nah, kalau
di kota besar, untuk tingkat TK, di awal pendaftaran, setidaknya orang tua
harus mengeluarkan biaya 1-3 juta. Dan untuk uang bulanannya sekitar 100-300
ribu. Itu di sekolah yang biasa aja, lho ya?! Kalau di sekolah bonafit, pasti
lebih mahal dari itu.
Beranjak ke tingkat SD, Penulis bersekolah di SD
Negeri. Seingat Penulis, orang tua Penulis ngga mengeluarkan biaya yang banyak
ke pihak sekolah, soalnya ada program Wajib Belajar 9 Tahun. Jadi uang sekolah
gratis, buku paket juga dipinjamkan. Orang tua Penulis hanya membayar kebutuhan
tambahan seperti untuk baju olahraga dan ujian praktik, selebihnya gratis.
Wajib Belajar 9 Tahun radarsuperindo.wordpress.com |
Masuk ke SMP, Penulis juga masih bersekolah di sekolah
negeri. Masih karena program Wajib Belajar 9 Tahun, biaya sekolah Penulis juga
hampir gratis, hanya beberapa puluh ribuan sebulan untuk membayar komputer
setiap bulan dan baju olahraga yang dibayar waktu kelas 7. Buku paket juga
masih dipinjamkan oleh pihak sekolah. Tapi menjelang akhir masa SMP, tepatnya
semester kedua kelas 9, ada les tambahan di sekolah untuk persiapan menghadapi
ujian nasional dengan biaya 150 ribu untuk 3 bulan. Oh, iya, hampir lupa.
Karena Penulis masuk di kelas unggulan, ada biaya tambahan sebesar 120 ribu
untuk seragam khusus yang dikenakan pada hari senin-kamis. Berbeda dengan
Penulis yang bersekolah di SMP Negeri, adik Penulis melanjutkan sekolah
menengahnya ke pondok pesantren swasta. Walaupun swasta, biaya yang dikeluarkan
orang tua juga masih terjangkau. Uang sekolah sekitar 1,2 juta (Penulis lupa
apakah ini pertahun atau persemester) yang pembayarannya bisa dicicil dan uang
bulanan senilai 400 ribu, sudah termasuk biaya pemondokan dan konsumsi.
Di bangku SMA, lagi-lagi Penulis bersekolah di sekolah
negeri. Waktu itu program Wajib Belajar 12 Tahun belum dicanangkan, jadi setiap
bulan ada uang SPP yang harus dibayar sekitar 50 ribu. Buku paket juga dibeli
untuk pribadi dengan biaya sekitar 500 ribu pertahun. Ditambah baju olahraga di
kelas 10. Di semester kedua kelas 12, Penulis juga diberi les tambahan dengan
biaya (kalau Penulis ngga salah) 300 ribu untuk 3 bulan. Adik Penulis sendiri
masih sama dengan SMP karena dia melanjut ke Aliyah di pondok pesantren yang
sama.
Ilustrasi Suasana Ujian SNMPTN www.indowarta.com |
Bagaimana dengan adik Penulis? Alhamdulillah, pada
tahun 2016 kemarin dia juga diterima di salah PTN islam di Kota Medan. Karena
udah berlaku sistem UKT, jadi ngga ada yang namanya uang pembangunan di awal.
Orang tua Penulis hanya harus membayar SPP senilai 2 juta yang kini naik menjadi
2,1 juta persemesternya.
Gedung Pascasarjana www.uns.ac.id |
Nah, jadi itu gambaran biaya pendidikan menurut
pengalaman Penulis sendiri. Menurut kamu, jumlah segitu termasuk kategori murah
atau mahal? Kalau Penulis pribadi sih jumlah segitu murah, karena teman-teman
Penulis yang lain, biaya sekolahnya lebih mahal, hehehe…
Gimana, gimana, murah atau mahal? Kasih pendapat kamu
di kolom komentar ya?!