Tuesday, February 21, 2017

Para Pemberi Inspirasi di Hidup Saya


Hohoho!

Sebenernya ini postingan telat, harusnya udah dari dua minggu yang lalu. Tapi apa daya, mood untuk menulis lagi ga di badan. Kalau waktu sebenernya ada aja, tapi ya gitu, karena si mood, ngutang deh akhirnya untuk challenge dua minggu yang lalu. Mood ini susah banget diajak kerjasama, dan sialnya, kalau mood ga jalan, ide di kepala pun mandeg. Idenya ada, tapi untuk dituangkan ke tulisan itu ga akan memuaskan hasilnya. Baiklah, cukup excuse-nya, masuk ke materi aja.

Oke, topik Bloggers’ Challenges dua minggu yang lalu itu dari Dwita, kalau penasaran gimana tulisan dia, bisa dicek di blog Dwita di sini. Dia mau ABC (Anak Bloggers’ Challenges) bikin tulisan tentang orang-orang yang menginspirasi Penulis untuk menulis, juga menginspirasi di hidup Penulis. Kita cek satu-satu, ya.

Inspirator Menulis


http://assets-a2.kompasiana.com/statics/files/1420360486390535526.jpg?t=o&v=760
Ini poin udah pernah Penulis buat untuk postingan Bloggers’ Challenge dari Wawa (kalau kalian mau tau siapa cewek rame ini, cek aja blognya di sini) di masa awal BC (Bloggers’ Challenges) dibentuk. Waktu itu Wawa minta kami untuk cerita tentang Lima Penulis Idola kami. Di situ Penulis udah nyebutin lima penulis yang Penulis suka. Tapi bicara tentang inspirasi menulis, sebenarnya Penulis itu hampir ga pernah terinspirasi untuk menulis dari tulisan orang.


Biasanya setelah membaca hasil tulisan salah seorang penulis, Penulis akan secara otomatis mengikuti gaya penulisan si penulis yang tulisannya baru Penulis baca. Makanya ga heran kalau kadang gaya penulisan Penulis agak kaku, terus di lain kesempatan, gaya penulisan Penulis jadi kocak. Penulis gampang terkontaminasi, gitu lah istilahnya. Jadi Penulis ga bener-bener terinspirasi secara ide, hanya secara gaya penulisan. Kalau ide, hampir semua pure dari kepala Penulis, orisinillah pokoknya. Makanya kalau ada pembaca yang bilang tulisan Penulis mirip tulisan si anu, Penulis tekankan kalau penulis engga tau, Penulis ga plagiat. Mungkin kami punya ide yang mirip, itu aja.

Inspirator Hidup


Nah, kalau poin ini, belum ada, makanya Penulis bakalan cerita satu-satu.

1. Abi

Abi itu lawan begadoh sepanjang masa. Kalau Penulis lagi ada di rumah, hampir tiada satu haripun yang berlalu tanpa suara perdebatan kami. Topik debat bisa apa aja, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Kalau udah dirasa debat berlangsung alot, Ummi akan bertindak sebagai wasit untuk menghentikan perdebatan kami. Tapi begitupun, kami tetap saling menyayangi, kok. Yah, walaupun cara menunjukkan sayangnya itu dengan ngomel, tapi ngomel kan tanda kalau kami masih saling peduli.

Nah, apa yang membuat Abi jadi inspirator Penulis?

Inget pepatah yang bilang tak ada rotan, akar pun jadi? Nah, itu artinya, yang Penulis kutip dari blogogon.blogspot.co.id, kalau ga ada sesuatu yang baik, maka yang kurang baikpun bisa digunakan untuk menggantikan.

Apa hubungannya dengan cerita tentang Abi?

Ga ada. Ahahahahahaha.

Jadi, nih, ya, ada beberapa hal yang Penulis ilhami dari Abi. Pertama, Abi selalu bilang ke Penulis untuk ga usah terlalu dekat dengan orang lain. Makanya Penulis sering dimarahi kalau mau diajak ngumpul sama temen. Ngumpul yang Penulis maksud ini ngumpul yang sekedar ngumpul, ga ada urusan dengan kerjaan atau sekolah. Tujuan Abi baik kok, beliau cuma mau menghidarkan Penulis dari rasa kecewa. Mungkin beliau pernah dikecewakan temennya dulu, makanya beliau ga mau Penulis ngerasain hal yang sama. Tapi ya, gitu, Penulis bandel, masih mau juga ngumpul-ngumpul sama temen. Dan bener, beberapa kali Penulis kecewa.

Kedua, Abi orangnya individualis. Bukan berarti Abi ga punya temen, Abi punya kok. Tapi, ya, sekedar berkawan. Ada sih, beberapa yang dekat, bahkan sampai sekarang masih tetap komunikasi, tapi beneran cuma sedikit, bisa dihitung pakai jari. Kalau dari yang Penulis tangkap, paham Abi tuh, begini, banyak kawan banyak masalah, untuk apa banyak kawan kalau busuk. Nah, berangkat dari itulah, Penulis juga membatasi diri. Padahal Penulis ikutan komunitas, loh. Kadang bahkan ikutan kegiatan komunitas lain juga. Tapi, ya, gitu, sekedar aja. Selesai acara, selesai kegiatan, bubar masing-masing. Ga ada cerita ketemu-ketemu di luar itu untuk saling mengenal lebih jauh. Makanya kadang keteteran kalau tiba-tiba sakit, terus ga tau mau minta tolong siapa. Yang biasanya direpotkan, sih, Bang Boy (sstt, Abang ganteng yang satu ini juga punya blog, ini link-nya), Amru (mantan kawan sekamar Penulis ini punya blog juga, cek di sini), Anggi, dan beberapa kawan lain.

Ketiga, Abi juga menanamkan untuk ga usah memikirkan hal yang ga perlu. Urusan orang lain, misalnya. Pokoknya selagi orang lain itu ga bersinggungan, ga usah dipikirin, lah. Padahal Abi ini orangnya over thinking, lho. Beberapa tahun yang lalu sempat kena stroke ringan perkara mikirin yang engga-engga. Alhamdulillah, udah balik normal. Penulis makin ga mau mikirin urusan orang lain dong, ada bukti nyata gitu.

2. Ummi

Nah, kalau Ummi (kami anak-anaknya lebih sering panggil Umi ketimbang Ummi) itu kawan bergosip, kawan curhat Penulis. Kalau ada waktu pulang, biasanya setelah dipaksa sih, ahahaha, Penulis akan nempel ke Ummi, tujuannya ya biar bisa cerita-cerita. Ga peduli tempat, mau di dapur, kek, di kamar, di ruang tamu, pokoknya bisa dipakai untuk ngobrol berdua. Kalau ada si Dila, ngobrol bertiga lah kami.

Apa yang menginspirasi dari Ummi?

Banyak, tapi Penulis ambil sebagian aja. Pertama, Ummi itu jarang banget marah, kalau ngomel sering. Ummi lebih suka diam kalau lagi marah. Sikap beliau yang kaya gitu lah yang Penulis aplikasikan ke diri Penulis. Jadi Penulis lebih memilih diam waktu marah. Kalau masih ngomel, itu berarti Penulis belum marah. Ya, gimana lagi, kalau marah, Penulis sakit. Waktu PPL (Program Pengalaman Lapangan) dulu sering marah ke siswa, alhasil setiap pulang ngajar jadi langganan demam. Sorenya baru agak mendingan. Karena efek negatif itulah, akhirnya Penulis memutuskan untuk ngikutin cara Ummi, dan alhamdulillah berhasil.

3. Kak Ria

Kak Ria ini kakak kandung Penulis. Hampir ga pernah terekspos media karena dia bukan artis, hehehe. Kak Ria ini lumpuh dari lahir, makanya jarang banget keluar rumah. Kegiatannya lebih banyak dihabiskan di ruang keluarga, nonton TV. Acara kesukaannya itu ga jauh-jauh dari selera abege cewek, acara musik yang menampilkan band-band cowok Indonesia. Noah, Ungu, Nidji, dan kawan-kawan, Kak Ria lebih tau dari kami. Tapi karena Kak Ria ga bisa ngomong dengan normal, makanya dia cuma bisa teriak histeris waktu grup band itu mampang di TV. Sama kaya penggemar boy band Korea lah.

Nah, apa nilai yang Penulis ambil dari Kak Ria?

Tetap berusaha bahagia. Iya, Kak Ria itu seakan ga peduli dengan segala keterbatasannya. Makan mesti disuapi, mandi ya dimandikan, mau kemana-kemana mesti diangkat. Tapi Kak Ria hampir ga pernah murung. Bahagia terus bawaannya. Padahal, nih, ya, setiap ada orang datang ke rumah terus ngeliat keadaan Kak Ria, mereka pasti ngeliat Kak Ria dengan ekspresi yang miris banget, ngerasa kasihan gitu. Padahal Kak Ria ga ngerasain hal itu. Kami satu keluarga juga ngerasa biasa aja dengan kondisi Kak Ria. Maka dari itu, Penulis selalu berusaha untuk tetap bahagia apapun keadaannya. Belajar dari Kak Ria itulah.



Penulis cuma kasih tiga orang aja di sini, sebenarnya banyak pake banget. Tapi paling engga, tiga orang ini udah cukup mewakili lah.

Gimana, kamu ada inspirator lain selain keluarga? Bagi-bagi dong di sini, tuh, di kolom komentar.

Yeeeee! Satu challenge selesai!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...