Tuesday, January 31, 2017

Bagaimana Cara agar Bisa Hidup Sehat?


Tulisan ini masih, dan akan selalu menjadi bagian dari proyek Bloggers' Challenges. Nah, kali ini yang kasih ABC topik itu si Trias, untuk pertama kalinyaaaaaa.

Apa  tema dari si Trias?

Temanya adalah Hidup Sehat. Waktu Penulis tanya gimana hidup sehat yang dimaksud, ini si Wawa yang jawab, tapi si Trias juga sepaham. Jadi topik hidup sehat di sini bisa diartikan sebagai makna hidup sehat menurut masing-masing ABC, bisa juga dimaknai dengan tips atau kiat agar bisa hidup sehat.

Lantas Penulis pilih yang mana?

Mari kita ulas aja langsung.

Hidup Sehat


Sebelum kita jauh-jauh bahas kiat supaya bisa hidup sehat, kita tilik dulu makna hidup sehat dari kacamata Penulis.

Jadi, menurut Penulis, hidup sehat itu adalah kondisi di mana kamu bisa bangun pagi tanpa keluhan sakit punggung atau leher, kamu bisa bebas menjalani hari tanpa keluhan nyeri di beberapa bagian tubuh kamu, kamu bisa puas makan tanpa perlu takut efek samping, dan terakhir, kamu bisa terlelap tanpa terganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak perlu dan atau karena mimpi buruk.

Kenapa Penulis berpendapat seperti itu?

Pertama, kalau kamu bisa bangun tanpa keluhan sakit punggung atau leher, berarti tidur kamu berkualitas. Bukankah tidur yang berkualitas juga menjadi salah satu kunci penting hidup sehat?

Kedua, kamu bisa bebas menjalani hari tanpa keluhan nyeri di beberapa bagian tubuh. Itu artinya tubuh kamu siap untuk beraktifitas.

Bagaimana tubuh yang dikatakan siap itu?

Tubuh kamu cukup asupan nutrisi, juga cukup istirahat. Jadi kamu ga akan mengeluh sakit di sini lah, nyeri di situ lah. Pokoknya aman damai sentosa, deh.

Ketiga, kamu bisa puas makan tanpa perlu takut efek samping.

Gimana bisa kamu puas makan tanpa takut efek samping?

Gampang. Puas di sini bukan diartikan sebagai sesuatu yang berlebihan, melainkan memenuhi kebutuhan. Jadi kamu bisa memenuhi kebutuhan kamu lewat makanan tanpa takut efek samping itu ya dengan cara memperhatikan asupan makanan yang kamu makan. Udah lengkap sayur dan buahnya? Gimana dengan susunya? Kalau ga makan nasi, ada bahan yang bisa mengganti karbohidrat nasi engga? Nah, kalau pertanyaan-pertanyaan di atas bisa kamu jawab dengan oke, dijamin kamu puas makan deh.

Terakhir, kamu bisa terlelap tanpa terganggu pikiran kamu. Hohoho! Kamu tau engga, sih, kalau pikiran kamu itu efeknya besar banget bagi tubuh kamu? Kalau kamu punya beban pikiran yang berat, itu bisa mengganggu kondisi fisik kamu, lho. Seperti penyakit stroke, misalnya. Selain karena pengaruh kolestrol dan sederet penyakit orang kaya lainnya, beban pikiran juga ikut andil untuk memperlancar terjadinya stroke.

Nah, lantas gimana dong supaya empat poin di atas bisa kita penuhi?

Check this out!

Kiat Hidup Sehat Ala Penulis

ABC yang lain pasti bakalan bahas tentang olehraga, makan dan istirahat teratur dan semacamnya. Untuk itu, di sini Penulis akan kasih tips yang beda.

1. Mendekatkan Diri kepada Tuhan

Yuhuuu! Poin pertama ini berkaitan dengan hubungan kita sebagai manusia kepada Sang Pencipta. Udah semestinya, kita makhluk ciptaan-Nya yang ga seberapa ini menjalin hubungan baik dengan-Nya. Gimana caranya? Beribadah, tentu aja paling pertama. Berikutnya curhat. Iya, curhat ke Tuhan. Kamu mau Tuhan bantu menyelesaikan masalah kamu, kan? Cerita dong ke Dia. Tuhan emang Maha Tau, tapi alangkah baiknya kalau kita tetap cerita, tetap curhat. Mana tau Dia kasih jalan cepat untuk kita.

BTW, Penulis buat poin ini untuk kalian semua dan juga untuk Penulis sendiri. Artinya, Penulis juga harus belajar melakukan poin pertama ini.

2. Memaafkan Diri Sendiri


Poin kedua ini datang dari pengelaman Penulis sendiri. Ada kalanya kita sebagai manusia fana yang tak luput dari dosa ini berbuat salah kepada manusia lain. Dan ada kalanya rasa bersalah itu tetap mendekam di hati dan pikiran kita meskipun si korban sudah memaafkan kita. Ternyata ada satu tahap lagi yang perlu kita lakukan, yakni memaafkan diri sendiri. Ini bahkan lebih sulit daripada meminta maaf kepada orang lain, lho. Penulis aja ga tamat-tamat ngelakuinnya.

3. Berpikiran Positif



Poin ketiga ini juga Penulis ambil dari pengalaman pribadi. Pernah suatu waktu, Penulis dihadapkan pada kondisi yang menggantung, Penulis merasa ada yang salah antara hubungan Penulis dengan seseorang. Penulis udah berpikiran jauh entah kemana. Tapi ternyata setelah dikonfirmasi ke seseorang yang dimaksud, ternyata ga ada masalah apa-apa. Hanya kebetulan waktunya ga pas. Jujur, di masa 'menggantung' itu, Penulis jadi ga tenang. Penulis jadi berpikir kalau Penulis udah berprasangka terlalu jauh. Harusnya Penulis lebih santai menghadapinya. Semenjak itulah Penulis berusaha untuk selalu berpikir positif, sembari tetap mengonfirmasi agak ga ada kesalahpahaman di antara Penulis dan seseorang itu.

4. Mengikuti Tips Kebugaran Tubuh


Nah, poin ini mirip dengan poin-poin hidup sehat pada umumnya. Misalnya dengan menjaga asupan nutrisi yang masuk ke tubuh, rajin berolahraga, menjaga kebersihan tubuh dan tempat tinggal, serta selalu membuat persiapan untuk keadaan yang ga diinginkan. Bilangnya gampang, ya, kan. Tapi melaksanakannya, beh! Susah! Iya, susah kalau kamu dari awal udah mikir kalau ini bakalan susah. Balik ke poin ketiga, berpikir positif. Kamu pasti bisa kalau kamu berusaha. Ga mesti langsung pake cara ekstrim, kok. Santai aja, pelan-pelan. Yang penting tujuan kamu tercapai.

Oke, ini aja kiat-kita hidup sehat dari Penulis. Kamu ga setuju? Mau adu argumen? Atau ngajak ribut? Yuk, mari. sini, bilang semuanya di kolom komentar.

Trias, udah, yaaaaa!

Sunday, January 29, 2017

Saat Aku Berusia 30 Nanti


Aholaaaaaaa!

Postingan ini Penulis buat demi menyelesaikan tantangan si Rian di proyek Blogger's Challenges. Dia pengen semua ABC cerita-cerita tentang rencana kami atau ekspektasi kami saat usia 30 tahun nanti. Ayoklah kita cerita-cerita!

When I'll be 30 later


Usia 30 itu berarti masa matangnya segala aspek kehidupan bagi laki-laki. Mulai mapan, dewasa, hidup terstruktur dan sebagainya. Di usia inilah para pria mulai disebut atau dijuluki 'Papa-papa Ganteng/Cakep'. Tapi itu kalau wajahnya ganteng atau cakep, ya. Kalau mukanya biasa aja, ya ga bakalan dijuluki begitu. Nah, kira-kira, gimana pandangan Penulis sendiri kalau Penulis berusia 30 nanti? Ini dia.

Seperti biasa, rutinitas pagi seorang single parent itu, ya mempersiapkan diri sendiri untuk mengajar, sekaligus menyiapkan segala persiapan anak untuk sekolah. 30 tahun, berarti sekitar 7 tahun lagi, dong, ya? Nah, kalau begitu si Dimas (Penulis pengen punya anak cowok, satu aja, namanya Hadimastra Arif. Penulis bakalan panggil dia Dimas, adopsi) usianya juga udah 7 tahun, berarti dia udah kelas 2 SD.

Nah, kegiatan pagi untuk mempersiapkan anak SD kelas dua itu, ya mulai dari membangunkannya, mengajak dia sholat subuh, memeriksa isi tasnya, mengajak dia mandi sekaligus berpakaian, sarapan bareng, menyiapkan bekalnya, terakhir, mengantarkannya ke sekolah. Begitu semuanya beres, baru deh Penulis berangkat ke kampus untuk mengajar.

Yah, namanya dosen, tugas pokok pertamanya itu, ya, pasti mengajar, tapi yang diajari itu mahasiswa. Mengajar dari pagi sampai siang, begitu jam istirahat, Penulis keluar kampus, untuk menjemput si Dimas tentu aja, terus mengajaknya ke kampus. Di kampus, kami makan siang bareng di ruangan Penulis (kalau ada. Kalau ga ada, ya di ruang dosen). Selesai makan siang, si Dimas bakalan Penulis suruh istirahat. Penulis sendiri ngapain? Ya, kalau masih ada jadwal mengajar, ya, mengajar. Tapi kalau ga ada lagi, namanya dosen, ya mempersiapkan proyek penelitian bersama beberapa mahasiswa. Sorenya, semua kegiatan, selesai ga selesai, harus dihentikan. Penulis ga mau pulang malam. Bawa anak, lho ini. Mau memakai jasa pengasuh anak, Penulis ga percaya. Jadi diasuh sendiri aja.

Begitu nyampe di rumah, Penulis menyuruh si Dimas mandi, sedangkan Penulis sendiri menyiapkan makan malam. Iya, untuk makan, Penulis lebih memilih masak sendiri atau beli di luar kalau ga sempat masak, ketimbang pakai jasa pembantu. Tapi kalau beres-beres rumah, tetep pakai jasa pembantu, lah.

Malam hari, selesai makan, Penulis beralih ke tugas-tugas perkuliahan, si Dimas sibuk dengan tugas sekolahnya. Kalau sempat, kami akan menonton tv sebentar, terus pindah ke kamar. Di tempat tidur, Penulis bakal sempatkan untuk pillow talk beberapa menit sebelum tidur. Udah, terus kami tidur, deh.

Naaaaaah! Gimana, kira-kira udah bisa dibayangkan gambaran gimana entar Penulis waktu usia 30 tahun. Ada yang sama? Atau perkiraan kalian lebih keren dari punya Penulis? Monggo bagi di kolom komentar.

NB: Itu foto Om Gunawan cuma buat representasi, ya. Tapi ngarepnya sih bisa seganteng dia juga, lebih ganteng kalau bisa, pun. Ihihihihihihihihihi.

Wednesday, January 25, 2017

#10DaysKF 7th Day - Tulisan yang Mampu Membuatku Kuat

Fyuh! Ngebut ini untuk tantangan hari ketujuh. Apa cerita kita kali ini? Nah, kali ini si Momon kepo, pengen tau tulisan apa yang bisa membuat saya menjadi kuat. Bisa kita sebut sebagai kalimat motivasi juga, sih. Okelah, saya langsung kasih tau aja.

Jadi, tulisan atau kalimat yang bisa membuat saya kuat itu adalah cuplikan atau kutipan dari Al-Qur'an:

"Allah tidak akan mencoba hamba-Nya melebihi batas dari kemampuannya"

Nah, kalimat di atas ini lah yang saya jadikan penyemangat saat saya lelah, saat saya lemah, saat saya terpuruk. Kalimat ini memotivasi saya, bahwa jika Allah menimpakan suatu nikmat atau musibah kepada saya, tak lain dan tak bukan karena Allah yakin saya bisa melewatinya, saya bisa menyelesaikannya.

Kalau Allah aja udah yakin terhadap diri saya, kenapa saya harus ragu?

Kalau kamu, apa? Share dong di kolom komentar!?

#10DaysKF 6th Day - Hal yang Membanggakan Bagiku, Remeh bagi Orang Lain

Hosh! Ini tantangan hari keenam. Topiknya, menceritakan tentang hal yang membanggakan bagi saya, tapi orang lain meremehkan.

Oke, kita langsung aja.

Hal yang Membuatku Bangga

Namanya mahasiswa, pasti pernah merasakan yang namanya sibuk mengejar dosen demi mendapatkan seiprit tandatangan. Begitu pula dengan saya, apalagi mendekati semester akhir kemarin.

Jadi, waktu semester akhir (semester 8 dan 9) kemarin, saya sedang heboh-hebohnya menyelesaikan tugas akhir, mahakarya fenomenal sang mahasiswa bernama skripsi. Mulai dari studi kasus, cari referensi, diskusi dengan teman senasib sepenanggungan, hingga menyatroni dosen setiap hari demi tandatangan.


Nah, kebetulan, saya mendapat dosen pembimbing skripsi yang lumayan perfeksionis. Mulai dari outline, proposal, hingga skripsi saya, diperiksa kata demi kata, sehingga kesalahan kecil pun pasti dapat. Karena itulah saya harus ekstra hati-hati dalam meramu kata, mengutip sumber, serta membuat kesimpulan. Saya harus bolak balik mengecek skripsi saya, bolak balik mengecek sumber, bolak balik mengecek kata demi kata. Dan juga, saya harus diskusi ke beberapa orang, baik itu teman maupun dosen, sebelum menyerahkan skripsi saya ke dosen pembimbing saya.

Karena usaha yang luar biasa itulah yang akhirnya membuat tandatangan dosen saya itu begitu spesial. Mendapat tandatangan beliau serasa mendapat izin untuk masuk surga (oke, ini hiperbola), bangga banget. Tau enggak, selepas mendapat tandatangan beliau, saya pasti demam. Itu karena saking nggak tahan batin menerima tandatangannya yang luar biasa itu. Jadi selama proses mengerjakan skripsi hingga selesai, saya perlu setidaknya enam kali tandatangan beliau, enam kali juga saya demam.

Tapi hal itu hanya berlaku bagi saya dan beberapa teman saya yang dosen pembimbingnya sama. Selain itu, ya teman-teman saya santai, menganggap tandatangan dosen pembimbing itu bukan hal yang spesial. Tinggal sekali dua kali mendatangi, tandatangan dosen bakal mereka dapatkan. Karena itu juga mereka nggak bisa menikmati perjuangan skripsi itu. Nggak lengkap lah, masa kuliahnya.

Oke, ini cerita saya tentang hal yang membanggakan menurut saya tapi remeh bagi orang lain. Tantangan hari keenam, selesai! Yosh!

#10DaysKF 5th Day - 3 Film yang Paling Berkesan bagi Saya

Oke, ini tantangan hari kelima, dengan topik agak santai, cerita tentang film. Well, kebetulan saya ini penyuka film, jadi dikasih topik begini agak susah susah gampang karena udah banyak menelan asam manis film. Tapi baiklah, kita coba aja.

3 Film Paling Berkesan.

1. Dear John

Film yang diperankan oleh Channing Tatum dan Amanda Seyfried ini jadi salah satu film yang berkesan bagi saya. Film ini berkisah tentang seorang gadis yang jatuh cinta dengan tentara yang bertugas di wilayah konflik. Awalnya kisah cinta mereka berjalan lancar. Mereka pergi berkencan saat si tentara pulang, saling berkirim surat saat si tentara bertugas. Prahara timbul saat jenuh menyerang si gadis karena mereka hanya berkirim surat dua bulan sekali hingga akhirnya mereka putus.

Yang paling membuat saya berkesan adalah adegan di akhir film, di mana waktu telah berlalu bertahun-tahun, mereka kembali dipertemukan oleh takdir. Mereka kembali merajut kasih. Film ini mengajarkan kepada saya, kalau jodoh nggak akan kemana. Nggak peduli udah sejauh apa kamu berjalan, jika memang jodoh, kamu akan kembali bertemu dengan si dia.

2. Avenger: Age of Ultron

Film fiksi besutan Marvel ini jadi film kedua yang membuat saya terkesan. Kenapa bisa terkesan? Nah, setelah menonton film ini, saya merasa film ini komplit. Aksinya ada, keluarganya ada, persahabatannya ada, romantisnya juga ada. Dan semua itu dikemas rapi oleh si sutradara.



3. Kapan Kawin

Dua film sebelumnya dari luar negeri semua. Yang ketiga film Indonesia dong. Sebenarnya waktu nonton ini juga iseng. Temen saya tiba-tiba datang ke kost dan langsung ngajak ke bioskop. Dengan pakaian ala kadarnya, kami berdua pergi ke salah satu bioskop di kota Medan. Awalnya kami nggak berniat menonton film ini, tapi setelah melihat daftar film yang tayang, pilihan kami jatuh ke film garapan Om Ody C. Harahap. Ceritanya, Adinia Wirasti, yang berperan sebagai Dinda, masih belum juga memiliki pendamping di usia yang hampir menginjak 30 tahun. Orangtuanya di Yogyakarta udah pusing mikirin nasib doi, akhirnya mereka memaksa Dinda pulang ke Yogya dengan membawa calon suaminya. Dan seterusnya, dan seterusnya.

Sebenarnya ide film ini sederhana, bisa dengan mudah kita jumpai di lingkungan sekitar. Tapi yang bikin film ini berkesan bagi saya adalah karena melalui film ini saya jadi tersadar, kalau nanti saya juga pasti akan mengalami apa yang dialami Dinda dan itu pasti luar biasa tekanannya. Selain itu, ada nilai kehidupan yang bisa saya ambil, bahwa nggak selamanya kesempurnaan itu mendatangkan kebahagiaan. Intinya adalah kita bisa menerima kondisi kita, nggak memaksakan kehendak, nggak memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang bukan saya hanya karena dorongan dari luar. Saya tersentuh, meskipun nggak sampai berlinang air mata. Ya, nggak mungkin juga bisa nangis nonton film komedi.

Nah, jadi 3 film di atas yang menurut saya berkesan bagi saya. Sebenarnya masih ada film lain, tapi yang diminta cuma tiga, ya, udah tiga aja cukup.

#10DaysKF 4th Day - Pertemuan Pertama dengan Si Dia

Hohohohoho! Ini bener-bener udah telat! Sampai bolong 4 hari! Maklumi, ya, Mon, saya lagi pulang kampung kemarin, agak susah jaringan di sana.

Oke, kita langsung ke cerita aja.

Nah, ini katanya mau cerita tentang pertemuan pertama dengan si dia, tapi ga dijelaskan siapa si dia ini. Jadi saya ambil umum aja. Saya pilih pertemuan pertama dengan salah satu teman yang caranya menurut saya unik. Cuss kita mulai!

Ketemu Abang Itu

Ohohohohoho! Ini kejadian waktu saya masih semester pertama kuliah dulu. Saya pakai kata dulu, bukan berarti lama banget, ya. Itu masih sekitar empat tahun yang lalu, tahun 2012.

Waktu itu, jadwal kuliah saya enggak begitu padat, seminggu cuma empat hari. Selain itu, sehari juga enggak penuh. Jadi waktu saya kebanyakan di kost aja. Dan karena teman sekamar saya jadwalnya padat, saya lebih banyak sendiri di kost.

Nah, jadi hari itu saya kuliah sore, otomatis dari pagi sampai siang saya di kost. Kebetulan, teman sekamar saya juga masih kuliah. Saya sendiri dong, ya. Sebagaimana remaja pada umumnya, saya juga punya rasa penasaran yang tinggi. Termasuk penasaran untuk mencoba salah satu produk krim perontok rambut. Hehehe, hari itu saya lagi pakai krim itu untuk merontokkan rambut di ketiak. Karena rambut yang mau dirontokkan itu di ketiak, udah pasti saya harus mengangkat tangan terus, supaya itu krim bekerja maksimal di ketiak.

Lagi asik menunggu waktu krim itu bereaksi, tiba-tiba pintu kamar diketuk. Itu saya langsung heboh karena saya lagi nggak pakai baju, cuma pakai celana pendek. Terus, masih ada krim itu di ketiak saya. Jadi dengan segera, saya kepit ketiak saya, memberanikan diri membuka pintu dengan kondisi pakaian ala kadarnya. Begitu pintu saya buka, muncullah wajah abang itu dengan rambut agak basah. Iya, waktu itu lagi gerimis.

Saya yang syok, abang itu juga cuek, langsung menyerahkan laptop beserta salinan skripsinya. "Abang titip bentar, ya. Kunci gembok abang ketinggalan di kamar." Setelah bilang itu, abang itu langsung pergi mencari galah (batang kayu panjang yang bisa digunakan untuk meraih sesuatu yang berada di tempat tinggi) yang nantinya digunakannya untuk mengambil kuncinya di dalam kamar. Dengan terampil, abang itu menggunakan galah itu, mencoba meraih kunci melalui lubang di atas pintu.

Sekitar 15 menit kemudian, abang itu berhasil mendapatkan kuncinya. Dengan badan penuh peluh, abang itu balik ke kamar saya, mau mengambil laptop dan salinan skripsinya. Setelah adegan serah terima laptop, abang itu tanya, "namamu siapa?" kujawab, "anu, Bang." Dia mengangguk, bilang terima kasih, setelah itu berlalu dari depan kamar saya.

Saya cek keadaan ketiak saya, mengenaskan. Saya nggak jadi merontokkan rambut ketiak hari itu. Rasanya, ya, kesel, ya, bingung. Campur aduk, deh.

Tapi sejak kejadian itu, kami jadi akrab. abang itu sering main ke kamar saya, saya juga sering main ke kamar abang itu.

Oke, tantangan hari keempat selesai!

Kenangan Tak Terlupakan


Hoooooh! Lagi-lagi Penulis telat posting! Huhuhuhu!

Okelah, anggap aja udah biasa. Hmm!

Tema kali ini dari si Hera. Dia pengen ngubek-ngubek masa lalu. Iya lah, cerita kenangan, berarti cerita masa lalu dong, ya? Tapi tenang aja, masa lalu ga melulu identik dengan hal yang menyedihkan, kok. Kaya yang mau Penulis ceritain ini.

Liburan Kilat Awal Tahun

Ini kejadiannya awal tahun 2014. Waktu itu masih nerima beasiswa, jadi bisa agak betingkah melalak jauh, ga kaya sekarang. Oke, ga penting.

Nah, awal tahun 2014 itu Penulis liburan kilat. Beneran kilat karena cuma tujuh hari tapi yang didatangi entah berapa tempat. Begini kronologinya.

Tanggal 4 Januari sekitar jam 3 sore, Penulis bergerak dari Medan ke kota Pematang Siantar naik kereta api. Sore itu luar biasa kali, Penulis hampir ketinggalan kereta! Oke, menempuh sekitar empat jam perjalanan, Penulis tiba di stasiun kereta api kota Pematang Siantar. Udah ditunggu sama salah satu teman Penulis di sana, sebut aja A. Gitu kita ketemuan, kita langsung cus ke rumah si A.

Malam itu dingin banget, jadi Penulis ga ada niat keluar. Selain itu juga si A kedatangan tamu lain, jadi ga mungkin Penulis maksa si A untuk jalan-jalan keliling kota. Akhirnya malam itu dihabiskan di rumah aja. Waktu tidur, hmm, susun gembung istilahnya. Dengan luas kamar yang ga seberapa, empat orang masuk ke situ. Sempit, tapi ya udahlah, namanya juga numpang.

Besoknya, tanggal 5, Penulis diajak main ke kebun teh Sidamanik, berempat bareng tamu si A yang lain juga. Setelah menempuh sekitar satu jam naik angkot, kami nyampe di sana. Agak heboh waktu sampai di sana, soalnya Penulis kebelet pipis tapi ga nemu tempat yang bisa dipakai untuk pipis. Penulis juga ga mau pipis di alam terbuka. Ada sih mesjid, tapi kamar mandinya digembok. Di tengah kegalauan yang menyiksa, Penulis menyusuri jalan seorang diri, mencoba menemukan tempat untuk pipis, dan alhamdulillah ada sebuah sekolah yang ada toiletnya. Setelah menahan malu luar biasa karena numpang pipis di tempat orang, akhirnya kami ke kebun teh. Penulis memilih untuk memisahkan diri dari rombongan karena ngerasa momennya pas banget untuk sendiri. Iya, kebun teh Sidamanik itu sunyi, jadi asik untuk orang yang suka kesunyian kaya Penulis.

Sekitar jam 1 siang, kami balik ke rumah si A. Penulis nemenin ibu si A bikin ulos di bengkelnya sambil ngobrol ngalur ngidul. Ga lama, karena Penulis mesti beres-beres untuk berangkat lagi, iya, Siantar itu baru destinasi pertama.

Jam 3 sore, Penulis pamit, terus ketemu sama temen Penulis yang lain di Siantar, sebut aja si B. Kami keliling kota Pematang Siantar pakai sepeda motor, belanja roti ganda yang katanya khas kota Pematang Siantar, terus keliling lagi sebelum akhirnya berhenti di loket (terminal) bus. Di sini juga agak heboh karena kendaraan yang mau Penulis tumpangi ga kunjung jelas keberadaannya. Sampai jam 9 malam Penulis belum juga nemu kendaraan. Akhirnya si B bawa Penulis ke loket yang lain, Alhamdulillah ada. Penulis langsung beli tiket terus nunggu keberangkatan yang ternyata lama banget.

Lagi nunggu bus yang ga datang-datang, eh, Penulis di telpon sama supir taksi (istilah angkutan mereka, mobil yang dipakai ga beneran taksi melainkan mobil minibus pribadi) di loket yang pertama, katanya mereka mau berangkat. Ya udah, daripada bus ga jelas, Penulis kembaliin tiket busnya terus minta jemput di sekitar loket itu. Ga lama, taksi pun datang. Tapi ternyata ini PHP juga pemirsa. Penulis diajak keliling kota untuk jemput satu-satu penumpang lain, terus disuruh nunggu lagi di loket mereka. Akhirnya jam setengah 12 juga kami baru berangkat.

Sepanjang perjalanan gelap. Ya iya lah, tengah malam juga. Penulis ga bisa tidur karena emang ga biasa tidur di dalam kendaraan kecuali ada orang yang bisa dilendoti. Sebenernya ada orangnya, sih. Kebetulan Penulis duduk di bangku penumpang paling belakang, berdua sama om-om setengah baya. Tapi Penulis ga kenal. Kan ga lucu tiba-tiba minta ngelendot sama om itu. Lagipula, om itu ngerokok, Penulis kan ga suka asap rokok.

Sekitar jam 5 pagi, kami berhenti di Tarutung untuk istirahat sekaligus ibadah. Nah, karena Penulis sholat, otomatis waktu Penulis dikit yang tersisa. Jadi Penulis ga makan nasi, cuma beli mi instan dalam kemasan. Perjalanan pun dilanjutkan. Tapi yang Penulis ga tau, ternyata jalan dari Tarutung sampai Sibolga itu luar biasa meliuk-liuk! Mana supirnya ngebut lagi! Jadilah Penulis dituntut untuk bisa makan mi instan berkuah dalam kemasan tanpa tumpah dan muntah. Ngeri-ngeri sedap lah pokoknya.

Penulis nyampe di Sibolga sekitar jam 8 pagi, dengan muka kucel penuh debu. Temen Penulis yang emang mau menjemput Penulis, sebut aja C, sampai hampir ga mengenali Penulis yang hina ini. Hehehehe...

Sekitar satu jam Penulis dibonceng naik motor dari Sibolga ke rumah si C di Pinangsori. Sempat belok-belok juga ke sekolah Matauli yang lumayan terkenal itu. Begitu nyampe rumah si C, Penulis rabahan bentar terus diajak nyari sarapan. Pulang sarapan, Penulis rebahan lagi. Capek, cuy! Seharian ga kemana-kemana, di rumah aja karena capek. Keluar cuma buat beli makan.

Besoknya, tanggal 7 januari sekitar jam 12 siang, Penulis sama si C berangkat ke kota Padang Sidimpuan. Ga jauh, kok, cuma sekitar tiga jam. Kami dijemput sama temen Penulis, si D. Karena kami berdua, kami ditumpangkan ke betor (becak motor). Ngomong-ngomong, betor di Sidimpuan itu unik, lho, mungil, imut-imut. Saking imutnya, ga muat dimasuki Penulis bareng si C. Tapi karena terpaksa, akhirnya dimuat-muatkan juga. Nyampe di rumah si D, kami disambut saudara-saudara si D yang cowok semua, terus kami di ajak naik ke lantai 2. Di sana kami menghabiskan malam.

Besok paginya, kami bertiga jalan kaki ke bukit Simarsayang di belakang rumah si D. Katanya di atas ada universitas swasta. Karena unik, Penulis mau liat. Tapi, ya ampun, itu bukit curam banget, sumpah! Meleng dikit, jatuh guling-guling deh. Pulang dari sana malah dapat ceramah dari ayah si D. Apa isi ceramahnya? Hanya kami dan Tuhanlah yang tau.

Sekitar jam sebelas siang, si D ngajak aku dan si C ke salah satu pajak (pasar tradisional) di Sidimpuan. Di sana kami belanja buah salak yang lumayan banyak (agak kecewa karena gitu nyampe rumah, keadaan salaknya mengenaskan).

Kalau Penulis tidak salah, jam 2 siang kami bertolak ke Pinangsori, ke rumah si C lagi. Nah, di sini juga ga lama, karena sekitar jam 8 malam, Penulis udah mau berangkat ke Medan. Tapi sore itu, Penulis diajak si C ke pantai Pandan. Niatnya mau liat matahari terbenam, tapi apa daya lagi musim hujan, ufuk barat tertutup awan kelabu.

Ada cerita yang ngeselin waktu di perjalanan pulang. Jadi waktu itu mobil yang dipakai adalah mobil minibus merk To**ta. Penulis dapat bangku di baris kedua, bagian tengah. Ini Penulis ga tau gimana kok bisa jadi di tengah, padahal waktu pesan, bangku Penulis itu harusnya di belakang bangku supir. Setelah semua penumpang naik, Penulis diapit dua orang, di sebelah kanan ada ibu-ibu cantik, di sebelah kiri ada abang-abang  ramping. Oke, kami berangkat.

Di tengah perjalanan, hal yang ngeselin pun dimulai. Karena Penulis dapat bangku tengah, otomatis ga ada sandaran kepalanya, mau bersandar pun susah. Ditambah lagi postur tubuh Penulis yang agak tinggi, membuat leher makin tersiksa. Kemudian yang makin bikin kesel, itu ibu ama abang melendot di bahu Penulis, kanan dan kiri. Udah ga bisa tidur, malah dijadikan sandaran. Mau bilang, mereka udah nyenyak, segan juga. Jadilah dua tiga jam luar biasa menyiksa itu.

Hmm, itu salah satu kenangan yang Penulis punya. Sebenarnya ada banyak, tapi Penulis pilih yang ini. Oke, punya pengalaman yang sama? Atau malah lebih ngeselin dari pengalaman Penulis? Mari bagi di kolom komentar!

Friday, January 20, 2017

#10DaysKF 3rd Day - Lima Hal yang Ingin Dicapai Tahun 2017 Ini

Hello! Ini postingan hari ketiga untuk proyek #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge yang di-share oleh akun Twitter @KampusFiksi. Kali ini tantanganny agak nyerempet ke arah masa depan. Bisa jadi semacam resolusi juga.

Emang apa tantangan hari ketiga?

Nah, tantangan hari ini adalaaaaaaaaaaah ... dreng deng deng deeeeeeeeeeeng...

"Sebutkan Lima Hal yang Ingin Kamu Capai di Tahun Ini!"

Hohoho! Berat ceritanya ini, beraaaat! Tapi baiklah, kita bahas satu per satu.

1. Diterima sebagai Mahasiswa Magister di salah satu Universitas di Pulau Jawa

Ahahahaha, sebenarnya ini sudah jadi angan-angan saya sejak kelas 3 SMA. Saya ingin kuliah di Pulau Jawa. Tapi ini Universitas Negeri loh, ya.

Kenapa punya keinginan seperti itu?

Menurut pengamatan saya, sistem belajar di Jawa dan Sumatera berbeda. Kualitas pendidikannya juga. Selain itu, peluang untuk diterima kerja bagi lulusan Universitas di Jawa lebih besar ketimbang lulusan Universitas di Sumatera. Tapi ini menurut kacamata saya yang ga seberapa ini, lho, ya. Kalau ga sesuai dengan pendapat kamu, ya, maklumi aja. Kan setiap orang punya pendapat masing-masing.

Nah, sayangnya, waktu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2012 kemarin, saya ga lolos pilihan pertama maupun kedua. Lolosnya di pilihan ketiga, Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan. Alhamdulillah, masih dikasih kesempatan untuk kuliah di Universitas Negeri. Tapi yang namanya keinginan belum terwujud, pasti tetap ada rasa kurang. Maka dari itu, setelah diwisuda bulan oktober tahun 2016 kemarin, saya berniat melanjutkan studi saya ke jenjang Magister di salah satu Universitas Negeri di Pulau Jawa. Doakan, ya!

2. Mendapat Skor TOEFL Lebih dari 500

Ihihihihi, kalau ini, sebenarnya lebih kepada peningkatan kualitas diri. Jadi entah tahun kapan itu, saya pernah ikut TOEFL yang diadakan pihak kampus bekerjasama dengan sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris. Hasilnya saya mendapat skor 483. Sangat rendah untuk ukuran mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris. Maka dari itu, tahun ini saya bertekad untuk mendapat skor TOEFL lebih dari 500.

Apa aja usaha yang telah dilakukan?

Sejauh ini, saya masih mengumpulkan soal-soal TOEFL dari teman yang mengajar Bahasa Inggris khusus TOEFL. Selain itu saya juga memasang software TOEFL di komputer pribadi saya meskipun sampai saat ini belum saya coba karena satu dan lain hal. Tapi setidaknya sudah ada bekal untuk belajar. Lagi, doakan saya, ya!

3. Punya Perut Rata

Badan saya ini cungkring, kaya tripleks, tapi perut saya lumayan berisi, mirip ibu yang mengandung selama tiga bulan. Jadi kalau dilihat sekilas, saya ini terlihat seperti seorang penderita busung lapar. Sebenarnya niat untuk mengecilkan perut ini sudah terbit sejak lama. Tapi sampai sekarang ga terealisasi juga.

Kenapa bisa begitu?

Iya, kesibukan di dunia nyata ini kadang menyita waktu yang tidak sedikit, membuat saya harus putar otak untuk bisa meluangkan waktu untuk berolahraga. Selain itu, saya ini tipe orang yang gampang lapar.

Nah, lo, gampang lapar tapi kok cungkring?

Saya juga ga tau kenapa bisa kaya gitu. Makan saya cukup banyak kok. Ngemil juga jalan terus. Tapi badan ini ga kunjung terisi. Paling hebat, bobot saya itu cuma 58 kilo. Bayangkan seorang laki-laki usia 22 tahun dengan tinggi badan sekitar 165 senti cuma berbobot 58 kilo. Itu bobot paling hebat. Normalnya bobot saya cuma 55 kilo.

Waktu bobot saya berada di 58 kilo, masalah timbul, karena penambahan bobot itu 100% berupa lemak dan itu hanya menumpuk di tiga titik; pipi, perut, dan paha. Jadi kalau bobot saya naik, yang keliatan besar ya cuma tiga bagian itu. Itu sebabnya saya ingin punya perut rata.

Apa aja yang udah kamu lakukan?

Nah, seperti yang saya bilang di atas, saya harus putar otak untuk menyisihkan sebagian waktu saya untuk berolahraga. Alhamdulillah masih bisa tersisih, seminggu bisa satu atau dua kali.

Olahraga apa?

Biasanya saya lari keliling lapangan. Tapi sekarang udah mulai berganti ke pusat kebugaran tubuh. Tujuannya bukan supaya badan saya jadi gede-gede terus pamer badan di media sosial, loh, ya. Saya cuma mau punya perut rata dan juga biar keringat keluar. Kalau sirkulasi tubuh bagus, tubuh jadi sehat, kan. Itu tujuan utamanya. Kalau ternyata badan saya malah terbentuk, saya anggap itu bonus.

4. Mengunjungi Borobudur

Sejak saya SMA, saya mendapat semacam panggilan batin untuk mengunjungi Candi Borobudur. Kalau ditanya apa tujuannya, saya ga tau mau jawab apa. Karena seperti yang saya bilang, ini semacam panggilan batin. Kaya ada sesuatu yang meminta saya untuk datang ke sana. Ya, kali aja di sana saya ketemu jodoh. Siapa tau, kan? Atau ternyata di sana saya bisa menemukan jati diri saya. Pokoknya saya belum bisa jawab kalau belum ke sana. Makanya, doakan saya supaya bisa kuliah S2 di sana, biar poin keempat ini terwujud.

5. Mendapat Beasiswa Unggulan dari Kemendikbud

Informasi ini saya dapatkan dari teman sekamar saya di kost dulu. Katanya ada beasiswa S2 dari Kemendikbud yang mana setelah selesai kuliah, penerima beasiswa berkesempatan untuk ditempatkan di Universitas di seluruh Indonesia sebagai dosen. Ini sungguh menggiurkan. Jadi setelah kuliah S2, saya bisa dapat kesempatan untuk langsung jadi dosen. Maka dari itu saya berniat untuk mendapatkan beasiswa itu tahun ini. Sekali lagi, doakan saya, yaaaaa!




Udah lima, kan? Udah! Jadi lima hal ini lah yang ingin saya capai tahun ini. Semoga semua bisa tercapai. Amiiiiin!

Thursday, January 19, 2017

#10DaysKF 2nd Day - Tiga Hal yang Bisa Membuat Histeris

Oke, oke, saya ngebut untuk tantangan hari kedua dari rangkaian proyek #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge soalnya saya terlambat memulai tantangan di hari pertama. Akan saya jelaskan sedikit. Jadi, kalau peserta ga bisa posting tulisannya di hari H, ga masalah. Tapi untuk hari berikutnya si peserta wajib posting dua tulisan, bayar utanglah istilahnya. Jadi karena saya telat, hari ini saya mesti buat tulisan untuk hari pertama dan kedua.

Nah, hari kedua ini agak cerita yang jauh dari cinta-cintaan, ga kaya tantangan di hari pertama.

Emang apaan?

Nah, tantangan di hari kedua ini adalah ... jeng jeng jeeeeeeeeeeng...

#2 Challenge - Sebutkan Tiga Hal yang Kemungkinan Akan Membuatmu Histeris

Hehehehe, cerita histeris kita, ya. Hmm, sebenernya hampir ga ada, sih yang bisa bikin saya histeris. Posting ini aja pake acara mikir sepuluh keliling. Soalnya sekarang hidup saya datar-datar aja. Ga ada naik turunnya. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, ternyata ada. Oke, kita bahas.

1. Iklan Tayangan Film Harry Potter

Ihihihihi, ini kejadian jauh sebelum Negara Api menyerang, jaman saya masih SD-SMP, sekitar tahun 2003-2009. Jadi di masa itu, kepemilikan laptop dan perangkat sejenisnya belum seluas sekarang. Maka dari itu satu-satunya sarana untuk menonton film box office itu, ya, cuma lewat televisi.

Nah, saya itu salah satu penggemar film Harry Potter. Berbekal informasi terbaru tentang film Harry Potter dari salah satu majalah anak-anak, saya makin menggandrungi film ini. Sayangnya, film Harry Potter dulu jarang banget ditayangkan di televisi. Bisa jadi satu tahun itu cuma tayang dua kali, cuma waktu liburan semester ganjil dan semester genap (juni dan desember). Karena langka inilah, setiap melihat iklan tayangan film Harry Potter di televisi, saya akan teriak-teriak ga jelas, mirip abege labil yang teriak ke penyanyi idolanya waktu konser. Saya ga teriak sendirian, kok. Adik saya juga ikutan teriak. Orangtua saya cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kami.

2. Kecoak

Saya punya kenangan buruk dengan hewan imut yang satu ini. Jadi, suatu malam, saya pernah tidur dalam keadaan lampu ruang kamar dimatikan. Entah jam berapa, saya tersadar karena merasa sesuatu yang berkaki banyak sedang berkeliaran di dalam baju saya. Otomatis saya terbangun dan langsung heboh. Tapi anehnya begitu lampu kamar saya nyalakan, hewan imut itu ga ada. Terus kenapa saya bisa tau kalau itu kecoak? Nah, lain waktu kecoak pernah singgah lagi di tubuh saya. Kali ini bagian kaki dan rasanya sama seperti malam itu. Jadi saya menyimpulkan kalau kecoaklah tersangka pada malam itu.

Setelah kejadian itu, saya jadi geli dengan kecoak. Pokonya kalau tiba-tiba muncul kecoak, bawaannya pengen teriak aja. Apalagi kalau kecoaknya terbang, Ya Allah, tolong! Saya bakalan ngibrit mencari pertolongan.

3. Tukang Copet

Kejadian ini terjadi hampir dua tahun yang lalu. Waktu itu saya dan teman saya sedang berkeliling kota dengan sepeda motor. Saya dibonceng teman saya. Setelah lama berkeliling, kami mulai masuk ke gang-gang sempit sampai akhirnya tersesat. Thanks to gugel mep, kami bisa memetakan jalan pulang.

Karena ga kenal lingkungan sekitar, saya di boncengan fokus ke smartphone (sp) saya supaya ga sampai salah jalan dan tersesat. Sp saya pegang pakai tangan kanan. Nah, tiba di jalanan yang sepi, tiba-tiba aja ada orang yang menarik sp dari tangan saya. Syukur alhamdulillah, pegangan saya di sp itu kuat, jadi sp saya ga sampai terlepas dari tangan saya. Jadi terjadilah adegan tarik menarik sp antara saya dan si pencopet. Selagi kegiatan tarik menarik berlangsung, saya berteriak ga karuan. Ga lama, sih, adegan tarik menarik ini. Tapi yang hebatnya, teman saya ga tau kalau saya hampir dirampok. Dan yang lebih hebatnya lagi, tangan saya memar cuma gara-gara adegan tarik menarik sp itu. Beruntung teman saya itu tau sedikit tentang dunia per-urat-an. Jadi sepulang dari sana, tangan saya langsung diurut sehingga ga sampai bengkak.

Hmm, kira-kira, tiga hal di atas lah yang akan membuat saya histeris. Kamu punya pengalaman lain? Atau pengalaman kita sama? Mari bagi di kolom komentar!

#10DaysKF 1st Day - Kekasih Idaman Hati

Ahahahahahahahaha!

Asli seriusan ini proyek bener-bener saya ikuti karena iseng. Nama proyeknya #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge yang dimulai dari tanggal 18 sampai 27 Januari 2017. Awalnya info ini di-share oleh salah satu teman di grup Line #Bloggers' Challenge. Setelah baca-baca dikit di akun Twitter @KampusFiksi, jadi tertarik untuk ikutan. Apalagi ini cuma sepuluh hari. Kenapa engga, ya, kan?

Okelah, jadi kita mulai di tantangan hari pertama (yang baru bisa saya mulai di subuh hari kedua, lanjut ke malamnya lagi).

#1 Challenge - Jelaskan Bagaimana Tipe Kekasih yang Kamu Dambakan!

Ihihihihihi, kira-kira si Momon ini jomblo atau udah punya pasangan, ya? Kepo banget sama kekasih idaman orang. Atau ini salah satu siasat Momon untuk ajang mencari jodoh? Entahlah.

Baik, kalau cerita tipe kekasih idaman, saya membaginya menjadi dua, yang pertama secara fisik, dan yang kedua secara kepribadian. Mari masuk ke bagian pertama.

Fisik Kekasih Idaman

Nah, kalau cerita fisik, saya bukan termasuk pemilih, kok. Tapi, ya, ga semua tipe diembat juga.

Jadi gimana fisik kekasih idaman saya?

Kekasih idaman saya itu yang pasti pertama harus punya warna kulit cerah, setidaknya lebih cerah dari saya yang gosong ini. Yang kedua, beliau ini punya ciri yang menyerupai etnis selain pribumi seperti Tionghoa atau barat, ga peduli beliau beneran orang Tionghoa/barat atau bukan. Ketiga, punya postur tubuh yang biasa, maksudnya, ga terlalu tinggi dan ga terlalu pendek, ga terlalu gemuk dan ga terlalu kurus.

Udah, dari fisik itu aja, sih.

Nah, di bagian kedua, kita bahas secara kepribadian.

Kepribadian Kekasih Idaman

Saya mau, kekasih saya nantinya mampu mendekatkan saya ke Yang Maha Kuasa. Mendekatkan dalam artian mau saling mengingatkan, mau saling membenarkan. Selain itu yang ga kalah penting, jelas, beliau ini mau menerima diri saya apa adanya. Mau fisiknya jempolan juga kalau ga mau nerima saya percuma, kan?

Baiklah, itu aja tipe kekasih idaman versi saya. Lanjut ke tantangan berikutnya!

Tuesday, January 17, 2017

Kasus Tabrakan Pekerjaan


Apaan, sih, judulnya? Ga banget!

Ga usah bahas judulnya, ya. Penulis juga bingung mau bikin judul apa yang pas.

Jadi, kan, di proyek Bloggers’ Challenges kali ini, Si Aunty Betha ga kasih topik seperti biasa. Dia malah kasih kita, para ABC, sebuah kasus di mana masing-masing dari kita dimintai pendapatnya seandainya terjebak di situasi seperti itu. Seperti apa situasi yang dimaksud? Begini:

“Bayangkan seandainya kamu punya cita-cita pengen jadi seseorang atau pengen punya pekerjaan, penggali lubang kubur misalnya. Tapi kamu ga kunjung mendapatkan pekerjaan itu. Nah, suatu hari, kamu ditawari pekerjaan yang bukan penggali lubang kubur, tukang sedot tinja misalnya, dengan gaji separuh dari seorang penggali lubang kubur. Kira-kira apa yang kamu lakukan? Pilihan apa yang akan kamu ambil?”

Well, sebelum kita cerita tentang pilihan yang akan Penulis ambil, ada baiknya kita definisikan dulu apa pekerjaan itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima yang merupakan aplikasi luring (luar jaringan/offline) di Play Store Android yang resmi dirilis oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (kalian para penulis Indonesia wajib punya ini di ponsel pintar kalian, soalnya dari yang Penulis liat, banyak banget kata-kata harian kita yang ga sesuai dengan KBBI, maaf malah promosi), “Pekerjaan adalah pencaharian, sesuatu yang dijadikan pokok penghidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah.”

Oke, itu definisi pekerjaan menurut KBBI. Sekarang kita beralih ke definisi pekerjaan menurut Penulis.

Menurut Penulis, “Pekerjaan adalah sesuatu yang tidak kamu sukai, dan kamu dibayar untuk melakukannya, atau merujuk ke kata ‘bekerja’ yang Penulis maknai dengan situasi atau kondisi di mana kamu dibayar untuk melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai.”

Oke, kenapa Penulis berpikir seperti itu?

Jadi, setelah Penulis melakukan riset abal-abal di lingkungan sekitar Penulis, Penulis dapati bahwa sebagian besar orang itu tidak menyukai pekerjaannya, tapi terpaksa tetap menjalaninya karena tuntutan ekonomi dan masyarakat.

Masyarakat? Kok bisa?

Kalian tau engga, sih, kebanyakan masyarakat itu suka banget mencibir. Orang bagus dicibir, orang buruk juga dicibir. Apa korelasinya dengan pekerjaan? Nah, di jaman sekarang, menjadi pengangguran itu dianggap sebagai momok yang menakutkan. Itu makanya banyak banget mantan mahasiswa yang baru tamat, atau bahasa kerennya fresh graduate, dan belum memiliki penghasilan menjadi bulan-bulanan tetangganya, bahan cacian segala macam. Mungkin secara fisik para mantan mahasiswa ini terlihat baik-baik aja. Tapi jika ditinjau dari sisi psikologinya, mereka ini ngga bisa dikategorikan ke dalam manusia yang baik-baik aja. Cacian dan sindiran itu jadi tekanan, lho buat mereka. Salah-salah malah jadi terganggu jiwanya.

Oke, kembali ke pekerjaan. Banyak dari pekerja ini yang sebenarnya punya bakat lain, atau punya minat lain selain yang dikerjakan di dalam pekerjaannya, tapi karena keterbatasan satu dan lain hal, mau ga mau, suka ga suka, mereka harus melakukannya.

Jadi, Penulis menyimpulkan kalau pekerjaan itu erat hubungannya dengan hal yang ngga menyenangkan.

Lantas, kalau si pekerja senang atau suka dengan yang dikerjakannya, Penulis sebut apa?

Itu Penulis sebut dengan hobi berhadiah. Iya, jadi kalau kamu suka menyedot tinja, terus kamu memilih untuk menjadi seorang penyedot tinja, kemudian kamu menjadi penyedot tinja yang sukses, maka kamu menjadi orang yang dibayar untuk melakukan sesuatu yang kamu suka, menyedot tinja.

Kaya Penulis, nih misalnya, saat ini mengajar kursus di sore hari. Cukup menghasilkan. Tapi setiap ditanya orang, “udah kerja belum?” Penulis akan jawab kalau Penulis belum bekerja. Kenapa? Karena Penulis suka mengajar. Mengajar itu asik, apalagi mengajar anak-anak usia tanggung, kelas empat SD sampai kelas 1 SMP.

Kenapa mengajar mereka asik?

Di usia segitu, mereka udah mulai bisa diajak kerjasama untuk belajar, tapi juga masih mau diajak main. Mengajar itu butuh kerjasama yang baik antara pendidik dan yang dididik, lho. Kalau  kerjasama berjalan alot, kegiatan belajar mengajar ga akan berhasil. Dan di usia segitu, kalau si pendidiknya kreatif, kegiatan belajar jadi makin asik karena bisa dikombinasikan dengan permainan yang pastinya harus memiliki nilai edukatif. Nilai tambahnya untuk si pendidik, sambil mengajak para peserta didik main, mereka juga bisa ikutan main yang otomatis mengulang atau mengembalikan masa anak-anak mereka. Itu bisa mengurangi stres lho. Jadi tambah sehat, kan? Intinya, beruntunglah kalau kamu mencintai apa yang kamu kerjakan. Kalau ga cinta gimana? Usaha untuk jatuh cinta dulu. Kalau ga cinta juga, ya, ga usah dipaksa. Cukup berusaha menjalani sambil mencari alternatif yang bisa kamu kerjakan. Tapi alternatifnya harus yang kamu suka, loh, yaaaaa.

Duh! Melebar entah kemana-mana. Baiklah, sekarang kita masuk ke kasus.

Seandainya Penulis pengen jadi penggali lubang kubur tapi ga kesampaian, malah dapat tawaran jadi tukan sedot tinja dengan gaji setengah dari penghasilan seorang penggali lubang kubur, Penulis akan ambil pekerjaan sebagai tukang sedot tinja. Tapi, ini ada tapinya lho, ya, Penulis ga menjadikan ini sebagai pekerjaan tetap. Penulis jadi tukang sedot tinja hanya sekedar mengisi waktu kosong, sekaligus memanfaatkan diri supaya ga terlalu bergantung ke orang tua. Yaaaah, paling engga, dengan menjadi tukang sedot tinja, uang jajan ga perlu minta orang tua lagi. Nah, selagi menjalani profesi sebagai tukang sedot tinja, Penulis juga usaha melamar pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Jadi, waktu Penulis ga abis di penantian-penantian panggilan wawancara yang ga jelas.

Penulis ga mau dong, ya, jadi tukan sedot tinja terus. Sayang gelar S. P. L. K.-nya, sarjana penggali lubang kubur. 4 tahun itu, lho, kuliahnya. Udah bolak balik masuk lubang, kotor-kotoran, belajar geologi ama geografi biar paham kondisi dan tipe-tipe tanah untuk memudahkan proses penggalian. Menggali lubang kuburan itu perlu proses, lho! Liat ciri-ciri tanahnya, meneliti unsur-unsur yang terkandung di dalamnya,  menentukan teknik dan cara kerja penggalian serta peralatan yang digunakan. Itu semua ga mudah. Kan ga lucu 4 tahun berjibaku dengan tanah, terus pas kerja, temenan sama tinja. Yaaaah, meskipun tinja ntar jadi tanah juga, tapi tetep aja beda.

Hmm, oke lah. Mungkin itu aja dari Penulis abal-abal ini. Semoga bisa menjadi pencerahan bagi Aunty Betha dan pembaca sekalian.

Kenapa? Kamu ga setuju? Berkicau gih di kolom komentar!

Ummi Sayang Kebanggaan Keluarga


Ihihihihihihihihi

Penulis udah telat banget ini posting. Harusnya dua minggu yang lalu. Tapi karena satu dan lain hal, Penulis terpaksa baru bisa posting untuk Bloggers’ Challenges sekarang.

Oke, kali ini kita cerita-cerita tentang Ibu, topik dari Lusty. Tapi berhubung Penulis ga punya Ibu, adanya Ummi, jadi kita cerita tentang Ummi aja.

Siapa itu Ummi?

Ummi itu wanita yang melahirkan Penulis 7 April, jam sebelas siang, 22 tahun lalu, di Rumah Sakit Dokter Djoelham, Binjai. Ngomong-ngomong lahir melahirkan, ada cerita unik waktu Penulis hampir dilahirkan kedunia.

Jadi, pagi itu, 7 April 1994, jam 8, Ummi sama Abi mau berangkat ke rumah sakit untuk cek keadaan Penulis di dalam perut Ummi. Waktu mau berangkat, Ummi liat tetangga ada jemur kacang tanah yang udah direbus. Katanya mau dijual. Ummi kepengen. Tapi karena mau ke rumah sakit, Abi bilang ga usah sekarang, ntar aja waktu pulang dari rumah sakit (ini ceritanya, Pak Dokter bilang kalau Penulis bakalan lahir tanggal 8 April, makanya Ummi Abi selow). Jadi berangkatlah Ummi sama Abi ke Rumah Sakit Dokter Djoelham. Lha, gitu sampai ke rumah sakit, Ummi malah kontraksi, lahir lah Penulis dalam keadaan Ummi ngidam kacang kulit yang ngga kesampaian dibeli, satu hari lebih cepat dari perkiraan Pak Dokter. Ah, Pak Dokter juga manusia biasa yang cuma bisa memperkirakan, lho. Yang bikin keputusan tetep Yang Maha Kuasa.

Balik ke cerita tentang Ummi. Seperti yang terketik di kolom judul, Ummi Kebanggaan Keluarga. Yang ini true story, kok. Sama kaya cerita lahiran Penulis di atas. Ummi memang kebanggaan keluarga. Kenapa bisa gitu? Begini ceritanya.

Jadi alkisah, Ummi dilahirkan di keluarga petani di salah satu kampung di wilayah Tanjung Anom. Ummi anak terakhir dari lima bersaudara. Ummi punya tiga abang dan satu kakak. Namanya keluarga petani, Ummi dan Uwak-Uwak Penulis pastilah jago bercocok tanam. Apalagi sejak kelas empat SD, Ummi udah ditinggal kakek (ayahnya Ummi). Mak Uwek (panggilan nenek Penulis) jadi single parent waktu Ummi masih kecil, tapi itu ngga menyurutkan semangat Ummi dan Uwak-Uwak Penulis untuk melanjutkan hidup.

Waktu SMA kelas 3, Ummi disarankan oleh salah satu guru beliau untuk lanjut kuliah Diploma 3 jurusan Matematika di IKIP Medan (sekarang udah berubah nama jadi Unimed) biar bisa jadi guru SMA. BTW, dunia ini sempit banget. Tau, engga, guru yang menyarankan Ummi untuk kuliah itu jadi guru BP waktu Penulis SMA. Padahal Ummi SMA di Stabat, Penulis SMA di Kuala dan beda waktunya itu hampir 30 tahun. Oke, lanjut. Ummi ngikutin saran si guru dan coba masuk IKIP Medan lewat jalur PMDK (sekarang namanya SNMPTN Jalur Undangan). Alhamdulilah Ummi diterima di IKIP Medan. Sekarang mungkin hal itu terdengar biasa aja, ya, masuk Universitas Negeri. Tapi kalau kita kembali ke masa Ummi, pasti luar biasa. Ummi anak perempuan paling kecil, udah ngga punya ayah, dari keluarga petani yang biasa-biasa aja, dan lagi itu masih tahun 1980-an di mana anak gadis kalau udah tamat SD ada yang ngelamar juga pasti orang tuanya langsung ACC.

Nah, Ummi mengambil jalan yang beda saat itu. Menolak setiap lamaran yang datang sejak Ummi tamat SD, Ummi teguh lanjut kuliah. Yang lebih membanggakan adalah Ummi adalah yang pertama kali di keluarga Kakek yang ngerasain namanya kuliah. Saking bangganya, nih, ya, satu keluarga itu patungan, lho untuk biaya kebutuhan kuliah Ummi. Misalnya, nih, biaya harian Ummi selama di Medan ditanggung sama Kakek A, biaya kuliahnya ditanggung Uwak B, ongkos dan segala macamnya ditanggung Uwak C. Pokoknya saat itu semua bahu membahu supaya Ummi bisa selesai kuliah D3.

Kuliah selesai, Ummi mulai ngajar sebagai guru honorer di beberapa sekolah di Kuala, menikah, terus punya anak satu, sampai akhirnya ada pengangkatan Guru Pegawai Negeri Sipil di pertengahan tahun 1993 dan alhamdulillah Ummi ikutan terangkat jadi Guru PNS. Tapi tau engga di mana penempatan Ummi? Sayur Matinggi! Jauh, itu, jauh! Dari bagian utara ke bagian Selatan Provinsi Sumatera Utara. Jauh! Belasan jam naik bus. Dan kabar buruknya, Abi juga udah diterima sebagai Guru PNS, tapi di Kuala.

LDR dong Ummi Abi?

Itu belum seberapa. Ada yang lebih buruk dari itu!

Apaan?

Kakak Penulis masih berumur satu tahun dan ada Penulis di dalam perut Ummi. Eng ing eeeeeeeeeeeeng!
Iyaps! Jadi waktu Ummi dapat penempatan di Sayur Matinggi, Penulis lagi bobo cantik di dalam perut Ummi. Nah, loh, Ummi Abi LDR, terus ada Penulis di dalam perut Ummi. Kan ga enak, ya, hamil jauh dari suami? Yo mboh sih, ra pernah ngeroso’ne!

Jadi saat itulah Ummi Abi berjuang mati-matian supaya Ummi bisa dipindahkan ke Kuala. Abi harus bolak balik Kuala-Sayur Matinggi demi mengurus kepindahan Ummi dan alhamdulillah semua urusan dimudahkan. Ummi ga harus ngikutin prosedur yang mengharuskan PNS yang diangkat mengabdi di wilayah tersebut setidaknya hingga dua tahun. Ummi cukup tiga bulan di sana, terus balik.

Beberapa bulan di Kuala, lahirlah dedek bayi imut yang dikira perempuan karena cantik. Untung titit-nya keliatan. Kalau engga, udah jadi hijaber pasti Penulis sekarang. Tidaaaaaaaaaak!

Oke, itu aja cerita tentang masa lalu Ummi yang luar biasa, ga kaya anaknya yang biasa-biasa aja. Huh!

Kependekan, ya? Ya, mau gimana lagi, ntar kalau kepanjangan, ceritanya merembet entah kemana-kemana. Ini aja udah ngalor ngidul ra karuan (ngeles aja, Lu, nyingnying!). Yo, wes, lah! Satu utang lunaaaaaaaaaaas!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...