Saturday, March 18, 2017

Mau ke Negara Mana Kita Jalan-jalan?


Haloooooow!

Selamat malam minggu! Penulis lagi mau nyicil hutang, nih. Udah tiga biji! Besok jadi empat. Penulis harus memaksakan diri supaya hutang-hutang ini lunas!

Nah, sekarang Penulis mau cerita-cerita tentang mengunjungi negara lain. Topik ini diajukan oleh Bang Boy. Dia pengen kami para ABC cerita tentang negara mana yang pengen dikunjungi dan kenapa. Dia mau kami cuma memilih satu negara aja. Well, challenge's accepted. Ayok kita cerita!

Negara yang Ingin Penulis Kunjungi

Ngomongin tentang berkunjung ke luar negeri, erat kaitannya dengan traveling, plesiran, foto-foto di landmark wilayah tersebut, dan sebagainya. Tapi sayangnya Penulis bukan tipe orang yang gitu pulak, lah.

Sok! Emang udah pernah ke luar negeri?

Alhamdulillah, tahun 2013 lalu dikasih rejeki sama Allah untuk mengunjungi semenanjung Malaka alias Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ga lama, kok. Cuma satu minggu. Tapi alhamdulillah ada yang didapat dari sana selain cap stempel imigrasi di paspor.

Terus, Penulis itu tipe orang yang gimana?

Nah, balik ke paragraf sebelumnya. Penulis itu beda. Jadi, kalau Penulis mengunjungi satu tempat, Penulis akan menjadi pengamat abal-abal. Toleh kanan-kiri kaya mau nyeberang jalan, colek sana-sini, pokoknya kaya lagi observasi lokasi lah. Sesekali jepret kamera walaupun pakai kamera ponsel. Tapi yang Penulis foto itu objek atau lokasi sekitar, loh, ya. Bukan swafoto narsis ga jelas. Ada swafoto, tapi sekedar aja.

Nah, waktu Penulis lagi di tiga negara itu, sepenjang perjalanan itu Penulis mikir, oh, jadi kesibukan orang Singapura itu gini; oh, ternyata kebanyakan orang Singapura tinggal di tempat kaya gini; oh, MRT dan LRT itu begini toh; oh, ternyata pemukiman di sini itu begini, ya, dan sebagainya. Nah, setelah muncul oh-oh tersebut, mulailah pikiran Penulis menghubungkan situasi di sana dengan situasi di Indonesia. Hmm, bagusnya yang kaya gini diterapkan di Indonesia; ah, di Indonesia lebih baik di sektor ini, kok; wah, keren! Kapan Indonesia kaya begini, ya? dan seterusnya dan seterusnya. Jadi perjalanan Penulis itu diisi dengan berpikir.

Apa Penulis bisa menikmati 'jalan-jalan' yang begitu?

Syukurnya, bisa. Dengan cara itulah Penulis menikmati perjalanan. Penulis malah ngerasa rugi kalau pergi ke suatu tempat tapi ga bisa mempelajari sesuatu dari sana. Tapi ini ga berlaku untuk jalan-jalan ke 'emol' ya. Kalau ke 'emol' itu pengecualian.

Kayanya Penulis udah melenceng dari jalur, nih. Balik-balik!

Oke, jadi negara mana yang Penulis pengen kunjungi? Jeng jeng jeeeeeeeeng! JEPANG!

Hohoho! Kenapa Jepang?

Awalnya itu dari masa kecil dulu. Kalau kalian generasi 90-an, pasti familiar dengan kartun-kartun Jepang yang biasa ditayangkan di televisi setiap hari minggu mulai dari subuh sampai tengah hari. Ada Chibi Maruko-chan, Hamtaro, Let's Go, Doraemon, Crayon Shinchan, Ninja Hatori, P-Man, Saint Seiya, dan masih banyak lagi. Masih pada inget? Beberapa masih ditayangkan, sih, kaya Doraemon dan Ninja Hatori. Tapi kebanyakan udah dihentikan penayangannya. Kadang kangen, sih masa-masa itu. Tapi ya sudahlah, kembali ke jalur!

Dengan banyaknya kartun Jepang yang Penulis tonton waktu kecil (sampai sekarang juga elu masih kecil! Kagak gede-gede dari dulu!), Penulis jadi familiar dengan negeri asal bunga sakura itu. Gimana uniknya rumah-rumah mereka, kebiasaan-kebiasaan mereka, bahasanya.

Tapi mulai Penulis duduk di bangku SMP hingga SMA, pengaruh Jepang mulai tergerus, digantikan dengan pengaruh barat lewat lagu-lagu dan film-film mereka. Sampai akhirnya ketika Penulis masuk ke dunia perkuliahan, Jepang mulai kembali mempengaruhi Penulis. Penyebabnya, ANIME.

Jadi teman sekamar Penulis dulu itu suka banget mengunduh serial singkat Anime dari internet terus ditonton di kamar. Mau ga mau Penulis ikutan nonton dong, ya. Eh, lama kelamaan jadi ketagihan, pengen lagi, pengen nambah, pengen nonton terus. Ditambah lagi, karena Penulis kuliah di program studi pendidikan, otomatis Penulis harus tau gimana sih sistem pendidikan di negara lain. Dan hal ini membuat Penulis jadi makin jatuh cinta dengan Jepang. Sistem pendidikan di Jepang itu bagus, ini menurut Penulis, ya.


Di awal masa pendidikan (kelompok bermain, PAUD, TK, hingga sekolah dasar kelas 3), para siswa ditanamkan nilai-nilai moral yang baik seperti budaya antri, memberi salam, cara makan dengan sumpit yang benar, dan sebagainya. Jadi ga cuma nilai moral, nilai budaya mereka juga diterapkan ke anak-anak, supaya nantinya budaya mereka akan terus diturunkan ke generasi selanjutnya.

Nah, sebenarnya di Indonesia sendiri, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sudah berupaya agar adanya pengaruh moral di dalam kegiatan belajar mengajar. Hal itu tertuang di dalam Kurikulum 2013 (K13) di mana terdapat penilaian terhadap sikap siswa selama KBM dengan harapan bahwa untuk unggul atau untuk naik ke tingkat berikutnya, siswa tak hanya harus baik secara kognitif dan motorik, melainkan juga harus baik secara sikap dan perilaku. Sayangnya, kita lupa bahwa nilai moral itu bukan untuk dinilai, tapi diterapkan. Maka dari itu, pengaplikasian K13 di sekolah kurang mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Yang ada malahan, pengaplikasian K13 semakin memberatkan tugas guru karena bertambahnya poin penilaian.

Waaaaah! Pinter banget elu komentar, ya!

Nah, itu dia masalahnya. Penulis di sini bukan siapa-siapa. Bukan pejabat yang bisa secara langsung membuat perubahan ke arah yang lebih baik. Penulis cuma bisa membagi buah pikiran Penulis lewat postingan blog ini. Kalau ada yang baca, kemudian tergerak hatinya untuk membuat perubahan, syukur alhamdulillah.

Itu doang yang bikin elu pengen ke Jepang?

Engga, tentu aja. Penulis juga penasaran gimana sih keseharian masyarakat di sana. Ga puas rasanya kalau cuma liat di televisi atau Youtube. Penulis pengen menetap di sana selama beberapa bulan, berbaur sambil mengamati kehidupan di Jepang, kemudian menerapkan hal-hal baik yang bisa Penulis ambil dari sana.

Kira-kira, Pemerintah buka lowongan untuk pengamat kaya Penulis engga, ya? Tinggal di negeri orang beberapa bulan, terus kembali dengan segudang hal positif yang bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Penulis ga perlu jalan-jalannya kok. Seriusan. Penulis menganggap jalan-jalannya itu bonus. Yang penting adalah ada hal baik yang bisa diambil dari kunjungan itu.

Ahahahaha! Kayanya Penulis kebanyakan mimpi, ya? Ga masalah, dong. Bukannya semua berasal dari mimpi?

Sebenarnya masih ada satu lagi negara yang Penulis pengen kunjungi, Finlandia. Sama kaya di Jepang, Penulis juga penasaran gimana, sih, kehidupan di sana. Kalau baca dari postingan orang di internet, sih, katanya di Finlandia itu kehidupannya serba teratur. Maka dari itu Penulis pengen ke sana, membuktikan seteratur apa, sih, hidup orang Finlandia itu. Ada yang mau jadi donatur untuk Penulis? Hehehe...

Oke, Penulis rasa Penulis cukup cerita tentang keinginan Penulis. Kalau kamu gimana? Pengen ke Jepang juga? Atau ke negara lain? Monggo bagi di kolom komentar!

Friday, March 17, 2017

Aplikasi yang Wajib Ada di Ponsel Pintar Saya


Helow! Long time no see!

Penulis balik lagi, nih. Setelah berminggu-minggu hiatus tentu aja, hehehe. Sebenarnya ide untuk menulis mengalir terus di kepala. Yang pengen nulis cerita tentang ini lah, atau pengen topik itu dibuat begitu lah, macam-macam. Tapi giliran udah di depan laptop, buyar semua. Pikiran buntu mendadak. Yah, mungkin emang lagi masanya ini pikiran lagi ga bisa diajak kompromi, jadi, let it flow.

Topik kali ini sangat ringan, Si Wawa (Psst, klik aja namanya untuk liat isi blog-nya, bagus-bagus lho tulisannya) yang mengajukan. Dia pengen tau apa aja sih isi ponsel pintar kami, para ABC. Oke, mari kita bongkar satu-satu.

Aplikasi yang Kudu Dipasang di Hape Penulis


Well, ponsel pintar sekarang ini udah bukan barang yang WOW lagi. Hampir di setiap lapisan masyarakat, ga peduli dari lingkungan yang bagaimana, ga peduli umur berapa, pasti kena kontaminasi benda mungil yang satu ini. Bahkan ini ya, lebih gampang menemukan orang yang pegang ponsel dibanding menemukan uang 1000 rupiah. Fungsinya gimana? Ya itu kembali ke orang yang memakainya. Masing-masing perusahaan produsen ponsel pintar sekarang ini lagi berlomba-lomba untuk menanamkan fitur-fitur terbaik di ponsel pintar besutan mereka. Tinggal kamunya bisa memanfaatkan itu dengan baik atau engga. Oke, sip. Sekarang giliran Penulis menunjukkan isi ponsel pintarnya.

1. Media Sosial

Aplikasi yang termasuk media sosial yang ada di ponsel Penulis itu diantaranya: Whatsapp, BBM, Line Lite, Tweetcaster, Instagram, dan Facebook Lite. Lumayan banyak, ya? Yah, karena kebutuhan juga, sih. Kalau Penulis ditanya, apa aplikasi media sosial yang paling diperlukan, Penulis bakalan jawab Whatsapp, Instagram, dan Tweetcaster.

Kenapa cuma tiga itu?

Pertama, Whatsapp. Dari jaman awal Penulis punya ponsel android, Whatsapp inilah yang menurut Penulis paling bisa diandalkan. Whatsapp bisa berjalan walau jaringan kurang stabil. Selain itu, tanda pesan itu terkirim atau udah dibaca jelas. Mungkin BBM yang pertama kali punya tanda yang jelas, tapi BBM di ponsel Penulis ga ramah sinyal. Keunggulan lain, kontak pengguna di Whatsapp itu disinkronisasi dengan kontak telepon, jadi kalau di kontak telepon kamu ada yang pakai Whatsapp, dia akan otomatis masuk ke kontak Whatsapp kamu. Jadi seandainya dia ga bisa dihubungi via Whatsapp karena sedang luring (offline), kamu bisa menghubunginya lewat nomor ponsel yang tersimpan di kontak.

Kedua, Instagram. Aplikasi (situs) berbagi foto dan video ini jadi favorit Penulis saat ini. Penulis suka liat-liat momen yang dibagikan teman atau akun-akun lain. Padahal kalau kita melongok ke belakang, Penulis pernah bilang ke salah satu teman, sebut saja Bang Boy, kalau Penulis ga suka dengan aplikasi yang satu ini. Mendasar, sih, alasannya, dulu Penulis mikirnya Instagram itu cuma buat ajang narsis (karena percaya atau engga, dulu itu yang Penulis temukan). Tapi makin ke sini, Instagram makin banyak fungsinya kok. Untuk membagi momen itu, sih, yang menurut Penulis paling terasa. Mungkin di Facebook kita bisa cerita banyak lewat status, bisa unggah foto juga. Tapi sebagian postingan kaya cuma curhatan orang doang. Tapi terserahlah, itu, kan, menurut kacamata Penulis.

Ketiga, Tweetcaster. Hehehe, kalau di aplikasi ini, malah Penulis yang suka curhat ga jelas. Pembatasan karakter yang cuma 140 biji itu bikin curhat terasa pas. Dan lagi, ga banyak temen Penulis yang aktif di Twitter, jadi Penulis bebas nge-spam di situ. Ga banyak bukan berarti ga ada, ya. Karena ada satu dua temen yang malah memantau Penulis via Twitter untuk tau keadaan Penulis saat ini. Terus waktu kami ketemu, dia bakalan bahas kicauan Penulis.

2. Peramban

Kalau bicara peramban (browser), Penulis kaya bicara tentang pacar.

Kenapa gitu?

Iya, soalnya Penulis itu kalau udah suka pakai peramban ini, ya udah yang ini aja.

Peramban pertama yang Penulis suka itu Opera Mini. Ini Penulis gunakan sejak Penulis masih pakai ponsel Nokia. Bahkan di laptop juga Penulis pakai ini lho. Setelah Penulis mulai menggunakan ponsel android, waktu itu Samsung Galaxy Y, Penulis mulai kenalan dengan peramban lain seperti UC Browser, tapi belum bisa menggeser posisi Opera Mini. Tapi sejak ganti ponsel ke Asus Zenfone 4, Penulis berubah haluan ke Chrome, sampai sekarang.

3. Hiburan

Aplikasi hiburan yang Penulis maksud di sini untuk musik dan video, loh, ya. Nah, untuk pemutar musik, Penulis pakai aplikasi Musixmatch, soalnya ada fitur penampil lirik lagunya. Selain itu, kalau liriknya ga sinkron sama lagunya, bisa diatur ulang. Mungkin yang lain banyak aplikasi serupa, tapi Penulis udah terlanjur jatuh cinta sama aplikasi pemutar musik yang satu ini. Kedua, untuk video. Penulis mengandalkan aplikasi Youtube. Alasannya, karena itu bawaan dari androidnya. Males pilih-pilih yang lain lagi.

4. Permainan

Walaupun umur makin tinggi, Penulis tetap suka main game di ponsel, kok. Tapi, ya, ga sebanyak dulu. Jadi, setelah Penulis cek di ponsel Penulis, cuma ada 3 aplikasi permainan. Candy Crush Saga, Duel Otak, dan Pou. Yang paling sering Penulis mainkan, ya, Candy Crush Saga. Paling pas untuk menghilangkan rasa bosan, paling cocok dimainkan untuk menghindari situasi awkward waktu ketemu orang di saat yang ga tepat.

5. Literasi

Kalau aplikasi yang berhubungan dengan sastra atau dunia kebahasaan, di ponsel Penulis ada 5 biji, Kamusku, KBBI V, Memrise, Learn Japanese, dan Wattpad.

Pertama, Kamusku. Penulis ga bisa memungkiri kalau aplikasi ini penting banget untuk Penulis. Gimana engga, Penulis kan sekarang udah ngajar, Bahasa Inggris, dan pastinya ga semua kata Penulis tau gimana pelafalannya. Aplikasi inilah yang jadi malaikat penolong, karena selain bisa cari arti dari kata, di aplikasi ini juga ada fitur pelafalan kata. Jadi kalau kamu ga tau gimana cara mengucapkan suatu kata, aplikasi ini bisa bantu kamu. Jadi kamu ga bakal malu karena salah pelafalan.

Kedua, KBBI V. Bagi orang yang suka menulis, aplikasi wajib kamu punya. Soalnya ini versi terbaru dari KBBI, resmi dirilis oleh Kemendikbud, jadi udah ga diragukan lagi keabsahannya. Kamu ragu kata yang kamu tulis itu baku atau engga? Cek aja di aplikasi ini. Soalnya di keterangannya jelas apakah kata itu baku atau engga.

Ketiga, Memrise. Aplikasi ini baru beberapa hari aja nangkring di ponsel Penulis. Tujuannya adalah karena Penulis lagi pengen belajar bahasa asing, Bahasa Jepang. Iya, Penulis lagi semangat belajar bahasa asing. Ga cuma Bahasa Jepang, sih. Bahasa Mandarin juga pengen. Tapi untuk saat ini mulai yang Jepang dulu. Aplikasi Memrise ini bener-bener asik dipakai untuk belajar. Jadi kita akan diperkenalkan dengan beberapa kata, tulisan hiragana-nya, pelafalannya, kemudian ada latihannya juga. Bagusnya, sih, kalau dilakukan setiap hari, jadi cepat ingetnya. Aplikasi ini ga cuma menyediakan Bahasa Jepang, lho. bahasa yang lain juga banyak, bahkan ada pilihan topiknya juga. Untuk mendukung, Penulis juga pakai aplikasi Learn Japanese. Aplikasi ini berisi ekspresi-ekspresi yang dipakai untuk situasi tertentu. Banyak pilihan situasinya, ada greetings, numbers, questions, dan masih banyak lagi.

Terakhir ada Wattpad. Ini aplikasi berbagi cerita gratis. Penulis suka baca-baca cerita di sini karena walaupun gratis, tulisan di aplikasi ini bagus-bagus. Bisa jadi bahan inspirasi sekaligus menambah perbendaharaan kata Penulis. Penulis juga nulis di situ, tapi untuk kalangan tertentu aja, hehehe.

6. Jadwal Sholat

Aplikasi yang satu ini berguna bagi Penulis yang suka banget menunda waktu sholat. Jadi Penulis tau waktu subuh abisnya kapan, dzuhur mulainya kapan. Alhamdulillah, dengan aplikasi ini, kemungkinan untuk melewatkan waktu sholat karena lupa waktu jadi berkurang.

Sebenarnya masih ada beberapa aplikasi yang penting, tapi setelah Penulis baca lagi postingan ini, udah cukup panjang. Jadi 6 poin di atas udah bisa lah mewakili isi keseluruhan dari ponsel Penulis. Kamu punya aplikasi yang lebih keren? Monggo bagi-bagi di kolom komentar!

Friday, March 3, 2017

Pertanyaan-Pertanyaan yang Sering Muncul di Pikiran Saya


Warvyazah! Postingan Penulis untuk Bloggers’ Challenge kali ini beneran telat. Padahal topik ini Penulis sendiri yang mengajukan. Warvyazah! Iya, jadi tiga minggu yang lalu itu giliran Penulis yang kasih topik, tapi karena ga tau mau kasih topik apa, akhirnya Penulis mengajukan topik ini, ‘Pertanyaan yang Sering Muncul di Pikiran.’

Kok bisa kepikiran untuk mengajukan topik ini?

Iya, soalnya Penulis sering mengalami saat di mana pikiran Penulis dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang sebagian besar cuma bisa dijawab oleh Penulis sendiri. Harapannya, sih, biar gampang menulisnya, jadi ga sampai berhutang. Nyatanya, berhutang sampai tiga minggu malah. Ahahahaha!

Penasaran pertanyaan apa yang sering muncul di pikiran Penulis? Engga? Bodo amat! Mau kalian penasaran atau engga, Penulis bakalan tetap nulis itu di sini kok, weeeeek!

Pertanyaan yang Sering Terngiang di Pikiran

1.  Mau Makan Apa?

Pertanyaan pertama ini adalah pertanyaan yang paling sering muncul di pikiran Penulis. Ini muncul hampir di setiap waktu makan. Jadi kalau satu hari Penulis tiga kali makan, maka pertanyaan ini akan muncul tiga kali.

Kenapa pertanyaan ini jadi begitu krusial bagi Penulis?

http://www.rumahgreenworld.com/wp-content/uploads/2015/05/penurun-nafsu-makan.png
Iya, Penulis tipe orang yang agak (inget, ya, agak) jaga makan. Artinya, Penulis bakalan pilih-pilih makanan yang mau Penulis makan. Jadi pertanyaan tentang makan ini menjadi sangat penting. Misalnya, nih, kemarin Penulis udah makan bakso. Nah, hari ini, bakso akan Penulis hapus dari daftar makanan yang boleh Penulis makan. Atau misalnya lagi, tadi pagi udah makan nasi, siangnya juga udah makan nasi, sebisa mungkin waktu malam Penulis memilih makanan yang bukan nasi. Mau sate, pempek, mi rebus, terserah, deh. Pokoknya bukan nasi.

Kebetulan di sekitar kost Penulis itu banyak tempat makan, otomatis banyak pilihan. Banyaknya pilihan yang ada ga membuat Penulis gampang milih, malah sebaliknya, Penulis susah menentukan mau makan apa. Jadi pernah, beberapa kali kejadian sih, Penulis mulai tanya ‘mau makan apa?’ itu jam 7 malam. Warvyazah-nya, jawabannya baru dapat sekitar jam 9 malam. Dan lebih hebatnya lagi, waktu Penulis udah sampai di tempat yang dimau, tempatnya tutup (sebagai tambahan, Penulis itu tipe orang yang kalau udah sreg di satu tempat untuk satu menu makanan, Penulis cuma bakalan mau beli di situ. Misalnya tempat jual sate yang menurut Penulis rasanya pas di lidah Penulis itu di depan dealer mobil Hino dekat simpang STIPAP/Rumah Sakit Haji, ya udah, setiap Penulis mau makan sate, Penulis bakalan makan/beli di situ. Atau nasi goreng, Penulis jatuh cinta sama nasi goreng yang ada di jalan Perjuangan, di seberang warung bakso Annisa. Jadi kalau Penulis lagi pengen makan nasi goreng, ya beli di situ). Kalau udah gitu, Penulis akan mulai keliling mulai dari jalan Pancing (Willem Iskandar), terus ke jalan Tuasan, lanjut ke jalan Pimpinan, sampai akhirnya ketemu jalan Pancing lagi. Warvyazah, kan?

2.  Nanti Pakai Baju Apa?

Pertanyaan kedua ini adalah pertanyaan paling sering kedua yang muncul di pikiran Penulis, biasanya di pagi hari.

Penulis orangnya perfeksionis? Atau penggila fesyen, ya?

Ahahahaha, perfeksionis, mungkin. Tapi kalau penggila fesyen, jauh deh. Pertanyaan ini muncul karena Penulis ga mau sampai baju apa yang Penulis pakai itu mengganggu atau merusak hari Penulis.

Gimana cara Penulis jawab pertanyaan ini?

Nah, langkah pertama yang Penulis buat untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan mengecek jadwal Penulis secara teliti hari itu.

Teliti gimana?

Ya, teliti. Hari ini mau kemana, apa yang akan Penulis lakukan di sana, siapa aja yang akan Penulis jumpai, terus berapa lama Penulis di tempat itu. Pengecekan jadwal ini juga di sesuaikan dengan cuaca. Langkah berikutnya, Penulis akan cek stok pakaian yang tersedia di lemari.

Misalnya kalau Penulis seharian itu mau ke Belawan untuk cek lokasi, Penulis mau ketemu sama beberapa orang tua dalam situasi yang ga formal, Penulis akan memilih untuk memakai baju kaos dengan lengan panjang atau baju kaos lengan pendek yang dipadukan dengan jaket, mengingat cuaca di Belawan itu panas luarbiasa. Untuk bawahan, Penulis akan pilih celana bahan (biasa disebut celana keper) atau bisa juga celana training karena pertimbangan Penulis yang mau cek lokasi. Terakhir untuk sepatu, Penulis akan memilih sepatu yang ringan sekaligus elastis. Biasanya sih yang Penulis pakai itu sepatu olahraga karena dua kriteria itu terpenuhi.

Ribet banget hidup lho!

Bodo amat, daripada ntar rugi di tempat? Emang situ mau tanggungjawab? Kagak kan? Selow kelen di boncengan!

3.  Hari Ini Mau Ngapain? 

Dulu pertanyaan ketiga ini sering muncul waktu akhir pekan. Sekali lagi Penulis tegaskan, dulu. Kalau sekarang, ga bisa lagi pertanyaan itu muncul karena setiap akhir pekan udah ada jadwal.

Sok sibuk, nih, yeeee

Ihihihihihi, ga mau bilang kalau sekarang ini sibuk. Tapi Penulis ga bisa menyangkal kalau tiga minggu belakangan ini Penulis hampir ga punya waktu untuk diri Penulis. Kalau weekdays, udah ngajar mulai pagi sampai jam 10. Dari jam 10 sampai jam 3 sore, Penulis kosong, tapi biasanya udah ada hal yang harus dilakukan. Jam 3 sampai jam 6 ngajar lagi. Nyampe kost sekitar jam setengah 7, istirahat bentar sekaligus makan malam, jam 8 pergi lagi, biasanya paling cepat pulang jam 11. Nyampe kost udah cukup lelah, biasanya langsung tidur. Gitu terus dari senin sampai jumat. Kalau akhir pekan, lebih parah. Bisa lebih dari 12 jam ada di luar kost.

Kalau dulu, setiap akhir pekan itu Penulis hampir ga punya kegiatan yang berarti. Jadi akhir pekan itu benar-benar Penulis manfaatkan untuk bersantai, mengistirahatkan badan setelah lima hari wara wiri. Bahkan pulang kampung pun malas karena memikirkan macetnya jalanan. Maka dari itu pertanyaan ketiga ini bisa muncul.

4.  Kapan Mau Move On?

Hehehe, cerita perasaan kita, ya? Iya. Pertanyaan ini biasanya muncul waktu malam sebelum tidur kalau kondisi badan ga begitu lelah, atau setelah beribadah kalau ga ada hal yang dilakukan setelahnya.

Kenapa bisa muncul pertanyaan ini?

Iya, soalnya, agak malu sih ngakuinya, hamba yang ga luput dari dosa ini masih terpaut hatinya dengan seseorang. Dan sayangnya seseorang itu udah jelas-jelas ga mau lagi dengan Penulis. Makanya ga ada jalan lain selain move on, ya kan? Ngomongnya gampang banget, tapi melaksanakannya, yaaaah, susah susah gampang lah. Pernah tiba di satu titik di mana Penulis ngerasa udah move on, eh, sekalinya dikasih mimpi tentang do’i, Penulis uring-uringan lagi. Itulah sebabnya sering Penulis menanyakan pertanyaan ini ke diri Penulis sendiri.

5.  Mau Jadi Apa?

Ini pertanyaan yang bener-bener berat. Biasanya muncul waktu Penulis lagi merenung sendirian di kamar.

Serem amat, ga takut kesurupan?

Ini Penulis merenung, kok, bukan melamun. Penulis merenungkan hal-hal yang udah terjadi, juga hal-hal yang Penulis rencanakan kedepannya. Salah satu pertanyaan yang muncul itu, ya, pertanyaan ini. Dan biasanya Penulis stuck, nge-blank. Iya, Penulis ga tau mau jadi apa.

Bukannya Penulis mau jadi dosen, ya?

Itu cuma jawaban cepat, jawaban singkat. Sama kaya waktu anak SD ditanya apa makanan favorit mereka, kebanyakan mereka akan menjawab ayam goreng atau nasi goreng padahal bukan itu makanan kesukaan mereka. Mereka jawab itu karena dua makanan itu yang paling cepat muncul di pikiran mereka, karena dua makanan itu yang paling sering mereka jumpai sehari-hari. Tapi kalau ditilik lebih jauh, beberapa mungkin malah lebih suka semur ayam, atau beberapa lebih suka sambal tempe. Semacam itulah. Penulis menjawab dosen karena itu yang pertama kali muncul di pikiran, karena itu yang paling mungkin Penulis raih saat ini.

Kenapa Penulis ragu?

Jawabannya sederhana, karena Penulis takut ga siap melakukan rutinitas yang itu-itu aja, takut ga siap menghadapi situasi yang sama terus menerus. Penulis takut bosan, dan takut rasa bosan itu mempengaruhi kinerja Penulis.


Udah, deh, ya. Pembicaraan kita udah terlalu serius. Penulis ga suka. Mari kita akhiri aja cerita di topik kali ini.


Jadi gimana menurut kalian tentang pertanyaan yang sering muncul di pikiran Penulis, ada kesamaan? Atau kalian punya pertanyaan yang lebih spektakuler? Monggo ke kolom komentar, yak!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...