Tuesday, March 6, 2018

Tentang Moody

Halo pembaca kece!

Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang moody dan apa yang akan aku lakukan seandainya bertemu dengan makhluk jenis ini. Sebelum jauh-jauh cerita, aku mau menjabarkan sedikit apa itu moody.

Aplikasi Kamusku
Moody itu turunan dari kata mood dalam bahasa Inggris yang berarti suasana hati. Sedangkan moody sendiri berarti suka murung. Jadi bisa disimpulkan kalau orang yang moody adalah orang yang terus menerus murung, suasana hatinya jarang bagus. Aku pikir awalnya orang yang moody ini orang yang suasana hatinya suka berubah-ubah, ternyata itu beda lagi. Kalau yang suasana hatinya gampang berubah itu istilahnya mood swing.

Nah, gimana kalau aku ketemu dengan orang yang moody? Hmm, aku bakal pergi jauh dari dia. Kenapa? Soalnya aku tipe orang yang gampang mood swing. Perubahan mood-ku itu bisa dipengaruhi orang di sekitarku. Jadi kalau berdekatan dengan seseorang yang moody, ada kemungkinan kalau aku bakalan ikutan murung, bahkan walaupun ngga ada alasan yang bisa bikin aku murung.

Tentang pendapatku terhadap mereka yang moody, aku ngerasa kasihan ke mereka. Ada banyak hal yang bisa membuat kamu bahagia, tapi kamu lebih fokus pada hal-hal yang membuatmu sedih. Kan kasihan banget hidup seperti itu. Bukan berarti aku ngga pernah murung, lho, ya. Tapi alhamdulillah, selalu ada hal yang bisa mencerahkan suasana hatiku, misalnya foto atau video kucingku di rumah yang diunggah adikku di Instagram atau Whatsapp. Tapi biasanya kalau udah liat foto atau video mereka, aku jadi mewek pengen pulang supaya bisa gendong mereka sih, ehehehe…

Babang Murung
health.clevelandclinic.org
Balik lagi ke pandanganku ke mereka yang moody ini. Plis, hidup ini ngga melulu tentang kesedihan dan kesengsaraan lho! Ada banyak hal, jutaan, bahkan milyaran hal yang bisa kamu jadikan alasan untuk tersenyum. Kalau aku sih memang orangnya gampang senyum. Liat kupu-kupu terbang aja aku senyum kok. Tapi kalau yang terbang kecoak, aku bakal ngibrit sambil teriak ketakutan kaya ngeliat pembunuh sadis (walaupun sebenarnya aku belum pernah ketemu sih, ehehehe…).


Udah, sekian itu aja pendapatku tentang orang yang moody. Beres ya, Kak Rin!

Gaya Berpakaian Sehari-hari

Halo pembaca kece!

Aku balik lagi dengan tantangan ke-67 BC dari Mbak Vera. Mbak Vera pengen kami berbicara tentang fesyen. Uuuuuuuuh! Ngga biasanya ini! Iya, jadi Mbak Vera mau kami cerita tentang gaya berpakaian kami sehari-hari. Waktu topik ini dicetuskan, aku langsung bingung, apa yang mau diceritakan, lha aku sukanya pakai setelan gembel. Tapi ya udahlah, pelan-pelan aku ceritain.

Kaos oblong + celana pendek
bacadata.com
Ngomong-ngomong tentang gaya berpakaian, aku itu tipe orang yang ngga mau terlalu ribet. Aspek yang paling aku perhatikan setiap memilih pakaian yang akan aku kenakan itu cuma dua. Pertama, kenyamanan. Nah, aku paling ngga suka pakai sesuatu yang bikin aku ngga nyaman, celana jenis blue jeans misalnya. Celana jenis ini cenderung kasar dan kaku. Kadang kulitku lecet kalau mengenakan celana jenis ini. Maka dari itu, untuk celana panjang, aku lebih memilih mengenakan celana bahan atau biasa disebut celana keper untuk hampir di semua kesempatan, ngga peduli itu acara formal atau informal. Bahkan untuk jalan ke pusat perbelanjaan modern sekalipun aku lebih suka mengenakan celana berbahan katun ini.

Pernah beberapa kali aku menerima olokan karena memakai celana bahan dengan alasan celana ini terlihat sangat formal atau terkesan seperti orang yang sudah tua. Kadang, kalau mood-ku sedang ngga bagus, aku akan tersinggung, tapi sebentar doang. Ini jarang sih. Soalnya aku bakal mikir ulang, buat apa tersinggung dengan penilaian orang tentang celanamu? Kamu beli celana itu ngga pakai uang mereka, dan lagi, yang pakai celana itu kamu, lho, bukan mereka, yang ngerasain nyamannya ya diri kamu sendiri.

Aspek yang kedua yaitu tujuan. Ini biasanya terkait dengan atasan. Jadi jika acara atau kegiatan yang akan aku tuju itu sifatnya formal, aku akan memilih atasan kemeja atau paling ngga polo shirt (kaos berkerah). Sedangkan jika kegiatan tersebut ngga formal, aku akan memakai kaos oblong atau singlet yang dipadukan dengan jaket.

Ini yang paling mendekati, kaos oblong
+ celana kolor + sendal jepit
tokopedia.com
Sebenarnya ada beberapa hal lain yang juga jadi pertimbanganku dalam memilih pakaian. Misalnya kecocokan warna atasan, bawahan, dan sepatu. Selain itu, lama penggunaan pakaian tersebut juga kadang aku pikirin. Jadi kalau itu cuma dipakai sebentar, aku akan memakai baju-baju lama, yang sablonan atau warnanya ngga cerah lagi. Tapi kalau baju itu akan digunakan cukup lama, seharian misalnya, maka aku akan memilih baju yang lebih baru dan kondisi yang masih enak dipandang mataku.

Nah, terakhir, nih, kalau aku ngga pergi kemana-kemana, pakaian yang aku kenakan itu adalah kaos oblong dan celana kolor sebatas lutut atau di atasnya. Kadang kalau harus keluar untuk beli sesuatu, celana kolornya aku ganti dengan celana training.


Jadi, begitulah gaya berpakaianku sehari-hari, Mbak Ver. Semoga bisa menjawab rasa penasaran Mbak.

Ingin Dilahirkan Kembali sebagai Siapa?

Halo pembaca kece!

Di postingan kali ini, BC 66, aku mau menjawab tantangan dari si Ihsan. Dia mau aku berandai-andai jika aku bisa dilahirkan kembali, aku memilih untuk dilahirkan sebagai siapa. Langsung aku jawab aja deh ya.

Aku memilih untuk tetap menjadi diriku sendiri.


Iya, walaupun misalnya aku bisa dilahirkan kembali dengan sosok yang berbeda, aku akan tetap memilih untuk dilahirkan menjadi diriku sendiri. Ngga peduli berapa banyak luka tercipta, ngga peduli berapa liter darah yang telah terbuang, ngga peduli jutaan kesalahan yang udah aku buat, aku tetap ingin menjadi diriku sendiri.

Kenapa? Karena aku percaya setiap orang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan, dengan kebaikan dan keburukan. Semua punya porsinya masing-masing. Seseorang hanya terlihat sempurna di mata orang lain, tapi di balik kesempurnaan itu, siapa bisa menjamin kalau dia ngga punya kekurangan.

Mungkin kamu bisa aja melihat hidup seseorang lancar, ngga menghadapi masalah, punya fisik yang indah, kondisi keuangan yang stabil, tapi apa kamu tau masalah yang disembunyikannya? Engga, kan?

Mungkin, jika aku bisa dilahirkan, kembali, aku ingin memperbaiki beberapa kesalahan di masa lalu yang berkaitan dengan diriku sendiri. Eh, tapi setelah aku pikir-pikir, kayanya ngga usah deh. Apapun yang terjadi di masa lalu, apapun, telah membentuk aku yang sekarang. Jika ada satu saja bagian dari masa lalu yang berubah, maka aku ngga akan seperti sekarang ini.

Aku hanya sedang mencoba bersyukur, menerima semua yang telah terjadi, semua yang telah diberi. Keluargaku, termasuk kucing-kucingku, teman-temanku, kekuranganku, kelebihanku, bahkan kesakitanku, semuanya deh.

Jadi sekali lagi, jika aku bisa dilahirkan kembali, aku hanya akan meminta untuk dilahirkan menjadi diri sendiri.


Oke, tantangan dari si Ihsan udah aku jawab, yaaaaaa! Lanjut ke tantangan berikutnya!

Guru Paling Berkesan untukku

Haloooooo! Ya ampun udah lama banget rasanya ga posting tulisan untuk BC. Ga dapet kesempatan untuk pegang laptop selama dua bulan belakangan ini. Kalaupun bisa pegang, pikiran ga bisa diajak serius. Tapi alhamdulillah sekarang udah bisa balik lagi.

Di postingan kali ini, topik BC ke- 65, si Hera minta para ABC untuk menceritakan tentang guru yang paling berkesan menurut kami, kesan yang baik, tentu aja. Aku udah nemu beberapa nama sih untuk dimasukkan ke dalam daftar guru yang berkesan. Tapi yang bakal aku cantumkan di sini cuma 3 orang aja. Bukan berarti yang lain ngga berkesan, hanya aja 3 orang ini yang langsung kepikiran.

                         1. Pak De Kijo

Pak De Kijo jadi icon untuk pencarian SMA Negeri 1 Kuala, Langkat
id.geoview.info
Nama asli bapak ini adalah Sukijo, tapi di sekolah lebih akrab dipanggil Pak Kijo. Nah, terus kenapa aku panggil Pak De*? Iya, soalnya Pak De Kijo ini juga guru Ummiku waktu SMP, jadi berasa dekat.

Aku ketemu Pak De Kijo di bangku kelas XI dan XII. Beliau mengampu mata pelajaran biologi karena memang waktu SMA aku memilih jurusan IPA (lalu berkhianat karena lanjut kuliah di jurusan bahasa Inggris, ehehehe).

Yang membuat Pak De Kijo berkesan untukku adalah karena walaupun beliau termasuk guru yang dihormati di sekolah, beliau ngga membuat batas tebal antara guru dan siswa, sehingga kami para siswanya merasa nyaman untuk belajar. Kegiatan belajar mengajar juga menyenangkan karena beliau menyisipkan cerita pengalamannya terdahulu dan juga menganalogikan materi pembelajaran ke dalam contoh kongkrit di kehidupan nyata.

Dulu, waktu lebaran, kami pasti janjian untuk datang mengunjungi rumah Pak De, halal bihalal. Nah, saat di rumah, Pak De Kijo lebih santai lagi dibanding di sekolah. Beliau ngga akan segan duduk di atas tikar bersama kami, sambil bercanda dan mengobrolkan bermacam-macam topik. Bahkan pernah, lho, Pak De memeriksa telapak tangan kami bergantian, mengecek apakah ada penyakit serius yang kami derita. Sayang, sekarang kami udah berpencar kemana-kemana, sulit untuk bisa ngumpul.

2. Pak De Sis

siap-sekolah.com
Lagi-lagi, karena alasan kedekatan, aku juga memanggil guruku ini dengan sebutan Pak De. Nama lengkapnya Siswoyo. Dulu waktu masih bujangan, Pak De Sis ini merupakan partner in crime-nya Abiku. Jadi udah berasa kaya saudara.

Aku diajar Pak De Sis waktu kelas VII, mata pelajaran matematika. Cara mengajar Pak De unik. Kadang beliau mengajar sambil melawak, kadang juga disisipi trik sulap.

Yang paling membekas dari Pak De Sis adalah hukumannya. Jadi, Pak De Sis ini termasuk guru yang berorientasi pada soal latihan. Jadi setiap selesai menjelaskan tentang satu materi, Pak De Sis akan memberikan beberapa butir soal. Yang membedakan Pak De Sis dengan guru lain adalah beliau akan memberikan hukuman untuk kesalahan di setiap butir soal. Jadi kalau ada lima soal dan kami salah semua, maka kami akan di hukum lima kali. Hukumannya apa?

Hukuman dari Pak De cuma 3 jenis kok. Pertama, Pak De Sis akan memukul ujung jari tangan kami yang telah dikerucutkan. Ngga tanggung-tanggung, beliau memukulnya menggunakan penghapus papan tulis. Pada inget kan kalau dulu penghapus papan tulis terbuat dari kayu tebal? Nah, kalau ngga ada penghapus, beliau akan memukul ujung jadi kami dengan penggaris kayu besar. Ini berlaku untuk siswa dan siswi.

Hukuman kedua adalah cubit di leher. Bukan cubit yang sampai meninggalkan bekas biru-biru, kok. Tapi katanya sih sakit juga. Ini hanya berlaku untuk siswi. Terakhir, cubit di dada. Sama seperti cubit di leher, ini juga ngga meninggalkan bekas, tapi sakit. Cubit di dada ini berlaku untuk siswa.

Yang aneh dari hukuman ini adalah kami harus mengatakan ‘Terima kasih, Pak’ setelah beliau menghukum kami. Dan lagi, saat-saat pemberian hukuman (ngomong-ngomong, Pak De Sis menyebut hukuman ini sebagai hadiah) adalah yang paling kami tunggu setelah pengumuman jawaban benar. Kami akan menertawakan teman yang diberi ‘hadiah’. Serius, deh, walaupun ini namanya hukuman, ngga ada satupun dari kami yang ketakutan. Semua senang. Dan aku cukup bersyukur selama satu tahun diajar oleh Pak De Sis, aku cuma pernah sekali dipukul di ujung jari dan sekali dicubit di dada. Yang langganan dihukum, banyaaaaaaaaaaaaak. Ahahahaha!

3. Pak Musa

Guru yang terakhir, namaya Pak Musa. Beliau ini adalah guru seni rupa di kelasku mulai dari kelas X sampai XII. Orangnya berbakat banget. Gambarnya itu rapi dan bagus. Kami jadi mudah meniru jika diberi tugas menggambar. Pak Musa juga termasuk pribadi yang santai, yang penting ngga keterlaluan. Soalnya kalau marah, serem juga. Cukup sekali deh kami dimarahi, walaupun di kemudian hari hal itu jadi bahan bercanda di antara kami.

Yang membuat Pak Musa berkesan bagiku adalah saat kami diminta untuk membuat prakarya sebagai tugas akhir mata pelajaran seni rupa kelas XII. Kami sekelas diminta membuat miniatur dari sterofom. Awalnya Pak Musa memilih rumah sebagai objek, namun karena terlalu rumit, objek miniatur diganti menjadi taman. Jadilah selama dua bulan, beberapa hari dalam seminggu, kami mengerjakan tugas itu bersama-sama sepulang sekolah. Dan yang membuat aku senang adalah saat Pak Musa mempercayakanku untuk menuangkan ide kreatifku tanpa harus meminta izin dari beliau. Pak Musa hanya sesekali mengarahkan dan memberi saran, selebihnya itu buah pikiranku dengan dibantu beberapa teman sekelasku.

Kenapa begitu istimewa? Entahlah, tapi saat itu aku merasa keberadaanku diperhitungkan, suaraku didengar, ideku dihargai. Ada perasaan bangga saat miniatur tersebut selesai dan mendapat apresiasi. Ah, susah diungkapkan dengan kata-kata, deh.


Oke, jadi tiga guru ini yang menurut aku paling berkesan. Kalian gimana, ada cerita tentang guru yang berkesan juga? Bagi-bagi dong!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...