Wednesday, September 27, 2017

Apa Kamu Senormal Aku?

Halo! Penulis balik lagi ini! Op! Op! Tunggu dulu! Berhubung tema blog ini ganti, sebutan untuk diri Penulis ganti juga, dong. Mulai postingan ini sampai berikutnya, kata Aku akan menggantikan kata Penulis untuk merujuk ke diri Penulis. Oke, sip, bungkus!

Nah, di postingan kali ini, Aku mau cerita tentang hal-hal yang menurutku normal. Aneh topiknya, ya? Ya gitu deh. Aku juga udah protes sama yang ngajuin topik ini. BTW, yang mengajukan topik ini si Ichsan, anggota baru BC. Tuh, kan, masih anggota baru udah ngasih topik yang aneh begini. Huh! Tapi ya udah, lah, ya. Kita coba tulis aja.


Hal yang Menurutku Normal

Sebelum aku cerita jauh-jauh, mari kita cek apa arti kata normal di KBBI. Nah ini dia, menurut KBBI edisi kelima, normal bermakna menurut aturan atau menurut pola yang umum; sesuai atau tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah; sesuai dengan keadaan yang biasa; tanpa cacat; tidak ada kelainan. Dengan kata lain, sesuatu dikatakan normal saat hal itu sesuai dengan peraturan, norma atau kaidah dan dapat diterima secara umum. Tapi berhubung di sini topiknya adalah hal yang normal menurutku, maka penjelasan dari KBBI di atas bisa kita abaikan. Oke, sip!
Jadi apa aja hal yang menurutku normal? Di sini aku akan kelompokkan ke dalam beberapa komponen. Kita bahas satu-satu ya!

Makan

www.ummi-online.com
Poin pertama adalah tentang makan. Bagaimana makan yang normal menurutku? Kuantitasnya pas; tiga kali sehari; pagi, siang, dan malam. Jadi kalau ada yang melewatkan salah satu waktu makan di atas (kecuali saat ibadah puasa), mereka aku anggap ngga normal. Tentang cara makannya, aku ngga ada masalah mau langsung dengan tangan atau dengan menggunakan sendok dan garpu atau pisau, yang penting tangan yang digunakan untuk makan itu masih tangan kanan. Tentang durasi, aku rasa makan dengan menghabiskan waktu 10-15 menit itu wajar karena menurut aku, makan itu mesti dinikmati, ngga boleh terburu-buru kecuali terpaksa, saat hampir terlambat misalnya. Tapi kalau di waktu lengang, ngga perlu terburu-buru.

Tidur

Poin kedua, kita bicara tentang tidur. Menurutku, tidur yang normal itu tidur yang dimulai dari sebelum jam 11 malam dan diakhiri sebelum jam 6 pagi. Kalau kurang, berarti ngga normal. Tapi kalau lebih satu atau dua jam, itu masih bisa dimaklumi. Berikutnya posisi tidur. Posisi tidur yang normal itu telentang atau miring ke kiri dengan kaki ngga mengarah ke kiblat. Kalau kamu tidur dengan posisi miring ke kanan, masih boleh deh. Tapi kalau tengkurap, BIG NO!

Mandi

clicktoseeworld.blogspot.co.id
Aku anggap mandi itu normal kalau durasinya lebih dari atau paling engga 10 menit. Kalau kurang dari itu, ngga normal. Pasti mandinya ngga bersih. Aku jadiin diriku sendiri sebagai patokan. Jadi aku paling cepat mandi itu 10 menit. Itu ngga termasuk pooping lho, ya. Kalau ditambah pooping dan kegiatan lain kaya cukuran, jadi makin lama. Bisa sampai setengah jam gitu. Makanya kalau ada orang yang yang mandinya ngga lebih dari 10 menit, aku meragukan kebersihannya. Sama kaya waktu makan, aku juga ngerasa kalau mandi itu perlu dinikmati, nunjukin kalau kita itu sayang sama badan kita. Jadi ngga perlu itu terburu-buru waktu kita mandi. Yang penting bersih, itu toh tujuan hakikinya. Tapi ya ngga sampai satu jam juga di kamar mandi. Situ ngapain? Konser?

Berteman

Poin berikutnya adalah tentang hubungan pertemanan. Untuk berteman dengan lawan jenis, aku rasa sah-sah aja untuk skinship yang wajar, kaya gandengan, rangkulan, atau pelukan. Tapi harus digarisbawahi, yang wajar, sekedarnya aja, menunjukkan kedekatan kita dengan mereka. Itupun hanya berlaku ke teman lawan jenis yang udah bener-bener akrab. Aku sendiri cuma punya 3 temen cewek yang bebas banget. Mungkin ada beberapa yang lain, tapi ngga sebebas kaya ke 3 orang ini. Kalau temenan sama cowok, aku liat orangnya. Kalau aku udah nyaman, gandengan, rangkulan, atau pelukan itu normal. Tapi kalau cuma sekedar kawan, aku ditempelin dikit aja geli, ahahahaha

Percintaan

Ohohoho! Menyinggung masalah cinta nih! Nah, di bagian ini aku bahas tentang kedudukan cewek dan cowok. Menurut aku, sah-sah aja kalau cewek yang mengungkapkan perasaannya lebih dulu ke cowok. Jadi ngga harus cowok yang nembak cewek. Prinsipku begini, kamu mau sesuatu ya usaha, dong! Cewek kasih kode doang? Iya kali cowoknya anggota Badan Intelijen Negara, mesti pintar memecahkan kode-kode rahasia dari si cewek. Engga mesti serumit itu lhaaa. Yang wajar aja. Kalau suka tinggal bilang. Apakah nanti ditolak atau diterima, ya persiapkan diri aja untuk kemungkinan terburuk, daripada galau-galau ngga jelas?! Bener engga? Gengsi? Harga diri? Shoo shoo deh! Makan itu gengsi!

www.life.idntimes.com
Tentang keuangan waktu pacaran, aku rasa juga sah-sah aja kalau waktu jalan itu biayanya patungan. Walaupun sebenarnya pacaran itu dilarang, tapi postingan ini kan bukan tentang agama, beda lapak cuy. Jadi mari kita abaikan yang itu, ya?! Balik lagi, ngga mesti kok cowok terus yang jadi fasilitator dan cewek jadi konsumennya. Ya kalau sekali-sekali si cewek yang bayarin, ngga masalah. Di Jepang, pasangan yang makan di luar itu bayar masing-masing lho. Kemudian hadiah, aku rasa ngga normal kalau masih pacaran, tapi si cewek udah minta hadiah macem-macem, atau uang belanja bulanan. Apalagi kalau si cowok ini belum punya penghasilan sendiri alias masih dibiayain orang tuanya. Sah-sah aja kalau hadiahnya itu dalam memperingati momen tertentu kaya ulang tahun. Anniversary? Meh! Mending nikah, terus ngerayain ulang tahun pernikahan setiap tahun. Ini engga, pacaran, sok merayakan anniversary, setiap bulan lagi! Belajar bahasa Inggris lagi, ya, Mbak, Mas. Malu sama tuyul kalau ngerayain anniversary-nya setiap bulan.

Oke, sip! Udah, aku rasa lima poin ini aja udah cukup. Mungkin ada beberapa hal lagi yang bisa diceritakan lebih lanjut, tapi aku ngga kepikiran apa.


Nah, setelah baca postingan ini, kira-kira menurut kalian, pandangan kita tentang hal yang normal itu sama engga? Beda, ya? Ya monggo kasih tau bedanya di mana. Tuh kolom komentar kosong, diisi, gih!

Sunday, September 24, 2017

Ayo Ceritakan Sedikit tentang Dirimu!


Hola-hola!

Apa kabar? Semoga yang baca postingan ini selalu diberi kesehatan oleh yang Mahakuasa, amin! Doakan juga semoga Penulis cepat sembuh dari sakit ya. Badan Penulis masih sulit beradaptasi dengan cuaca panas luar biasa di kota ini, jadi, ya gitu, setiap pulang kuliah Penulis meriang. Soalnya kami di kelas pakai AC, terus waktu keluar ruangan langsung terpapar panas ekstrem. Badan jadi kaget dong, ya?

Udah, udah cukup curhatnya. Penulis mau cerita-cerita tentang diri Penulis ini. Topik ini yang kasih si Hera. Do’i penasaran banget sama ABC yang lain, makanya do’i kasih topik tell me about yourself. Nah, lho, Penulis bingung mau cerita apaan, I’m an open book, lho. Hampir semua temen udah pada tau siapa dan bagaimana Penulis. Mungkin si Hera udah kehabisan ide, makanya do’i ngajuin topik ini. Oke, oke lah, yuk masuk!


Who Am I?


Pertanyaan dasar nih, siapa aku? Siapa Penulis? Ini ga usah ditinjau terlalu dalam sampai ke hakikat kenapa Penulis lahir ke dunia dan apa tujuan hidup Penulis. Ga perlu sampai ke sana, berat. Kita cerita yang ringan aja. Sip!

Penulis adalah seorang bocah atau remaja laki-laki berusia 23 tahun yang memiliki pipi gempal besar sebelah karena cenderung menggunakan mulut sebelah kiri saat mengunyah makanan. Anak kedua dari tiga bersaudara ini dilahirkan di salah satu ruangan di RS dr. Djoelham, Kota Binjai. Masih memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat dengan kedua orang tuanya yang saat ini bermukin di kota kecamatan di Kabupaten Langkat.

Penyuka hewan peliharaan dengan nama latin Felis silvestris catus ini memiliki banyak hobi, diantaranya menulis, memasak, berprakarya, menonton film, bernyanyi, dan masih ada beberapa lagi, namun ngga satupun dari hobi itu didalami olehnya. Kemampuan menulis cuma ala kadarnya, rasa masakannya biasa aja, hasil prakaryanya juga jauh dari kata luar biasa. Suaranya? Duh! Jangan ditanya! Bagus sih, tapi lebih bagus diam. Cuma ya, Penulis ngga bisa menahan diri untuk ngga bernyanyi, apalagi waktu nyuci, hehehe… Dulu waktu di kost sampai di-request nyanyi beberapa lagu sama tetangga kamar. Untuk ngusir tikus kali, ya? Ahahaha!

Bicara tentang memasak, sebenarnya Penulis juga ngga tau nih punya hobi ini nurun dari siapa. Ummi, memang masakan beliau pantas diacungi jempol. Tapi Ummi masak itu untuk makan sekeluarga sehari-hari, bukan karena hobi. Sekarang malah lebih sering beli di luar. Abi? Beliau malah hampir ngga pernah masak. Jadi fix ini hobi ngga diturunkan dari orang tua.
Awalnya, waktu Penulis masih SD, Penulis suka iseng sama makanan yang dibuat Ummi. Yang paling iseng itu adalah waktu Penulis memasukkan kacang tanah mentah yang udah Penulis giling ke dalam sambal terasi. Begitu Ummi pulang kerja, Ummi protes. Ngga marah, lho ya, protes. Ummi tanya itu kenapa kacang tanah mentah dimasukin ke sambal. Penulis cuma nyengir. Abis itu Ummi kasih tau, kalau sebenarnya ngga masalah kalau kacang tanahnya mau dimasukin ke sambal, tapi harus dimasak dulu biar matang.

Hobi memasak
hobbybareng.blogspot.co.id
Naik ke stage kedua, Penulis mulai coba-coba dengan telur. Jadi paling engga seminggu sekali Penulis bakal menggoreng telur, entah itu telur mata sapi ataupun telur dadar. Begitu mulai bisa menguasai cara menggoreng telur, Penulis jadi agak betingkah dong. Telur dadar yang awalnya polos, mulai Penulis kasih campuran kaya tomat, bawang, cabe, wortel, kentang, teri, dan banyak lagi.

Di stage ketiga, Penulis melebarkan sayap ke menu nasi goreng. Berbekal nonton Ummi dan Abi waktu menggoreng nasi, Penulis mulai berani mencoba. Tapi namanya amatir, pasti banyak kesalahan, mulai dari terlalu asin, terlalu banyak minyak, sampai pernah rasa nasi gorengnya jadi aneh karena itu nasi Penulis tambahin daun bayam. Namun dari kesalahan-kesalahan itu Penulis belajar. Sekarang sih kalau ada kesempatan, Abi malah nyuruh Penulis untuk bikin nasi goreng untuk sarapan orang serumah.

Stage keempat, Penulis mulai suka coba-coba dengan gorengan. Mulai dari ayam goreng, tempe goreng, tahu goreng, udang goreng, cumi goreng, dsb. Tentu aja digoreng dengan cara yang betingkah. Yang dibikin adonan dulu lah, dilumuri bumbu racikan sendiri, sampai dibentuk macam-macam.

Terus di stage kelima, Penulis bereksperimen dengan pasta. Niat awalnya sih mau membiasakan lidah kampung orang di rumah dengan makanan luar. Caranya dengan mengganti saus pasta dengan bumbu yang familiar dengan lidah orang Indonesia, yaitu bumbu sarden kalengan. Setelah Ummi Abi terbiasa, Penulis betingkah lagi dong, ya?! Mulai coba pakai saus tiram dan saus teriyaki. Bahkan ngga hanya ditumis dan digoreng, Penulis nyoba bikin kroket atau pasta kukus. Ummi, Abi, dan Uwak yang kerja di rumah jadi komentator setiap Penulis masak. Di mana letak kurangnya, apa yang mesti dikurangi, dsb.

Nah, di stage keenam, Penulis mengotak-atik kue. Kue pertama yang Penulis coba adalah bolu panggang biasa. Cuma ya karena udah kebiasaan betingkah, itu adonan bolu Penulis bagi jadi dua bagian. Satu bagian dibiarkan polos, satu adonan lagi dikasih coklat bubuk. Terus waktu dituang ke loyang yang berbentuk huruf O, Penulis kasih irisan buah kurma. Rasanya gimana? Yah, Penulis ngga berharap banyak, namanya juga percobaan pertama. Dan setelah itu Penulis belum ada nyoba bikin kue lagi, keburu pergi jauh dari rumah, huhuhuuuu…

Itu dia sekelumit cerita tentang Penulis. Dikit banget karena emang Penulis cuma mau cerita tentang hobi memasak. Jadi biar yang baca pada tau gimana perkembangan hobi Penulis.

Oke, topik ini beres ya, Her. Gosah kau suruh aku cerita-cerita kek gini lagi!

Tuesday, September 19, 2017

Pendidikan di Indonesia, Murah atau Mahal sih?


Halo-halo!
Penulis balik lagi! Kali ini mau cerita tentang dunia pendidikan, lagi. Tapi ini beda pembahasan kok. Kalau di topik sebelumnya Penulis membahas tentang hal-hal yang ngga boleh dilakukan guru di sekolah, di postingan ini Penulis mau membahas topik dari si Trias tentang biaya pendidikan di Indonesia, apakah murah atau mahal. Uuuuuuuh! Masalah uang! Cus masuk ke pembahasan!

Sekolah di Indonesia, Murah atau Mahal?

Kalau dalam percakapan sehari-hari, pasti kamu sering dengar pernyataan seperti ini, “Ngga ada yang gratis di dunia ini, bahkan mau pipis pun bayar.” Pernah dengar dong, ya? Iya, pernyataan itu bisa jadi benar, bisa jadi salah. Masih ada kok yang gratis, tapi ngga sedikit yang serba bayar, termasuk pendidikan. Nah, pertanyaannya adalah, apakah untuk bersekolah di Indonesia itu butuh biaya besar? Untuk menjawab pertanyaan ini, Penulis menjadikan pengalaman Penulis sendiri sebagai dasar.

Ilustrasi Keadaan Kelas TK
www.sinarharapan.co
Apakah bersekolah di Indonesia butuh banyak biaya? Jawabannya adalah tergantung di mana kamu bersekolah. Penulis memulai pendidikan di bangku taman kanak-kanak (TK) di pertengahan tahun 1999. TK tempat Penulis bersekolah adalah TK yang berada di bawah naungan yayasan swasta. Apakah biaya yang dikeluarkan orang tua Penulis cukup banyak? Penulis belum begitu mengerti tentang biaya saat itu. Tapi bisa Penulis perkirakan bahwa biaya yang keluar untuk bersekolah di TK saat itu masih cukup terjangkau. Empat tahun kemudian, adik perempuan Penulis mulai bersekolah di sekolah setingkat TK tapi versi islam dengan sebutan RA (Raudatul Athfal) dan statusnya juga sekolah swasta. Apa butuh biaya besar? Lagi-lagi, engga. Untuk pendaftaran awal, biaya yang dikeluarkan ngga sampai 500 ribu. Uang bulanannya juga ngga mencapai angka 100 ribu.

Tapi ingat, ini pengalaman Penulis dan adik yang sekolah TK-nya ada di kota kecamatan. Bagaimana kalau di kota besar? Nah, kalau di kota besar, untuk tingkat TK, di awal pendaftaran, setidaknya orang tua harus mengeluarkan biaya 1-3 juta. Dan untuk uang bulanannya sekitar 100-300 ribu. Itu di sekolah yang biasa aja, lho ya?! Kalau di sekolah bonafit, pasti lebih mahal dari itu.

Beranjak ke tingkat SD, Penulis bersekolah di SD Negeri. Seingat Penulis, orang tua Penulis ngga mengeluarkan biaya yang banyak ke pihak sekolah, soalnya ada program Wajib Belajar 9 Tahun. Jadi uang sekolah gratis, buku paket juga dipinjamkan. Orang tua Penulis hanya membayar kebutuhan tambahan seperti untuk baju olahraga dan ujian praktik, selebihnya gratis.

Wajib Belajar 9 Tahun
radarsuperindo.wordpress.com
Lagi-lagi, kondisi di atas berlaku di tempat tinggal Penulis. Kalau di kota, ini berdasarkan pengalaman adik sepupu, di awal, biaya yang harus dibayarkan sekitar 3-6 juta, itu sudah termasuk beberapa pasang seragam. Uang bulanannya masih dalam hitungan ratusan ribu.

Masuk ke SMP, Penulis juga masih bersekolah di sekolah negeri. Masih karena program Wajib Belajar 9 Tahun, biaya sekolah Penulis juga hampir gratis, hanya beberapa puluh ribuan sebulan untuk membayar komputer setiap bulan dan baju olahraga yang dibayar waktu kelas 7. Buku paket juga masih dipinjamkan oleh pihak sekolah. Tapi menjelang akhir masa SMP, tepatnya semester kedua kelas 9, ada les tambahan di sekolah untuk persiapan menghadapi ujian nasional dengan biaya 150 ribu untuk 3 bulan. Oh, iya, hampir lupa. Karena Penulis masuk di kelas unggulan, ada biaya tambahan sebesar 120 ribu untuk seragam khusus yang dikenakan pada hari senin-kamis. Berbeda dengan Penulis yang bersekolah di SMP Negeri, adik Penulis melanjutkan sekolah menengahnya ke pondok pesantren swasta. Walaupun swasta, biaya yang dikeluarkan orang tua juga masih terjangkau. Uang sekolah sekitar 1,2 juta (Penulis lupa apakah ini pertahun atau persemester) yang pembayarannya bisa dicicil dan uang bulanan senilai 400 ribu, sudah termasuk biaya pemondokan dan konsumsi.

Di bangku SMA, lagi-lagi Penulis bersekolah di sekolah negeri. Waktu itu program Wajib Belajar 12 Tahun belum dicanangkan, jadi setiap bulan ada uang SPP yang harus dibayar sekitar 50 ribu. Buku paket juga dibeli untuk pribadi dengan biaya sekitar 500 ribu pertahun. Ditambah baju olahraga di kelas 10. Di semester kedua kelas 12, Penulis juga diberi les tambahan dengan biaya (kalau Penulis ngga salah) 300 ribu untuk 3 bulan. Adik Penulis sendiri masih sama dengan SMP karena dia melanjut ke Aliyah di pondok pesantren yang sama.

Ilustrasi Suasana Ujian SNMPTN
www.indowarta.com
Pada tahun 2012 Penulis menyelesaikan studi di SMA dan berencana melanjutkan ke perguruan tinggi negeri melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Biaya yang dikeluarkan untuk pendaftaran (SNMPTN) jalur ujian tulis saat itu hanya 175 ribu. Alhamdulillah, Penulis diterima di salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Medan. Untuk pendaftaran ulang, orang tua Penulis harus merogoh kocek sebanyak sekitar 2,3 juta dengan rincian uang pembangunan, SPP semester satu, dan jaket almamater. Uang SPP persemester untuk semester dua dan selanjutnya sebesar 725 ribu. Tapi Penulis merupakan stambuk terakhir yang masih memakai biaya segitu. Untuk stabuk setelah Penulis diberlakukan sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang biaya SPP persemesternya tergantung dari penghasilan dan tanggungan orang tua masing-masing mahasiswa. Rentang biayanya mulai 500 ribu hingga 1,5 juta. Nominal ini setiap tahun naik, ngga tau untuk stambuk 2017 berapa rentang biayanya.

Bagaimana dengan adik Penulis? Alhamdulillah, pada tahun 2016 kemarin dia juga diterima di salah PTN islam di Kota Medan. Karena udah berlaku sistem UKT, jadi ngga ada yang namanya uang pembangunan di awal. Orang tua Penulis hanya harus membayar SPP senilai 2 juta yang kini naik menjadi 2,1 juta persemesternya.

Gedung Pascasarjana
www.uns.ac.id
Akhir tahun 2016, Penulis menamatkan studi S1 dan mendapat gelas sarjana. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan, Penulis memutuskan untuk melanjutkan studi ke tingkat magister di salah satu PTN di Pulau Jawa. Butuh biaya sebesar 400 ribu untuk pendaftarannya. Nominal ini termasuk yang paling murah, karena di beberapa universitar negeri lain, biaya pendaftaran berkisar 500-750 ribu untuk jenjang magister. Alhamdulillah Penulis lulus seleksi. Di universitas ini juga berlaku sistem UKT. Hanya saja nominalnya tidak ditentukan oleh penghasilan dan tanggungan orang tua, melainkan jurusan magisternya. Jurusan yang Penulis ambil termasuk jurusan dengan nominal UKT terendah, yakni 6,5 juta, sedangkan nominal UKT tertinggi senilai 10,9 juta. Dibandingkan dengan universitas negeri lain di Indonesia, UKT di universitas ini juga termasuk yang termurah. Di universitas negeri yang lain, bilangan UKT mulai dari angka 5 juta hingga belasan juta, tergantung jurusannya.

Nah, jadi itu gambaran biaya pendidikan menurut pengalaman Penulis sendiri. Menurut kamu, jumlah segitu termasuk kategori murah atau mahal? Kalau Penulis pribadi sih jumlah segitu murah, karena teman-teman Penulis yang lain, biaya sekolahnya lebih mahal, hehehe…

Gimana, gimana, murah atau mahal? Kasih pendapat kamu di kolom komentar ya?!

Sunday, September 10, 2017

Tamat Sekolah dan Sudah Wisuda, Lanjut Kuliah atau Kerja Sih?


Yuhu! Mari merapat! Penulis mau cerita tentang masa depan ini, lanjut kuliah atau kerja? Topik ini dari si Nadya. Mungkin do’i lagi galau makanya minta pendapat ABC jalan apa yang harus dipilih. Yuk kita tolong do’i memilih!

Lanjut Studi atau Kerja, ya?!


Kuliah atau Kerja?
www.juragancipir.com
Nah, ini nih yang jadi bahan pikiran nomor satu anak kelas 3 SMA dan mahasiswa yang udah wisuda. Mereka bingung mau langsung lanjut studi atau kerja dulu. Banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan, mulai dari keuangan, rasa jenuh belajar, sampai pacar. Tapi kayanya yang ke-tiga boleh disingkirkan dulu deh. Oke, sip. Ayo mulai berpikir!

Pertimbangan pertama adalah keuangan. Ngga usah muluk-muluk lah ya. Pipis di toilet umum aja bayar kok, apalagi kuliah. Nah, pertanyaannya adalah apakah orang tua merupakan satu-satunya sumber dana kamu? Jika iya, kalimat berikutnya penting untuk kamu baca. Kira-kira orang tua kamu sanggup engga membiayai kuliah kamu nanti, jika memang sanggup, ngga ada masalah kalau kamu langsung lanjut kuliah.

Kuliah, Wisuda
life.idntimes.com
Lantas gimana kalau orang tua kamu ngga sanggup membiayai? Maka di sini kamu dituntut untuk berbesar hati untuk menunda kuliah kamu sampai orang tua kamu sanggup membiayai atau kamu sanggup membiayai sendiri kuliah kamu. Atau alternatifnya, kamu melamar beasiswa. Banyak kok beasiswa yang ditawarkan untuk mahasiswa, mulai dari beasiswa pemerintah daerah, beasiswa lembaga pemerintah, hingga beasiswa lembaga atau perusahaan swasta. Tapi kalau semua opsi di atas ngga bisa kamu dapetin, ya udah, kerja dulu. Tapi inget lho, ya, kamu kerja supaya bisa nabung untuk kuliah kamu nanti. Soalnya banyak kasus sekarang orang lupa apa sebenarnya tujuan mereka bekerja. Akibatnya, gaji yang mereka terima setiap bulan habis untuk foya-foya. Nah, lho, kapan mau kuliahnya?

Pertimbangan kedua itu rasa jenuh belajar. Iya, pasti dong ada di antara kamu yang ngerasa jenuh belajar. Mulai SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun. Total ada 12 tahun. Belum lagi kalau kuliah S1, berarti ditambah sekitar 4-5 tahun lagi. Lebih dari 15 tahun! Beberapa dari kamu pasti berpikir untuk ‘beristirahat’ sejenak dari yang namanya belajar. Makanya ada yang memutuskan untuk nganggur selama beberapa waktu. Ada yang mengisi waktu nganggurnya dengan liburan, mengunjungi beberapa tempat wisata. Beberapa memilih untuk bekerja, menabung untuk biaya kuliah, beberapa memilih benar-benar nganggur di rumah, bantu-bantu orang tua.

Kerja!
sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id
Berhenti sejenak dari belajar itu perlu lho. Pikiran kamu itu ngga bisa dipaksa terus belajar, apalagi ini keadaanya kamu udah jenuh, penat. Otak kamu butuh istirahat. Ngga ada salahnya kok. Cuma yang perlu kamu pikirkan selanjutnya, kamu mau ngapain saat masa ‘istirahat’ itu? Kamu harus udah tau apa yang akan kamu lakukan. Jangan sampai kamu nganggur di rumah, ngga bantu apa-apa malah ngerepotin orang tua. Apalagi kamu yang tamat SMA. Penerimaan mahasiswa baru untuk program S1 cuma sekali setahun. Itu artinya kamu akan nganggur selama setahun. Setahun itu ngga sebentar lho. Beda dengan program S2 yang penerimaannya bisa sampai 2 kali setahun. Jadi seandainya para sarjana itu mau nganggur sejenak, ngga sampai kelamaan, beberapa bulan aja.

Nah, pemaparan di atas kan menurut pengamatan Penulis tentang fenomena di lapangan. Gimana pendapat Penulis sendiri? Kalau Penulis lebih memilih lanjut kuliah karena dua alasan; pertama, karena alhamdulillah, orang tua Penulis sanggup membiayai kuliah Penulis; kedua, karena Penulis ngga mau apa yang udah didapatkan waktu kuliah S1 hilang semua. Makanya Penulis memutuskan untuk langsung lanjut meskipun kenyataannya Penulis sempat nganggur selama sekitar 8 bulan. Tapi itupun Penulis kerja, ngga leha-leha di rumah orang tua, hehehe....

Udah beres topik darimu Nad. Cukup segitu lah, ya? Kalau kurang, cari referensi lain.

Nah, gimana menurut kamu, lanjut kuliah atau kerja? Kasih pendapat kamu di kolom komentar, yaaaa!

Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Guru di Sekolah


Setelah beberapa postingan sebelumnya membahas tentang kepribadian dan hal-hal yang berhubungan dengan pribadi Penulis, kali ini Penulis mau bahas tentang hal yang di luar dari diri Penulis. Topik kali ini dari si Wawa, agak berat, dan membuat Penulis mengenang kembali semester-semester akhir kuliah S1 berbulan-bulan yang lalu dan masa-masa sekolah dulu.

Jadi, kan, si Wawa yang saat ini udah menjadi seorang guru di salah satu sekolah di Kota Medan, mau kami para ABC membuat postingan tentang hal-hal yang ngga boleh dilakukan oleh guru saat berada di sekolah. Agak berat, kan? Iya, emang agak berat. Tapi Penulis suka nih topik-topik yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Maklum aja, waktu S1 kan Penulis ambil program Pendidikan Bahasa Inggris. Jadi otomatis perkuliahan Penulis berhubungan langsung dengan pendidikan dan segala perintilannya. Yuk, lah kita bahas!

Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan Guru di Sekolah


Peran guru hampir ngga bisa dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bahkan setelah dilakukan berbagai inovasi di bidang pendidikan, baik itu pemanfaatan rekaman video atau robot, peran guru masih menjadi salah satu faktor paling penting agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

Tapi namanya juga manusia, pasti guru pernah melakukan kesalahan. Nah, berikut ini Penulis akan memuat beberapa hal yang sebaiknya atau malah ngga boleh dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas. Semua poin yang Penulis paparkan nanti berdasarkan pengalaman Penulis sendiri saat masih berstatus sebagai siswa. Jadi jika ada kesalahan atau kekeliruan, mohon dimaklumi.

Membanding-bandingkan

Guru Memarahi Siswanya
www.kesekolah.com
Pasti beberapa dari kamu pernah ketemu dengan guru tipe ini. Iya, guru yang suka membanding-bandingkan siswanya dengan siswa lain. Kalau kamu jadi siswa yang dibandingkan, dan posisi kamu adalah siswa yang lebih baik dari siswa yang satunya, tentu bangga dong, ya? Nah, gimana kalau kamu jadi siswa yang ngga lebih baik? Kesal? Kecewa? Merasa ngga dihargai? Bener banget. Siapa sih yang ngga kesal kalau dibanding-bandingkan dengan orang lain?!

Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan, memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing. Mungkin si A lebih unggul dibanding si B pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun ngga bisa langsung disimpulkan kalau si A lebih baik daripada si B. Bisa jadi si B lebih unggul di mata pelajaran seni dan olahraga.

Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Setelah Penulis telusuri dan berpikir lebih dalam, ternyata akar dari permasalahan ini adalah karena di Negara Indonesia tercinta ini ada kecenderungan untuk mengistimewakan bidang akademik terutama pada mata pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, dan kimia. Siswa yang unggul di tiga mata pelajaran ini akan lebih dihargai dibandingkan dengan siswa yang unggul di mata pelajaran lain seperti seni dan olahraga. Mau segemilang apa prestasi seorang siswa di bidang olahraga maupun seni, jika ia ngga bisa menguasai salah satu dari ketiga mata pelajaran tersebut, siswa itu akan dipandang sebelah mata oleh guru.

Apa akibat yang timbul jika guru membandingkan siswa-siswanya? Siswa yang dianggap lebih baik akan menjadi besar kepala, sombong, bahkan meremehkan teman-temannya, sedangkan siswa yang dianggap ngga lebih baik akan cenderung menjadi minder, hilang semangat untuk belajar sehingga bisa makin memperburuk kondisi akademik siswa.

Melarang Sesuatu yang Dilakukannya

Peran guru selain sebagai pengajar adalah sebagai model atau panutan bagi seluruh siswanya, baik penampilan maupun perilakunya. Oleh karena itu guru harus tampil sebaik mungkin di depan siswanya. Namun kita kembali ke kenyataan bahwa guru itu juga manusia yang tak luput dari salah. Ada aja guru yang ngga berpenampilan dan ngga bertindak sebagaimana mestinya. Nah, biasanya, guru-guru seperti ini pulak yang banyak tingkahnya. Ngelarang ini lah, ngelarang itu lah.

Ilustrasi Perokok
www.nasional.republika.co.id
Apa dampaknya bagi siswa? Jelas siswanya jadi makin ngga patuh. Gimana siswanya mau berpakaian rapi mengikuti peraturan sekolah yang berlaku jika gurunya aja ngga patuh? Penulis pernah punya temen yang kritisnya luar biasa. Jadi dulu di sekolah Penulis ada bapak guru yang memakai pakaian dinas tapi ujung bawah bajunya ngga dimasukkan ke dalam celana. Temen Penulis protes ke guru itu, tapi dengan santai si guru bilang kalau yang dia pakai itu baju model yang ujung bawah bajunya ngga dimasukkan ke dalam celana (setau Penulis, ngga ada jenis baju dinas seperti ini, kecuali untuk pegawai wanita) sambil menunjukkan sobekan di sisi kanan dan kiri bawah bajunya. Besoknya, temen Penulis datang ke sekolah dengan ujung bawah baju seragamnya ngga dimasukkan. Dia langsung ditegur oleh bapak guru yang kemarin diprotesnya. Dengan santai, temen Penulis itu menjawab, “Loh, Pak, ini baju seragam yang ngga dimasukin ke celana. Liat nih,” sambil nunjukin sobekan di kanan dan kiri bawah baju seragamnya.

See? Guru ngga boleh sembarangan, kan? Atau kasus lain di mana guru membuat larangan merokok di lingkungan sekolah bagi siswa, tapi banyak guru yang merokok bahkan di depan kelas saat mengajar.Nah, lho, gimana siswa mau patuh coba? Atau kasus lain lagi, nih. Biasanya terjadi di hari senin, saat Upacara Penaikan Bendera berlangsung. Pasti kamu pernah ngeliat guru yang marah-marah kepada siswa yang ribut, atau malah kamu yang jadi pelakunya. Di sisi lain, kamu juga pasti ada ngeliat guru yang asyik ngobrol dengan sesama guru di barisan para guru. Kontradiksi, kan

Lantas kemudian para guru membela diri, bahkan walaupun guru udah taat peraturan, udah kasih contoh yang benar, masih ada aja siswa yang melanggar peraturan. Nah, lho! Gimana lagi tuh coba? Mari kita kembali ke diri kita masing-masing, mungkin cara yang digunakan untuk  memberi pengertian kepada siswa tentang peraturan sekolah masih kurang tepat.

Berkata Kasar

Di poin ketiga ini, Penulis rasa hampir semua dari kita pernah menjumpainya, guru yang suka berkata kasar. Mungkin memang bawaan gurunya yang ngga bisa tahan emosi, tapi diingat lagi salah satu dari empat kompetensi guru, personality atau kepribadian. Guru harus berkepribadian baik yang salah satunya diimplikasikan dengan bertutur lembut dan santun. Jadi ngga ada alasan kalau guru A bebas berkata kasar karena bawaan dari lahir.

Ilustrasi Guru Berkata Kasar
www.pinterest.com
Emang kenapa kalau guru berkata kasar ke siswa? Jelas, siswa akan tersinggung, sakit hati, yang mana nantinya malah menyebabkan hubungan antara guru dan siswa jadi buruk. Dengan berkata kasar juga bisa menyebabkan siswa meniru tindakan tersebut dan menerapkannya ke teman-temannya atau malah ke gurunya. So, untuk Bapak dan Ibu guru yang baik, jaga perkataannya ya!

Sembarangan Memberi Nilai

Pernah ketemu dengan guru yang sembarangan memberikan nilai? Kita sama! Tos dulu! Ahahahaha! Tau, ngga sih, nilai itu berharga lho bagi siswa. Itu semacam gaji atau upah dari hasil kerja kerasnya (yaaaah, meskipun sekarang siswa dimudahkan dengan adanya teknologi). Apalagi ditambah pujian, wah, itu bisa membuat siswa merasa terbang ke angkasa! Namun sayangnya, ada aja guru yang sembarangan memberi nilai, cuma membubuhkan parafnya di tugas siswa.

Ilustrasi Siswa yang Tertekan
http://smpn10-mgl.blogspot.co.id
Siswa yang mendapat guru model begini akan merasa ngga dihargai, kemudian jadi malas untuk mengerjakan tugas. Nah, serem akibatnya, kan? Untuk itu, guru harus memberikan penilaian yang baik dan benar sebagaimana yang tercantum di dalam salah satu kompetensi guru, kompetensi pedagogi. Tapi ingat, yang dilakukan dengan baik dan benar itu penilaiannya, bukan memberikan nilai yang baik dan benar. Kedua hal ini beda arti, lho, ya.

Penulis rasa empat poin ini udah cukup untuk merepresentasikan hal-hal yang seharusnya ngga dilakukan oleh guru di sekolah. Masih ada hal lain, itu pasti. Tapi ngga perlu semua dijabarkan, ngga cukup halamannya. Bisa menghabiskan satu semester lebih untuk nulisnya, hehehehe...

Kamu pernah mengalami hal yang kaya gini juga? Atau malah ada hal yang lebih penting tapi ngga Penulis cantumkan di sini? Itu ada kolom komentar, diisi, gih!

Hal yang Bisa Membuatmu Terpuruk dan Cara Mengatasinya


Uhuhuhuy! Penulis posting tulisan lagi ini! Kali ini Penulis mau cerita tentang hal yang membuat Penulis terpuruk dan hal yang bisa mengatasinya. Ini topik yang mencetuskan Penulis sendiri lho. Antara sadar dan ngga sadar sih waktu ngasih topik ini ke ABC. Terus besoknya Penulis mikir, ‘topik apaan ini?’ Ahahahaha!

Mungkin langsung aja kita masuk ke pembahasan kali, ya?

Hal yang Membuatku Terpuruk dan Cara Mengatasinya


Sebagai manusia yang memiliki segudang kegiatan, jutaan kenalan, serta ratusan lapis masalah, pasti kita pernah merasakan yang namanya terpuruk, entah itu karena keluarga, pekerjaan, teman, atau pacar. Ngga jarang, kita melakukan hal-hal bodoh saat kita terpuruk. Misalnya merusak properti, merokok, atau bahkan menggunakan obat-obat terlarang yang dampak negatifnya tentu aja balik ke diri sendiri. Berikut ini Penulis akan membahas tentang beberapa hal yang bisa membuat Penulis terpuruk juga solusi yang Penulis ambil untuk mengatasi keterpurukan tersebut.

            Lagu

Hal pertama yang bisa bikin Penulis terpuruk itu adalah lagu. Remeh banget, ya? Tapi begitulah, ada masa di mana sebuah lagu itu sangat berpengaruh terhadap diri Penulis. Beberapa lagu yang biasanya bikin Penulis terpuruk itu lagunya Charlie Puth dan Selena Gomez yang We Don’t Talk Anymore, lagu Ketika Semua Harus Berakhir dari Naff, Daylight-nya Maroon 5, dan lagu Happier yang dinyayikan oleh Ed Sheeran. Kapan Penulis terpuruk saat dengar lagu ini? Saat mood Penulis dalam keadaan buruk. Biasanya, saat kondisi mood Penulis sedang buruk dan lagu-lagu di atas diputar, Penulis akan langsung uring-uringan ngga jelas. Kalau lagi ada di kamar, Penulis akan tiduran aja di atas tempat tidur, antara 10 menit sampai ngga terhingga, sambil ngeliatin langit-langit kamar, mikir ini itu segala macam.
Nah, yang kemudian Penulis lakukan untuk menghentikan kondisi terpuruk tersebut adalah memutar lagu yang membuat pendengarnya ngga tahan untuk ngga bergoyang, misalnya lagu dari Ed Sheeran yang Shape of You, atau lagu Dua Lipa yang New Rules, atau lagu Stay-nya Alessia Cara sambil ikut bernyanyi. Sebenarnya ada beberapa lagu lain, tapi itu aja lah sebagai contoh. Ini Penulis tautkan video Alessia Cara, semoga suka!



Film

Home
www.fanpop.com
Salah satu kegiatan yang Penulis sukai adalah nonton film. Tapi karena ngga punya modal banyak, jadi nontonnya di kamar, mengandalkan laptop, sambil makan makanan berat atau cuma cemilan. Sama seperti poin pertama, saat mood Penulis yang buruk merupakan saat-saat yang rentan. Penulis ngga boleh sembarangan memutar lagu atau film, ngga boleh sembarangan ketemu orang karena efeknya bakalan cukup luar biasa. Penulis akan menghindari film semacam Dear John, Harry Potter and The Deathly Hallows part 2, atau Me Before You. Kalau sampai nonton film itu, ntar begitu filmnya selesai, Penulis akan bengong beberapa saat kaya orang linglung, kemudian uring-uringan ngga jelas.
Solusinya, Penulis akan ngemil kalau misalnya masih ada stok cemilan di kamar. Bisa juga lanjut menonton film animasi seperti Despicable Me 2, Finding Dory, atau How to Train Your Dragon. Atau Penulis akan mendengarkan lagu-lagu moodbooster yang ada di poin pertama.

Kabar Buruk

Yap! Menerima kabar buruk, entah itu buruk untuk diri Penulis atau buruk untuk orang lain, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap mood Penulis, terutama jika yang terkena hal buruk itu salah satu orang terdekat Penulis. Penulis akan berada pada kondisi sad-mad. Sad-mad adalah kondisi di mana kamu merasa marah dan sedih di saat yang bersamaan. Istilah ini muncul di film animasi bertajuk Home yang bercerita tentang alien yang menginvasi bumi yang suara karakter utamanya diisi oleh Rihanna.

Toothless
www.youtubepoop.wikia.com
Gimana Penulis mengatasinya? Sederhana, meluapkan emosi. Caranya? Beragam, bisa dengan menangis (tapi serius cara ini susah banget dilakukan, Penulis harus nonton film drama yang ada adegan mati-matinya atau nyanyi lagu yang ngena di hati Penulis) sendirian di kamar, nonjokin tembok sampai tangan sakit sendiri, atau tidur.

Mungkin tiga hal ini aja yang bisa Penulis bagi. Pasti ada hal lain, tapi yang terpikirkan saat lagi nulis postingan ini ya cuma tiga hal ini aja.

Gimana menurut kamu, kita punya kesamaan? Atau yang kamu punya lebih keren untuk diceritakan? Atau kamu punya solusi yang lebih efektif? Yuk! Kolom komentar menunggu cerita kamu!

Tuesday, September 5, 2017

Apa Makna Jarak di Dalam Hubungan?


Uhuuuuuy! Topik Bloggers’ Challenge kali ini dicetuskan oleh Dwita, do’i mau kami ABC cerita tentang makna jarak dalam hubungan, entah itu hubungan keluarga, percintaan, maupun pertemanan. Berat, cuy, berat! Mungkin si Dwita lagi kangen sama seseorang, makanya minta kami cerita tentang rindu, biar ketularan rindu kaya do’i. Baiklah, kita mulai aja ceritanya.

Memaknai Jarak dalam Sebuah Hubungan 

Namanya sebuah hubungan, pasti ada lika-likunya, ada hambatannya, ada rintangannya, salah satunya ya jarak ini. Banyak lho anak yang jadi ‘lupa’ dengan orang tuanya karena terlalu lama jauh dari mereka. Ngga sedikit juga orang yang akhirnya ‘hilang kontak’ dengan temannya yang ngga tinggal berdekatan lagi dengannya. Dan ngga perlu dipertanyakan lagi, banyak pasangan yang putus cinta gara-gara LDR alias hubungan jarak jauh.

Kok kayanya pengaruh jarak ini ngeri banget, ya? Ya jelas ngeri. Jarak ini memisahkan kamu dengan orang yang kamu sayangi. Yang seharusnya kamu bisa melihatnya setiap hari, bercengkrama sepanjang waktu, berbagi kasih tanpa batas, karena ada jarak, itu semua ngga bisa kamu realisasikan. Kamu cuma bisa memandang fotonya, mendengar suaranya lewat sambungan telepon, atau menyaksikan videonya lewat jejaring sosial. Kamu bisa liat rupanya meskipun secara virtual, tapi tetap aja itu ngga membuat kamu puas.

Jarak
hipwee.com
Lalu harus bagaimana memaknai jarak yang jahat itu? Apa dengan membunuhnya? Atau dengan menghapusnya? Sayangnya ngga semudah itu. Tentu kita punya alasan saat menciptakan jarak dengan mereka yang kita sayang, entah itu tuntutan pekerjaan, kebutuhan studi, atau malah rasa bosan. Loh, kamu ngga percaya? Ada lho, orang yang sengaja menjaga jarak dengan temannya karena bosan ketemu tiap hari. Ada juga yang menjauh dari mantannya karena mau move on. Jadi jarak itu ngga tiba-tiba muncul terus merusak segalanya.

Nah, bagi kamu yang sedang berjarak dengan orang-orang yang kamu sayangi, sebenarnya ini bisa jadi kesempatan emas untuk memaknai jarak di antara kalian. Kamu cukup membaca baik-baik yang akan Penulis jabarkan di bawah ini.

Sebenarnya, dengan adanya jarak, kamu bisa mempelajari banyak hal. Pertama, jarak bisa menunjukkan kepada diri kamu tentang seberapa besar pengaruh hadirnya orang yang kamu sayangi itu di kehidupan kamu. Dengan jarak, kamu bisa tau kamu beneran sayang engga saya mereka. Jika memang mereka punya arti di hidup kamu, jarak akan menciptakan rindu yang nantinya membuat pertemuanmu dengan mereka setelah sekian waktu kalian terpisah menjadi lebih berarti. Ini pelajaran kedua, jarak menciptakan rindu.

Pernah dengar lagu Tulus yang Ruang Sendiri? Coba deh, putar video di bawah ini.


Duh, Babang Tulus jelas banget, lho itu menyampaikan pesan lewat lagu Ruang Sendiri. Penulis aja sampai suka banget sama lagu ini. Tapi bukan karena makna yang terkandung di dalam lagunya, melainkan karena suara Babang Tulus yang enak banget didengar.

Lanjut, yang ketiga, jarak menyediakan waktu untuk kita memperbaiki diri. Ada orang yang berpisah dengan orang yang disayanginya dengan alasan untuk memantaskan diri. Maksudnya, ia menjauh dari mereka untuk memperbaiki dirinya agar pantas bersanding dengan orang yang disayanginya itu. Misalnya, nih kamu punya pacar yang menurut kamu baik banget, entah itu dari segi kepribadian maupun tingkat kemapanan. Nah, di sisi lain, kamu merasa diri kamu ngga ada apa-apanya dibandingkan dia. Makanya kamu memutuskan untuk membuat jarak, memberi waktu untuk diri kamu memperbaiki hal-hal yang menurut kamu salah, hingga nantinya saat kamu selesai, kamu merasa pantas bersanding dengannya.

Komunikasi Virtual
pinterest.com
Pelajaran keempat, jarak itu mengikis rasa bosan. Yang namanya, pasti pernah mengalami yang namanya bosan dengan seseorang, bahkan meskipun orang itu orang yang dianggap penting dalam hidupnya. Peran jarak di sini adalah memberi kamu ruang untuk menyegarkan diri kamu dengan adanya lingkungan baru, orang baru, yang mampu membuat kamu mengembangkan potensi diri kamu, membuka koneksi, sehingga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Dan lagi, jarak membuat rasa penat dan bosanmu berkurang atau malah hilang.

Yang kelima, jarak itu memberi kesempatan untuk menjadi diri sendiri. Sering dong dengar atau baca istilah me time? Biasanya istilah ini digunakan oleh kalangan arti atau anak gaul. Apa itu me time? Me time itu adalah situasi atau kondisi di mana kita menjadi diri kita sendiri, melakukan hal-hal yang kita senangi tanpa ada interupsi dari pihak luar manapun. Dengan memberi jarak, kita jadi bisa memiliki waktu yang berkualitas khusus untuk diri kita sendiri yang berdampak pada keadaan rohani ataupun psikologi kita. Rutin menyisihkan waktu untuk me time mampu merilis tekanan yang ada di dalam diri kita, baik itu yang datangnya dari lingkungan pekerjaan, maupun dari lingkungan keluarga dan pasangan.


Wah, udah lima aja, nih, poin tentang memaknai jarak dan manfaatnya. Mungkin masih ada banyak lagi makna jarak ini. Kamu tau beberapa yang beda dari yang udah Penulis jabarkan di atas? Yuk, berkomentar. Penulis tunggu, lho, ya?!

Monday, September 4, 2017

Mahasiswa yang Baik Seharusnya Seperti Ini!


Huuuuuuuuufhh! Topik Bloggers’ Challenge kali ini cukup sulit. Si Fiqri yang masih anak baru, memberikan topik seputar psikologi, yakni tentang karakter dan kepribadian yang dihubungkan dengan mahasiswa. Nah, lo! Njelimet, kan? Tapi ya udahlah, namanya juga tantangan. Yuk bahas!

Untuk melaksanakan topik ini, Penulis harus bolak balik ngecek KBBI, ngecek satu-satu artikel di internet biar dapat gambaran dari karakter dan kepribadian ini. Mumet sih awalnya, karena beberapa artikel memberikan pengertian yang bertolak belakang, jadi binun adek mau memilih yang mana. Tapi akhirnya Penulis udah memutuskan yang mana pengertian karakter dan kepribadian yang sesuai. Cuma, ya, di sini Penulis masih butuh tanggapan dari para pembaca, itu pun kalau ada yang baca, kali aja pengertian yang Penulis buat di sini salah.

Karakter dan Kepribadian pada Mahasiswa


Apa itu karakter? Apa itu kepribadian? Ini dia penjelasan yang Penulis kutip dari experiencing-life.com

Kepribadian,
rigen-note.blogspot.co.id
Di situs tersebut disebutkan bahwa karakter adalah sifat-sifat dalam diri seseorang yang menjadikannya unik, berdasarkan  apa yang sudah ia miliki sejak lahir (genetik) meupun apa yang ia pelajari dalam hidupnya (lingkungan). Nah, dari pengertian ini, Penulis bisa mengambil kesimpulan kalau karakter itu sifat dasar seseorang yang telah ia bawa sejak lahir, namun seiring berjalannya waktu, sifat-sifat dasar ini bisa berubah, dipengaruhi oleh lingkungan si individu, juga nilai dan norma yang dipelajari individu tersebut sepanjang hidupnya.

Sebagai contoh, seorang anak laki-laki yang ‘nakal’ kepada teman perempuannya, suka menjahili mereka namun dengan konteks seksual atau mesum. Nah, semakin tinggi umur si anak laki-laki, lingkungan yang ditemuinya juga semakin luas, lantas ia mendapatkan pembelajaran nilai dan norma bahwasanya ada batasan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang tidak boleh dilanggar. Karena masuknya pemahaman tersebut, mengakibatkan terjadinya perubahan sikap dari si anak laki-laki kepada teman perempuannya.

Masih dari sumber yang sama, terdapat pengertian kepribadian sebagai berikut, kepribadian merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang mengarahkannya untuk berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku tertentu yang khas dalam berhubungan dengan lingkungannya. Kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng. Namun bukan berarti bahwa kepribadian merupakan cara seseorang menutupi identitas dirinya. Makna kata persona di sini merujuk pada simbol yang merepresentasikan identitas seseorang; bisa juga bermakna alat yang digunakan oleh seseorang untuk memperkenalkan dirinya kepada dunia. Kepribadian ini bersifat menetap dan dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Karakter?
pendidikankarakter.com
Di sini Penulis menyimpulkan kalau kepribadian itu sifat bawaan lahir yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Misalnya seorang anak itu punya orang tua yang temperamen, nah, si anak kemungkinan besar akan temperamen juga. Namun di sini pengelolaan diri si anak menjadi penentu apakah sifat temperamen tersebut muncul sebagai identitasnya atau engga. Karena bisa jadi, seorang anak yang temperamen yang mampu mengelola dirinya dengan baik bisa menutupi identitasnya sebagai seorang yang temperamen dengan menampilkan identitas lain yang menurutnya lebih pantas untuk diperlihatkan. Namun identitasnya sebagai seorang yang temperamen tidak serta merta hilang, hanya tersembunyi. Bisa jadi sifat temperamennya hanya muncul saat ia sedang bersama dengan seseorang yang membuatnya nyaman atau saat ia berada di lingkungan yang tidak asing baginya.

Setelah penjabaran di atas, Penulis harus menghubungkan antara karakter dan kepribadian dengan seorang mahasiswa. Maksudnya, bagaimana seharusnya karakter dan kepribadian yang dimiliki oleh mahasiswa. Namun karena kepribadian merupakan sifat bawaan lahir yang dipengaruhi faktor keturunan yang sifatnya menetap, maka di sini Penulis hanya akan menjabarkan tentang bagaimana seharusnya karakter seorang mahasiswa.

Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Itu artinya ia telah melewati masa SD, SMP, dan SMA yang normalnya berlangsung selama 12 tahun. Bisa disimpulkan juga bahwa mahasiswa telah lebih lama dan lebih banyak menerima pendidikan baik itu kognitif maupun karakter. Oleh karena itu, seorang mahasiswa dituntut untuk berperilaku yang ‘berbeda’ dengan masyarakat awam. Berbeda dalam artian yang lebih baik. Lantas bagaimana seharusnya karakter seorang mahasiswa?

Dalam bersikap, mahasiswa hendaknya lebih santun, baik itu kepada yang lebih tua, maupun yang sebaya, kemudian menunjukkan kasih sayang kepada yang lebih muda. Dalam menghadapi suatu masalah, seorang mahasiswa harus menyikapinya dengan lebih tenang, mempelajari duduk perkaranya dengan teliti sebelum akhirnya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa seharusnya selangkah lebih maju dibandingkan orang awam dalam hal menaati peraturan, nilai, dan norma yang berlaku. Jika masyarakat sudah tertata rapi dan teratur, maka mahasiswa harus mampu membuat pergerakan agar keadaan tersebut tetap terjaga atau malah menjadi lebih baik.
 
Mahasiswa
lembagapenalarandanpenelitia.blogspot.co.id

Oke, oke. Itu pendapat Penulis. Cukup sampai di sini aja Penulis nulis serius. Asli bukan gaya Penulis banget. Tapi mau gimana lagi, demi demi ya, kan?

Jadi gimana, ada yang salah dengan penjabaran Penulis? Jangan diam aja, kasih komentar, biar agak terbuka pemikiran Penulis tentang karakter dan kepribadian ini. Ditunggu! Oke!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...