Saturday, October 29, 2016

Tiga Genre Film yang Paling Digandrungi oleh Penulis

Uhuk uhuk, postingan kali ini merupakan bagian dari proyek #Blogger'sChallenges dengan tema 3 genre film favorit dan alasannya dari Penulis sendiri.

Setiap orang pasti punya hobi atau kegemaran yang biasanya dilakukan untuk menghibur diri atau melepas penat. Ada yang mengunjungi tempat baru, ada yang sekedar mendengarkan musik di kamar, ada yang membaca tumpukan novel teenlit, bahkan ada yang rela berjam-jam berjibaku dengan kompor dan kuali di dapur.

Hmm, berhubung salah satu hobi Penulis adalah menonton film, jadi Penulis menelurkan tema kali ini. Yaaaaah, sekalian mengulik-kulik genre film peserta lain lah. Oke, oke, here we go.

3 Genre Film Favorit Penulis

1. Animasi
Siapapun yang pernah membongkar laptop milik Penulis, pasti tau genre film apa yang paling banyak di dalamnya. Yup! Animasi, kartun atau apa lah itu kalian menyebutnya.

Kenapa Penulis suka film animasi?

Well, alasan pertama, Penulis ga bisa lepas dari masa indah kanak-kanak. Ya, udah jelas, kan, kalau film kartun itu identik dengan anak-anak. Tapi Penulis seakan ga peduli dengan hal itu. Yang Penulis rasakan waktu nonton Upin Ipin yang tayang di salah satu stasiun televisi kalau Penulis kebetulan lagi di rumah orang tua misalnya, senang, iya, senang. Sama senangnya seperti anak TK yang diberi hadian permen lolipop oleh guru karena berhasil menjawab pertanyaan matematika sederhana di papan tulis. Seperti itu.



Ada alasan pertama, berarti ada alasan kedua, dong, ya. Nah, alasan kedua, film animasi itu adalah pelarian sementara dari hidup seorang bocah berusia 22 tahun yang penuh lika liku, tanjakan turunan serta tikungan tajam. Seringkali, Penulis menonton film animasi karena merasa sangat penat dengan kehidupan. Kuliah, kawan, cinta, dan segala hal di dalamnya. Film animasi inilah yang membuat perasaan Penulis lebih tenang. Maka ga jarang, film animasi ini yang jadi kawan untuk makan malam, abis mau nonton bareng kawan, beda selera. Mau bareng pacar, ga punya pacar. Jadi, yah, bisa dibilang, saat makan malam sendirian di dalam kamar sambil nonton film animasi itu salah satu 'me time'-nya Penulis.

"Hidup ini udah berat. Tontonanmu, bahan bacaanmu, lagu yang kau dengarkan,
jangan membuat hidupmu tambah berat."

Kutipan di atas Penulis sendiri yang buat. Iya, saat pikiranmu udah semrawut, jangan tambah beban pikiranmu yang udah semrawut itu dengan menonton film detektif, atau lagu-lagu galau menyayat hati. Ada kalanya saat-saat tertentu seperti itu, yang kamu tonton itu mestinya komedi, lagu yang kamu dengarkan itu lagu penyemangat, buku yang kamu baca itu novel motivasi. Olrait, lanjut ke genre kedua.

2. Fiksi Ilmiah
Penulis juga suka genre film ini. Genre di mana di dalamnya itu, hayalan kita tentang masa depan, tentang luar angkasa, bisa bebas bergerak tanpa batas. Penulis bukan orang yang suka berhayal, tapi kadang Penulis terpikirkan bagaimana kondisi kita di masa depan. Misal, gimana, sih, nantinya kota Medan ini? Itu udah jadi salah satu topik kita, kan? Iya, Penulis sering terpikirkan tentang kendaraan di masa depan, tatanan hidup masyarakatnya, hubungan dengan planet luar. Pokoknya hal-hal semacam itu.

Menonton film fiksi ilmiah itu rasanya seperti punya kawan menghayal, yang mampu mengarahkan hayalan kita ke satu fokus, misalnya alien. Gimana wujud alien itu digambarkan plus tabiatnya. Asik. Saat kenyataan terasa begitu memuakkan, bisalah kita main-main sebentar dengan hayalan kita. Toh, ga merugikan siapapun, selagi masih dengan porsi yang pas.

3. Drama
Sebenarnya baru beberapa bulan belakangan ini, sih, Penulis suka nonton film drama. Film genre drama di sini maksudnya genre film yang isinya itu menceritakan tentang kejadian di kehidupan nyata, tentang sekolah, persahabatan, keluarga, cinta.

Penulis itu cowok, kok mau nonton film yang begituan?

 Ahahahaha, sebenarnya ini salah satu terapi untuk diri Penulis yang terlalu senseless. Jadi diharapkan, dengan nonton film-film drama, Penulis lebih bisa menghargai perasaan orang lain, ga sekedar peka, ga sekedar tau. Juga harapannya, dengan nonton film-film beginian, hati Penulis bisa lebih lunak, bisa nangis. Karena jujur, hati Penulis susah tersentuh, makanya sulit untuk Penulis bisa nangis kejer kaya cewek-cewek yang abis diputusin cowoknya. Bukan maksud Penulis mau nangis kaya cewek-cewek itu, bukan. Penulis cuma mau jadi kaya manusia pada umumnya, yang kalau sedih, ya, nangis, kalau hatinya merasa sakit (bukan sakit lever, yaaaaa!) ya, nangis.

Hmm, udah tiga, kan? Udah. Sekian dulu, aja. Semangat melanjutkan tantangan berikutnya!

Friday, October 28, 2016

Fobia Ditinjau dari Kacamata Penulis

Ehem, postingan ini merupakan bagian dari #Blogger’sChallenges yang mana tema kita kali ini adalah tentang fobia yang dicetuskan oleh Dwita.

Oke, oke. FOBIA, F-O-B-I-A.

Penulis mengutip dari situs wikipedia.org. Disebutkan bahwa fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Jadi ga hanya ‘sesuatu’ yang bisa dijadikan objek dari fobia, bisa juga situasi atau keadaan.

Nah, masih dari situs wikipedia.org juga, fobia ini ada dua jenis, fobia sosial dan fobia spesifik. Fobia spesifik ini jenis fobia yang bersifat irasional, misalnya fobia kacang, dan fobia laki-laki. Jadi, orang-orang yang terkena atau terjangkit fobia spesifik ini akan terlihat aneh atau gila saat berdekatan dengan sesuatu yang di-fobia-kannya. Biasanya, mereka akan dijadikan bahan lelucon oleh orang sekitarnya. Penulis sendiri juga menganggap orang-orang dengan fobia spesifik ini ga masuk si akal.

Beralih ke jenis fobia yang satu lagi, fobia sosial. Fobia yang satu ini merupakan suatu keadaan yang diawali oleh rasa takut untuk diamati dan dipermalukan di depan umum yang menyebabkan seseorang itu merasa tidak nyaman berada di tempat yang ramai sehingga cenderung mengasingkan diri dari lingkungannya.

Nah, bicara tentang fobia sosial, Penulis merasa kalau Penulis mengidap fobia yang satu ini. Tapi mungkin levelnya ga sampai yang berlebihan. Hanya saja, setiap Penulis berada di tempat yang ramai, Penulis akan merasa ga nyaman, merasa kesepian, linglung, ga tau mau ngapain. Apalagi kalau Penulis ditinggal oleh ‘kawan’ di tengah keramaian, Penulis akan terlihat seperti anak berusia lima tahun yang kehilangan orang tuanya.

Bagaimana Penulis mengatasi rasa tidak nyaman itu?

Sebenarnya ini bukan cara mengatasi, lebih tepatnya ini sebuah pelarian. Jadi, jika Penulis menghadapi situasi seperti yang digambarkan di atas, Penulis akan menyingkir, berdiri di pojokan, mencoba menyamankan diri dengan menganggap bahwa orang-orang itu ga ada, mereka hanya seonggok daging ga bernyawa yang bisa bergerak karena ditiup angin sore diikuti oleh kenangan yang menyesakkan dada. Oke, maaf, Penulis lari dari jalur.

Mungkin ada yang tanya, mungkin, ya, mungkin, kenapa Penulis ga mencoba make friends dengan orang-orang di situ. Well, Penulis bukan tipe orang yang bisa gampang berbaur dengan orang asing. Misalnya, nih, Penulis lagi ada di perjalanan ke Kisaran naik kereta api, terus ada cewek cantik atau cowok ganteng duduk di sebelah Penulis, kalau mereka ga mulai percakapan duluan, selama empat jam perjalanan itu Penulis akan tahan untuk ga berbicara sama sekali. Tapi seandainya mereka memulai percakapan, apalagi yang ganteng, Penulis ga akan sungkan untuk membalas. Bahkan towel-towelan pipi pun jadi, ganteng, sayang kalau dianggurin. Maaf, Penulis terbawa suasana. Engga, Penulis ga sebinal itu, Penulis masih polos, sepolos pantat gorila yang warnanya merah muda, kok. Itu pun kalau kalian percaya.

Udah, deh, Penulis makin ngawur. Kita akhir aja, lah, ya, postingan absurd kali ini. Move on to the next challenge!

Sunday, October 23, 2016

3 Alasan Menolak Cinta dari Seseorang

Heihooo! Postingan ini merupakan bagian dari proyek #Blogger’sChallenge dengan tema sebagaimana tercantum di judul yang kali ini diajukan oleh Amru.

Oke, oke, ini mudah!

3 Alasanku Menolak Ungkapan Cinta dari Seseorang

1. Bukan Tipe
Poin pertama ini bisa dilihat dari berbagai sisi, entah itu penampilan secara fisik maupun sikap dan sifat seseorang. Penulis bukan makhluk luar biasa yang mematokkan standar tinggi bagi mereka yang mau menjalin kasih dengan Penulis, bukan. Penulis cuma punya beberapa kriteria yang memang kalau udah ga suka sama satu tipe itu, ya, beneran ga mau. Kriterianya bukan yang susah atau yang bagus-bagus banget kok. Tapi, ya, ga etis juga disebutkan di sini. Entar ada yang tersinggung atau gimana. Pokoknya, inti dari poin pertama ini, seseorang itu ga memenuhi kriteria yang aku mau.

2. Masalah Internal
Di poin kedua, alasan Penulis menolak seseorang itu bukan dari si orang lain, tapi datang dari diri sendiri.

Masalah internal bagaimana yang dimaksud?

Ada beberapa. Misalnya, sedang dalam masa galau gara-gara baru diputuskan oleh mantan. Atau karena sedang dalam kondisi ingin sendiri. Ada masanya memang Penulis ga mau menjalin hubungan yang agak serius dengan siapapun. Bisa karena jengah, bisa juga karena bosan. Bahkan sempat yang ga mau sama sekali. Ada tanda-tanda kalau ada yang suka, langsung jaga jarak. Makin ke sini, sih, Penulis merasa semakin individualis. Mungkin kalau Penulis bisa berkembang biak dengan membelah diri, Penulis ga butuh orang lain lagi. Ahahahahahaha

3. Ga Kenal
Poin terakhir, udah jelas, lah, ya. Siapa juga yang mau berhubungan agak serius dengan orang yang ga dikenal? Sama yang kenal aja belum tentu mau, konon pula sama yang ga kenal. Bisa aja, kan, dia itu orang jahat yang mau memanfaatkan kita. Kan serem, waktu kita jalan sama dia, tau-tau kita diculik terus dijual ke luar negeri sebagai  ART dan sebagainya. Kejauhan mikirnya, ya? Ahahaha abaikan!

Oke, jadi itu 3 alasan Penulis menolak seseorang. Ada yang pernah Penulis tolak? Jangan langsung mikir kalau kamu di poin pertama, bisa aja kamu di poin kedua. Oke, tinggal nunggu tantangan berikutnya.

Hewanku Sayang, Hewanku Kau Ditendang

Hmm, postingan ini merupakan bagian dari proyek #Blogger’sChallenges yang temanya adalah ‘Kekejaman Manusia terhadap Hewan dan Tanggapan serta Solusinya’ dari Lusty.

Sebenarnya Penulis benci topik-topik semacam ini. Iya, benci. Menulis topik ini hanya akan membuka memori-memori kelam akan kejamnya kita, manusia, kepada hewan, ga peduli dari spesies apa. Tapi baiklah, namanya juga tantangan, harus dilaksanakan juga demi terpenuhinya tantangan tersebut.

Oke, mari kita mulai.

Saat tema ini dicetuskan oleh Lusty, pikiran Penulis langsung random. Karena, well, udah banyak contoh kekejaman manusia terhadap hewan. Di mana aja. Rumah, jalanan, pasar, semua tempat. Penulis hanya akan menyebutkan beberapa.

1. Kucing
Penulis ga mau bilang gimana istimewanya kucing segala macam – segala macam. Penulis cuma mau menyebutkan beberapa contoh kekejaman manusia terhadap kucing. Sedikit bercerita, Penulis pelihara kucing di rumah, beberapa ekor. Sempat menyentuh angka belasan, tapi hitungan terakhir, kucing di rumah ortu tinggal 10 ekor. Ada Amoii, Imo, Belca, Galih, De’Gan, De’Pan, Belly, Allan, Lexy, dan terakhir Savira. Tapi Belly, De’Gan, ama De’Pan jarang ada di rumah. Mereka ini udah dianggap keluarga oleh orang rumah. Udah dianggap anak oleh Umi, Abi. Otomatis, mereka adik-adik Penulis.

Dari sinilah muncul rasa sayang ke hampir semua kucing. Mau ketemu di mana aja, selagi keadaannya ga mengenaskan, pasti Penulis panggil, Penulis elus-elus, bahkan kadang Penulis kasih sebagian makanan yang Penulis makan. Lantas ada apa dengan kucing dengan keadaan yang mengenaskan? Penulis cuma ga tega ngeliatnya. Sama halnya dengan melihat orang cacat, Penulis lebih memilih mengalihkan pandangan.

Apa aja contoh-contoh kekejaman manusia terhadap kucing? Ini beberapanya.

Penulis ga ngerti dengan jalan pikiran orang yang dengan gampangnya melayangkan tangan atau kakinya ke kucing yang ga salah apa-apa. Pernah satu kali Penulis lagi berdiri di depan rumah, lewatlah tetangga Penulis, dia jalan kaki. Nah, salah satu ‘adik’ Penulis, Tompel (dia baru meninggal beberapa minggu yang lalu T-T) berdiri ga jauh dari tepi jalan. Waktu tetangga Penulis ini melewati Tompel, tiba-tiba aja Tompel ditendang. Ga kuat, sih, memang. Tapi tetep aja, Tompel cuma berdiri di situ. Mengganggu jalannya pun engga karena posisi si Tompel ga tepat di jalanan. Gitu si tetangga ini ngilang, si Tompel langsung Penulis gendong trus Penulis hibur, di-pukpuk gitu punggungnya, sambil bilang, “Tompel gapapa, kan, Dek? Apa lah dia, gilak! Kucing diem kok ditendang. Paok!” Tompelnya diam aja di gendongan Penulis.

Kejadian lain, waktu itu Penulis abis ngantar Umi ke sekolah naik motor. Pulang dari sana, Penulis nemu kucing di tengah jalan ramai meringkuk ketakutan dan ga ada yang peduli. Akhirnya Penulis yang memberanikan diri, masih dari atas motor, menuju ke tengah jalan, ngambil itu kucing dan bawa itu kucing ke tepi jalan. Begitu nyampe ke tepi jalan, kucing itu Penulis lepas. Asli itu kucing keadaannya kasian banget. Berasa ada trauma gitu kalo liat matanya. Huft!

2. Hewan Liar di Hutan
Kalau ini udah ga perlu dipertanyakan lagi. Film dokumenter, koran, berita televisi, pokoknya di mana-mana banyak pemberitaan tentang perburuan liar. Apa yang diambil? Gading, kulit, bulu, bahkan beberapa hanya diambil fotonya dalam keadaan tak bernyawa. Masih kurang kejam? Penulis rasa contoh kecil ini udah cukup kejam. Lagi-lagi, Penulis ga ngerti dengan jalan pikiran mereka yang dengan gampangnya bunuh hewan-hewan itu. Penulis mau bunuh kecoak, cicak, atau bahkan lipan (kelabang) yang berbahaya sekali pun, Penulis ga tega. Liat kecoak, ya cuma berani ngusir. Kalau kecoaknya terbang, ya Penulis lari sambil teriak ga jelas. Nah, ini hewannya gede, lho. Mereka ga salah apa-apa. Tinggalnya jauh lagi di dalam hutan. Aish!

3. Hiu
bc
Kalian pada tau kalau di perairan Pasifik itu nelayan Asia Timur memanen sirip hiu dalam jumlah besar dan membuang hiu tanpa siripnya begitu aja ke laut. Sangat-sangat ga berperasaan. Selain ditinjau dari perasaan, kegiatan memburu mereka juga mengancam rusaknya keseimbangan alam lho. Dan untuk kesekian kalinya, Penulis juga ga paham jalan pikiran mereka.

Apa solusi untuk kejadian-kejadian di atas?

Penulis mengutip kata-kata dari Presiden kita, Pak Jokowi, yakni ‘Revolusi Mental’. Ya, kita perlu merenung tentang tujuan kita ada di dunia, tentang bagaimana seharusnya kita hidup berdampingan di dunia ini. Bumi ini rumah kita bersama. Manusia, tumbuhan, hewan, semua punya hak yang sama untuk tinggal dengan damai.

Memang perlu ada aksi nyata. Tapi rasanya sulit untuk mengubah pola pikir orang sedunia.

Lantas?

Mulai lah dari hal kecil, dari diri sendiri.

Maaf kalau postingan kali ini terkesan abstrak tanpa satu titik pusat. Penulis lagi ga bisa fokus di topik ini, agak berat. Entahlah, ada yang mengganggu pikiran. Hutang yang ini lunas, yaaaaaaa.

Sunday, October 16, 2016

Evaluasi Proyek #Blogger'sChallenges untuk Bulan Ini




BLOGGER’S CHALLENGES

Medan, 10 Oktober 2016
Anyeong!
Terima kasih kalian semua sudah bergabung di #Blogger’s Challenges! Love you! Saat ini, BC sudah punya anggota sebanyak 7 orang.
1. Dwita (dwitasun.wordpress.com)
2. Arif (blog-si-arif.blogspot.co.id)
3. Boy (boysimangunsong.wordpress.com)
4. Wawa (dearlangit.wordpress.com)
5. Nadya (Nadyaardhani.wordpress.com)
6. Lusty (jurnalismanis.blogspot.co.id)
7. Trias (triasbodro.blogspot.co.id)
8. Amru (bacacerpen.net)
Sebelum membaca angket untuk evaluasi 1 bulan Blogger’s Challenges (BC), ada beberapa hal yang harus kalian ketahui mengenai  BC ini:
1. BC diresmikan pada hari Sabtu, 10 September 2016.
2. Anggota BC dinamakan ABC (anak Blogger’s Challenges).
3. BC berasal dari kata Blogger: penulis blog dan Challenges: tantangan-tantangan. Artinya, blogger menantang blogger yang lain (sesama ABC) untuk sama-sama menulis tentang topik yang diajukan.
4. Ada dua topi dalam seminggu. Deadline tiap hari Rabu dan Minggu.
5. Pengumuman topik mulai pukul 9 malam pada hari Rabu dan Minggu. Jenis tulisan, catatan harian, pengalaman, opini dsb.
6. ABC yang tidak bisa posting sesuai deadline harus  memberi kabar ke ABC lainnya (dengan syarat tetap mengerjakan dan memublikasikan topik –tulisan akan dianggap hutang hingga dipublikasikan).
7. ABC berkomunikasi di grup Line (grup Instagram –alternatif- ditujukan untuk memberi pengumuman penting seperti topik selanjutnya).
8. Setelah menulis, ABC memberikan link tulisannya di grup agar ABC lain dapat mengunjungi blog dengan mudah. ABC harus membaca dan memberi komentar di blog ABC lainnya. Dalam setiap postingan BC, ABC wajib mencantumkan kalimat-kalimat mengenai #Blogger’s Challenges seperti Dalam tiap tulisan harus menyertakan kalimat, “Tulisan ini merupakan bagian dari proyek #blogger’s challenges dengan topik……...” jangan lupa kasi tag/label #blogger's challenges
9. Tujuan utama BC adalah untuk melatih konsistensi dalam menulis  di blog.
10. Pengumuman topik bergilir sesuai urutan anggota di atas yaitu Dwita, Arif, Boy, Wawa, Nadya, Lusty, Trias dan Amru.
11. ABC yang baru gabung, boleh mulai dari topik manapun.
Nah cukup jelas kan? Namun, beberapa hal di atas dapat terus berubah sesuai situasi.

Topik Yang Sudah Dikerjakan
1. Dinamika Malam Minggu
2. Krisis Kepercayaan
3. Rencana 5 Tahun Ke Depan
4. 7 Kebiasaan Baikmu
5. Cinta Pertama Pada Lawan Jenis
6. 20 Hal Menyebalkan Tentang Dirimu
7. Andai Aku Walikota Medan
8. Alasan Kenapa Kamu Menulis
9. Penulis Favoritmu (Minimal 5)
 10. Fantasi Liarmu


ANGKET EVALUASI BLOGGER’S CHALLENGES BULAN PERTAMA

Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap: Muhammad Arif
2. Nama Panggilan: Arif
3. TTL: Binjai, 7 April 1994
4. Hobi: Membaca, Menulis, Nonton Film Kartun, Tidur
5. Pekerjaan: Pengganggu hidup orang lain
6. Kontak:
a. BBM: -
b. LINE: indr4ms
c. No. HP: 082282095740
d. Facebook: Muhammad Arif
e. Twitter: @indr4ms
f. Blog: blog-si-arif.blogspot.com
g. Instagram: @indr4ms
h. Email: syarifoji@gmail.com

Pertanyaan
Jawablah sejujur-jujurnya. DL posting di blog Minggu, 16 Oktober 2016.
TOPIK
1. Apakah 2 topik dalam seminggu bisa terus dilakukan?
            Bisa, karena topik disajikan berdasarkan sudut pandang atau pemikiran para peserta. Jadi               tidak butuh waktu lama untuk membuat satu postingan

KEANGGOTAAN
2. Apakah perlu merekrut banyak orang atau hanya sedikit namun penuh komitmen?
            Lebih baik sedikit tapi konsisten agar kegiatan ini berkesinambungan.

KRITIK DAN KOMENTAR
3. Apakah berkunjung, membaca dan memberi komentar harus dilakukan sesama anggota?
Ya, harus. Agar masing-masing peserta bisa saling mengoreksi ataupun saling mengenal melalui pemikiran yang dituangkan ke dalam suatu postingan.

4. Secara pribadi, bagaimana perasaanmu jika salah satu atau beberapa anggota tidak meninggalkan komentar di postinganmu?
             Kecewa, tapi mau bagaimana lagi, masing-masing dari peserta punya kehidupannya                          sendiri. Karena Penulis sendiri pun hanya berkunjung jika ada waktu luang yang cukup                      banyak.

5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan tulisan dari masing-masing anggota!
             Kelebihannya tulisan dari masing-masing peserta itu salah satunya adalah mereka punya                  gayanya sendiri dalam menyajikan suatu topik sehingga meskipun topik dan pemikirannya              hampir mirip, tapi karena perbedaan penyajian ini, masing-masing tulisan menjadi unik.
             Kekurangannya, Penulis ga tau...

6. Bagaimana perasaanmu ketika dikritisi ABC (anak Blogger’s Challenges) yang lain?
             Senang, itu artinya mereka peduli.

TUJUAN DAN MANFAAT
7. Ceritakan alasan utama kalian bergabung di BC!
              Dihasut Wawa ahahahahaha *ketawa jahat*

8. Ceritakan manfaat yang dirasakan penulis setelah mengikuti BC
               Membangkitkan kembali minat menulis. Semoga aja Penulis bisa lanjutin cerita-cerita                        yang udah lama terbengkalai di laptop ini ihihihihihi *ketawa manja*

KEGIATAN
9. Perlukah kita beralih dari menulis opini?
               Penulis rasa, sih, ga perlu. Soalnya waktu masing-masing peserta itu ga banyak. Nah, nulis                opini itu ga butuh banyak waktu kaya waktu di #beceletsss dulu. Sampai pusing mikir ide                  ceritanya. Jadi, Penulis kira ini udah bagus begini aja.

10. Apa perlu jenis tulisan khusus untuk diajukan pada topik-topik BC? Jika ya, sebutkan jenis tulisan tersebut!
               Engga perlu. Biarkan masing-masing peserta berksplorasi dengan ide-idenya sendiri. 

11. Apa kendala terbesar dalam mengerjakan tantangan yang diberikan?
                Kuota data internet, rasa malas, dan topik yang kadang mengerikan.

12. Apakah ABC punya rencana kopi darat (mengadakan pertemuan) sekali dalam sebulan?
                Penulis ga pernah mikir ke sana sih. Soalnya kopdar juga buat apa? ngegosip?

13. Apakah ABC tidak berminat untuk menerbitkan tulisan bersama?
                 Penulis pribadi sih ga berminat sama sekali. Tapi kalau kalian maksa, ya, apa boleh buat,                    Penulis mah ngikut aja.

14. Apa yang kurang dari kegiatan BC?
                 Kurang audiens. Maksudnya pembaca di luar dari peserta. Jadi tulisan-tulisan yang udah                  jadi ga cuma dikomentari sama peserta lain aja. Udah gitu, kan, untuk mengurangi                              kebiasaan menjadi silent reader.

15. Apa kegiatan BC ini sudah berjalan sesuai harapan?
                 Hampir.

16. Apa harapan yang ingin diwujudkan untuk kegiatan BC ini satu bulan ke depan?
                 Makin aktif, makin rajin komentar, temanya juga lebih menantang.


17. Setujukah kamu jika proyek ini dikembangkan menjadi komunitas yang memiliki pengurus dan hal terkait manajemen lainnya?
                Enggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Fantasi-fantasi Liar dari Penulis yang Tak Seberapa ini

Olrait! Postingan ini merupakan bagian dari proyek #Blogger'sChallenge yang kali ini temanya adalah 'Fantasi Terliar dalam Menulis' dari saudari Nadya.

Oke, kita langsung aja ke topik pembahasan. Tapi sebelumnya, Penulis mau kasih peringatan sama pembaca agar ga salah mengartikan fantasi-fantasi liar dari Penulis. Namanya juga liar, harus ngeri donk. Kalau biasa aja, ga liar itu namanya.

Oke, oke, cus!

Fantasi Liarku

Penulis punya beberapa fantasi liar yang bakalan dijabarkan di bawah ini. Silakan siapkan mental kalian untuk membacanya.


1. Pemujaan Setan

Ini fantasi liar pertama punya Penulis. Fantasi ini muncul beberapa tahun yang lalu. Kalau Penulis ga salah mengingat, fantasi ada di kepala waktu Penulis kelas X. Jadi waktu itu buku tempat Penulis biasa corat coret cerita udah penuh. Mau ngelanjut ke buku kedua tapi binun mau bikin genre apa. Salahkan iblis yang saat itu meracuni pikiran Penulis, tiba-tiba aja Penulis lancar dapat ide tentang pemujaan setan.

Jadi di cerita itu, Penulis menjelaskan kalau ada keluarga pemilik penginapan di suatu desa. Keluarga itu hanya terdiri dari ibu dan seorang anak laki-lakinya. Datanglah sekelompok gadis ke penginapan itu untuk menghabiskan liburan.

Awalnya semua berjalan lancar. Para gadis menikmati liburan mereka, ibu dan anak lelakinya itu juga melayani gadis-gadis itu dengan tenang. Sampai akhirnya tibalah ke malam mencekam itu. Malam di mana salah seorang gadis telah direnggut kesuciannya oleh si anak lelaki, kemudian mereka satu per satu dijadikan persembahan oleh keluarga itu dalam pemujaan mereka.

Penulis lupa bagaimana akhir ceritanya. Udah lama banget. Buku itu juga di rumah orang tua, jadi ga bisa dicek kebenarannya.

2. Adegan Darah

Fantasi ini sebenarnya adalah lanjutan dari fantasi yang pertama. Jadi setelah muncul fantasi tentang pemujaan setan, muncul lah fantasi tentang adegan-adegan darah. Semacam adegan di film bergenre thriller lah. Bagi temen-temen #Blogger'sChallenges pasti udah ga asing dengan proyek kita sebelumnya, #beceletsss. Nah, di dua atau tiga cerita Penulis yang termasuk ke dalam proyek itu, ada adegan-adegan pembunuhan sadis, potong-potong badan manusia pakai cangkul.

Kenapa bisa serem gitu adegannya?

Penulis juga ga tau. Jadi waktu nulis itu, penulis terpancing sedikit untuk membuat sesuatu yang mengerikan. Nah, tiba-tiba aja, potongan-potongan adegan muncul terus menerus di kepala Penulis tanpa bisa dihentikan. Jadilah pembunuhan-pembunuhan sadis itu.

3. BDSM, Fisting, dan Gangbang

Hmm, untuk fantasi liar ketiga ini, Penulis ga bisa cerita banyak. Cari aja arti dari ketiga kelompok kata di atas di gugel.


Udah liar belum kira-kira fantasi Penulis? Belum? Kalau belum, berarti fantasi kalian luar biasa. Tapi sekali lagi Penulis ingatkan, ketiga hal di atas cuma fantasi liar Penulis. Ga ada sedikitpun niat Penulis untuk merealisasikan satupun fantasi tersebut.

Oke, kita move-move ke topik berikutnya. Penulis siap! Penulis siap!

Friday, October 14, 2016

5 Penulis Favorit Yang Selalu Menginspirasiku

Yuuhuuuuuuuuuu! Postingan kali ini untuk menjawab #blogger'schallenges ke-sembilan yg temanya '5 Penulis Favoritku'. Tema ini dicetuskan oleh Wawa setelah didiskon 50%. Mengerikan membayangkan 10 penulis, 5 aja binun.




Oke, fokus!

Lima Penulis Favoritku

1. J.K. Rowling


Penulis fans berat film Harry Tukan Pot. Dulu sebelum jaman nonton film di laptop, Penulis selalu lompat-lompat kegirangan sambil teriak-teriak ga jelas tiap liat iklan Harry Tukang Pot mau tayang di salah satu stasiun televisi. Jadi maklum aja kalau penulis favorit Penulis itu ibu Rowling ini.

Apa pernah baca bukunya?

Jawabnya, sama sekali engga.

Kenapa?

Well, Penulis udah terlanjur nonton filmnya duluan. Mengacu pada pengalaman Penulis bersama buku yang di-film-kan yang sangat mengecewakan, Penulis memutuskan ga akan pernah baca buku yang udah pernah Penulis tonton filmnya.

Kecewa gimana sih? Jadi gini, pasti pada tau film 'Hantu Jeruk Kecut' (IYKWIM) kan? Nah, Penulis itu udah nonton film itu tahun kapan gitu. Suatu hari di masa SMA, Penulis ketemu sama buku 'Hantu Jeruk Kecut' itu. 2-3 jam Penulis habiskan untuk baca buku itu. Di akhir kegiatan membaca, Penulis membatin, 'Makjang! Keren kali cerita di buku-nya. Kok beda kali sama di film?!' Semenjak itu, Penulis ga mau lagi baca buku yang udah pernah Penulis tonton filmnya.

Balik ke ibu Rowling. Beliau ini luar biasa lah. Buku Harry Tukang Pot sampai tujuh dan selalu booming itu ga perlu dipertanyakan lagi. Memang sedikit kecewa waktu beliau mengumumkan kalau ga ada lanjutan Harry Tukang Pot. Tapi setelah ditelisik lebih lanjut, rasanya memang cerita Harry Tukang Pot lebih baik berakhir seperti itu, di titik itu. Walaupun akhirnya ibu Rowling menelurkan lagi karya-karya serupa Harry Tukan Pot, tapi ga bisa menggeser posisi Harry Tukang Pot di hati Penulis.

2. Khalil Gibran

Itu bener engga, sih, penulisan namanya? Oke, abaikan.

Sebenarnya ga pernah baca buku si kawan ini. Ada, sih, e-book-nya di laptop, tapi masih malas bacanya.

Oke, kenapa jadi favorit? Hmm, banyak banget kutipan-kutipan cinta si kawan ini yang penuh inspirasi. Dulu Penulis pernah punya buku kecil yang isinya kutipan-kutipan cinta. Tapi dari banyaknya kutipan, kutipan dari si kawan ini lah yang paling Penulis suka. Ngena aja gitu.

3. Jun

Karena ga ada klasifikasi khusus untuk penulis yang bagaimana, maka Penulis mengajukan nama abang ini sebagai penulis favorit. Jadi abang ini awalnya penulis lepas yang numpang di salah satu blog yang sekarang ga tau apa kabarnya. Karena keadaan di blog itu makin kacau, abang ini memutuskan untuk membangun 'Kerajaan Kata'-nya sendiri.

Semenjak punya kerajaan sendiri, abang ini makin keren aja karyanya. Tulisan-tulisannya itu khas. Bahasanya indah. Tapi sayang, kerajaannya ga untuk konsumsi semua orang. Makanya Penulis ga mau mencantumkan link kerajaan Bang Jun di sini. Tapi serius, dia kereeeeeeeeeen! Mau diajak chatting ama SMS-an. Jarang-jarang loh penulis blog keren mau dengan mudah diajak bersosialisasi.

4. Nul

Sama halnya dengan Bang Jun, Mas Nul ini juga penulis di salah satu blog. Tapi sekarang udah merambah ke komersil juga, sih.

Jadi dulu kesasar ke blog aneh dengan cerita yang agak aneh juga. 'Lelaki Bercita Rasa Stroberi'. Bukan judul aslinya, tentu aja. Tapi karena penasaran, diikuti juga.

Awalnya menikmati ceritanya, karena ringan. Tapi lama-kelamaan, ceritanya jadi berat. Asli berat. Bawa-bawa PPKN, ilmu konseling segala macam. Penulis tetep menikmati, kok. Hanya, makin kesini, keliatan banget Mas Nul ini idealis. Makanya supaya menikmati karyanya ga terpengaruh sama sifat idealisnya, setiap berkunjung ke blog Mas Nul, cuma baca ceritanya aja tanpa melongok ke kolom komentar. Ihihihihi....

Lagi-lagi, blog ini juga hanya untuk kalangan tertentu, jadi ga bisa dipublikasikan seenaknya.

5. Om ...

Iya, Penulis lupa siapa nama Om ini. Pokoknya Om ini tergabung ke penerbit yang Penulis juga lupa namanya apa. Yang Penulis ingat cuma kalimat ini 'Yang Tua Yang Berkarya'.

Jadi dulu waktu jaman SMA, Penulis ga sengaja nemu buku Om ini di Gramedia Binjai Super Mall (ga tau sekarang masih ada atau engga). Nah, dulu, nih ceritanya Penulis yang masih SMA ini suka belanja buku, paling engga sebulan sekali. Ketemu lah sama buku Om ini. Bukunya bergenre komedi. Asli kocak. Penulis sampai ga berhenti ketawa bacanya. Sekarang, sih, bukunya ada di rumah orang tua, semoga masih ada.

Ternyata setelah dibaca-baca, buku yang Penulis beli itu buku keempat Om ini. Jadi pengen beli buku pertama, kedua, ketiga pasti, dong, ya. Eh, bukunya ga dijual bebas lagi. Mesti pesan dulu di situs apa gitu. Berhubung Penulis yang masih SMA belum paham betul dengan hal-hal begituan, jadi Penulis terpaksa mematahkan harapan untuk mengoleksi buku Om ini. Eh, tapi, kok, sekarang tiba-tiba jadi kepikiran untuk mengoleksi buku Om itu, ya? Hmm, makasih, ABC!

Sebenarnya, mungkin bukan hanya lima orang ini yang jadi penulis favorit Penulis. Tapi karena lima ini yang terpikirkan, jadi lima ini lah yang Penulis ajukan.

Oke! Lanjut ke tantangan berikutnyaaaaaa!!!!

Tuesday, October 11, 2016

100 Daftar Alasan Logis Mengapa Aku Suka Menulis

Nah, kali ini Penulis posting-in proyek #Blogger'sChallenge yang temanya itu seperti yang tercantum di judul, dari Abang Boy Atlaliust Ganteng Simangunsong.



Hmm, kalau Penulis ditanya, kenapa suka menulis? Sejak kapan? Well, ini jawabannya.

Semua bermula saat Avatar Roku menghilang, kami semua panik karena tak ada seorang pun yang mampu mengalahkan Negara Api. Maaf, salah fokus. Oke, itu dimulai saat orang tua Penulis yang notabene adalah guru, menyediakan buanyak (harus pakai 'u' karena emang beneran buanyak) bahan bacaan di rumah. Koran, buku-buku pelajaran, komik, dan sebagainya. Pokoknya buanyak lah. Dari sanalah minat membaca Penulis timbul. Semua dibaca. Yah, namanya juga anak TK yang lagi belajar baca (eh, engga, ding. Waktu TK, Penulis udah bisa baca!) oke, ralat, lagi mengasah kemampuan membaca.

Sampai kelas lima SD, Penulis memutuskan untuk rutin membeli majalah 'tidur' (IYKWIM) yang slogannya 'Teman Bermain dan Belajar'. Penulis masih inget kok nadanya itu.

Jadi, di majalah itu, kan, banyak banget cerpennya, komiknya. Penulis terinspirasi untuk 'buat cerita sendiri'. Cerita-cerita ringan. Dulu sih cerita-cerita ringan itu ditulis tangan di buku kosong yang khusus untuk cerita-cerita buatan Penulis sampai satu buku itu abis sama tulisan Penulis semua. Itu berlangsung sampai Penulis kelas 7.

Waktu kelas 7, Penulis mulai PDKT sama komputer, mulai komputer di sekolah Abi, komputer di rumah kawan, sampai komputer di rumah Om. Semenjak masa PDKT itu, Penulis memutuskan untuk putus hubungan sama buku tulis. Penulis mulai 'ngetik' sembarangan, ngutak-atik microwave word, masukin gambar ke halaman, de-es-be. Apa aja Penulis ketik. Curahan hati, buah hayalan, de-el-el. Ini berlangsung beberapa tahun.

Begitu Penulis berstatus sebagai siswa SMA, saat itulah Penulis mulai menulis dengan serius. Serius di sini bukan bermaksud menguangkan menulis, ya. Penulis ga ada niat untuk bikin buku untuk tujuan komersil. Maksud Penulis dengan ‘serius’ di sini adalah Penulis mulai menulis dengan tema, ada jalan ceritanya, dan cerita itu ada penyelesaiannya. Bukan lagi cerita anak-anak bergenre recount yang sangat sederhana. Penulis udah merambah ke naratif yang dikombinasikan dengan genre lain seperti deskriptif dan diskusi. Dan sebagainya - dan sebagainya.

Kok isinya ga nyambung sama judul, ya?

Oke, alasan Penulis menulis itu sederhana: Penulis cinta menulis. Bukan cinta seperti kepada seseorang atau apa lah itu. Menulis membantu Penulis untuk mengungkapkan apa yang kadang tak sanggup diucapkan oleh lisan. Menulis juga membantu Penulis untuk merealisasikan hayalan ke dalam selembar kertas (ga mesti kertas sih, tapi ga enak kalau disebut selembar monitor). Jadi, Penulis itu sering dapat 'penglihatan'. Tapi bukan cenayang, ya. Semacam potongan-potongan adegan. Dari sanalah ide Penulis berawal. Entah lagi makan, lagi santai, atau lagi sholat sekalipun, 'penglihatan' itu muncul. Selesai berkegiatan itulah Penulis mulai merangkai 'penglihatan-penglihatan' itu hingga jadi satu alur cerita.

Kalau curahan hati, biasanya Penulis menuangkannya dalam bentuk puisi atau semi puisi atau itu syair? Entahlah. Yang pasti Penulis suka menuangkan curahan hati lewat kata-kata yang maknanya tersirat. Meskipun bicara 'hati', isinya ga melulu tentang cinta, kok. Kadang malah isinya kekesalan terhadap diri sendiri. Misalnya gara-gara ga bangun untuk sholat subuh. Saking kesalnya, jadi satu tulisan. Kalau mau tau contohnya, ada kok di akun Instagram Penulis. Postingan setahun lalu.

Oke, itu aja. Kira-kira udah menjawab atau belum? Komentarnya, please?

Sunday, October 9, 2016

3 Poin Penting Jika Aku Menjadi Walikota Medan

Hai hai hai!

Postingan ini dibuat untuk memenuhi tantangan di event #Blogger'sChallenge yang temanya kali ini diajukan oleh saya sendiri.



Hmm, pernah kepikiran untuk jadi walikota Medan?

Engga, Penulis mah ga suka sama hal-hal berbau politik.

Terus kenapa Penulis mengajukan tema ini?

Well, Penulis suka dengan perubahan (kecuali perubahan perasaanmu terhadapku *elaaahhh). Jadi dengan mengajukan tema ini, Penulis pengen tau, kira-kira perubahan apa sih yang ada di kepala kawan-kawan sekalian.

Kenapa Medan?

Karena itu yang akrab dengan semua peserta. Lingkupnya juga ga terlalu luas, jadi menurut Penulis masih ringan lah ini.

Oke, kita langsung masuk ke topik pembicaraan!

Andai Aku Jadi Walikota Medan

Sebagai warga, pasti sering ngerasa, 'ini tuh harusnya begini' atau 'itu ga seharusnya begitu' dan sebagainya. Nah, gimana kalau kita pakai kacamata Penulis.

#1 Poin pertama, tentang kependudukan

Penulis punya mimpi untuk mengubah tatanan kependudukan di Medan seperti di Singapura atau contoh paling nyata, Jakarta. Penulis pengen di Medan itu rumah-rumah penduduknya berbentuk rusun (kalau di Singapura apartemen). Jadi, pemukiman padat di Medan, contohnya di Serdang aja lah, ya, yang dekat, diratakan dengan tanah. Nah di atas bekas tanah warga itu dibangun beberapa gedung rusun. Ga perlu tinggi-tinggi kaya di Singapura, kok. Cukup 2-3 lantai aja. Nah, satu kampung jadi satu lingkungan rusun.

Tujuannya apa? Jelas, untuk mengurangi penggunaan lahan. Jadi antara satu kampung dengan kampung yang lain ada lahan terbuka yang nantinya akan dimiliki oleh Pemerintah Kota Medan.

Nah, di masing-masing lingkungan rusun, fasilitasnya dilengkapi. Jadi di setiap lingkungan rusun, paling engga ada 4-5 toko kelontong, 2-3 warung nasi, 1 pasar tradisional, 1 klinik kesehatan (untuk cakupan yang lebih luas, klinik diganti dengan Puskesmas), 2-3 bengkel kendaraan, 2 halte bus, dan 1 kantor warga. Mungkin ada fasilitas lain yang terlupa. Tugas kalian lah itu untuk mengingatkan Penulis.

Lantas, siapa yang mengelola fasilitas-fasilitas tersebut?

Nah, di sini dibutuhkan peran aktif Pemerintah Kota Medan dan masyarakat. Jadi Pemerintah melakukan pembinaan kepada masyarakat agar mampu mengelola sendiri fasilitas yang ada di lingkungan rusunnya. Semua masyarakat berperan untuk mengelola fasilitas. Misal, pemilik toko kelontong dan karyawannya adalah warga lingkungan rusun tersebut, begitu juga pedangang di pasar tradisional, pekerja bengkel, perawat klinik dan petugas keamanan.

#2 Poin Kedua, tentang Mobilisasi Penduduk

Lagi-lagi, Penulis terinspirasi dari Singapura.

Jadi Penulis pengen semua alat transportasi umum berbentuk minibus ditiadakan. Jadi transportasi umum yang ada hanya dalam bentuk bus besar.

Loh, gimana dengan lalu lintas di jalan-jalan kecil?

Nah, masih ingat, kan, sama lahan kosong sisa dari pembangunan lingkungan rusun di poin pertama? Sebagian lahan kosong itulah yang digunakan untuk pelebaran jalan. Jadi bus besar bisa lewat dengan leluasa.

Transportasi di dalam lingkungan rusun gimana?

Untuk di dalam lingkungan rusun, masyarakat bisa menggunakan kendaraan pribadinya seperti sepeda, sepeda motor, dan becak motor. Tapi kendaraan pribadi tersebut cuma boleh berkeliaran di dalam lingkungan rusun.

Nah, gimana dengan mobil pribadi?

Mobil pribadi hanya boleh digunakan di jalan utama (jalanan di luar lingkungan rusun). Di setiap lingkungan rusun punya parkiran khusus mobil pribadi yang mana mobilnya cuma boleh digunakan untuk keluar lingkungan rusun. Jadi di jalan utama nantinya cuma ada bus umum dan mobil pribadi.

Kalau begitu, orang-orang akan berlomba untuk beli mobil, donk! Macet juga.

Kali ini Penulis mengadopsi sistem yang katanya diterapkan di Malaysia. Jadi setiap satu rumah penduduk (biar mudah, satu kartu keluarga) hanya boleh memiliki satu buah mobil pribadi atau dua sepeda motor. Jadi ga bakal ada kejadian membludak kendaraan di jalan utama. Yang punya mobil pribadi, silakan menggunakan mobilnya, yang ga punya, silakan naik bus umum. Tenang, armada bus umunya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kok. Dan lagi, tenaga yang diserap dalam urusan per-bus-an ini diambil dari masyarakat. Ini bisa jadi lapangan kerja tambahan, kan?

Kira-kira ada bus yang bakal berhenti sembarangan, engga?

Jelas, engga. Kan tadi di poin pertama udah disebutkan kalau satu lingkungan rusun cuma punya dua halte. Jadi masyarakat kalau mau naik atau turun dari bus ya harus di halte itu. Mau turun di 'tengah' juga buat apa? Kan itu lahan kosong.

Tadi udah dibilang kan kalau busnya gede? Iya, busnya gede, mirip bus antar kota atau antar provinsi. Nah, pintu masuknya dibuat tinggi, jadi ga bisa naik-turun sembarangan. Kalau nekat, ya, mati (ahahahahahaha *ketawa jahat*).

Lanjut ke peraturan lalu lintasnya. Mereka masih sama. Tapi namanya orang Indonesia, kalau ga diawasi, ya ga patuh. Jadi ntar ada polisi di jalan-jalan utama. Kalau ada yang melanggar, sanksinya lumayan berat (ahahahahaha! Mampos! *ketawa nista*)

Oke, oke, kita ke poin terakhir, Tata Kota.

Kalau ini, Penulis mau bikin suka-suka Penulis, ga ngadopsi dari mana-mana.

Penulis mau di setiap kecamatan di kota Medan itu kantor-kantor pemerintahannya dipusatkan di satu lokasi, sekolah dan universitasnya, kantor-kantor swastanya juga. Jadi ntar di setiap kecamatan ada yang namanya Lingkungan Perkantoran (ini untuk kantor pemerintahan), Lingkungan Pelajar (untuk sekolah), dan Lingkungan Ekonomi (untuk kantor-kantor swasta). Nah, jarak tiga lingkungan ini ga boleh berdekatan. Jadi misalnya Lingkungan Perkantoran ada di wilayah paling utara kecamatan itu, Lingkungan Pelajarnya harus di wilayah paling tenggara, trus Lingkungan Ekonominya juga harus di wilayah paling barat daya. Ada yang kurang? Silakan koreksi.

Masih ingat sisa lahan kosong di poin pertama?

Nah, sebagian dari lahan kosong itu kan udah jadi jalan utama, sisa dari yang ga jadi jalan utama itu dijadikan lahan terbuka hijau. Bisa jadi taman kota, alun-alun atau hutan kota. Pokoknya hijau lah.

Kok perasaan ga ada bahas Mall, ya?

Hmm, mall dan tempat hiburan lain seperti kolam renang dan sebagainya akan disebar, disesuaikan dengan kepadatan penduduk. Jadi kalau penduduk di suatu lingkungan itu padat, mall dan tempat hiburan akan diletakkan agak jauh dari situ.

Udah, itu aja kali, ya? Abis posting ini, mau ngobrol-ngobrol manja sambil minum susu sama Pak Walikota yang asli biar jadi staf ahli Tata Ruang Kota. Lumayan, kerjanya cuma bikin rencana, yang ngerjain orang lapangan. Tapi mesti inget untuk peninjauan berkelanjutan juga, sih. Gapapa, yang penting kerjanya di kantor ber-AC sambil duduk-duduk cantik.

Penulis siap untuk tantangan berikutnya!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...