Wednesday, October 25, 2017

Apa Ketakutan Terbesarmu?

Halo Pembaca Kece!

Postingan kali ini masih akan tetap membahas tentang topik-topik yang berkaitan dengan Bloggers' Challenge. Topik kali ini yang mengajukan Kak Rina yang juga member baru ABC. Uuuuuh rame banget BC sekarang! Oke, jadi Kak Rina pengen para ABC menceritakan tentang ketakutan terbesar kami dalam hidup. Nah, lho! Kak Rina ini baru datang langsung nagih cerita tentang ketakutan. Ngga perlu berpanjang lebar, aku kasih tau aja, ya.

Ketakutan Terbesarku

Jika orang lain ditanya tentang apa ketakutan terbesarnya, beberapa mungkin akan menjawab kematian, kegelapan, hantu, atau hewan mengerikan. Maklum, dong, setiap orang kan punya ketakutannya sendiri. Sama halnya denganku. Jika ada orang yang bertanya kepadaku tentang hal yang paling aku takutkan, maka aku akan menjawab, berkomitmen. Berkomitmen seperti apa? Berkomitmen yang aku maksud adalah komitmen yang berhubungan tentang asmara, percintaan, pernikahan, dan sejenisnya.

Cincin
Iya, aku takut menjalin hubungan yang serius dengan orang lain. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, pengalaman yang kurang menyenangkan. Dulu aku pernah ditipu oleh teman sendiri. Dia menyapaku dengan akun palsu demi membongkar rahasiaku, kemudian menjadikan hal tersebut senjata untuk menyerangku. Ada sesuatu yang robek setelah itu, kepercayaan. Aku menjadi selektif dalam memilih teman, bahkan dalam hal menerima permintaan pertemanan di media sosial daring pun aku perlu berpikir beberapa kali. Kadang jika orang tersebut asing untukku, aku akan mengabaikan permintaan pertemanan itu. Jadi jangankan untuk menjalin asmara, untuk membuka diri kepada orang baru aja itu sulit.

Penyebab kedua lagi-lagi pengalaman. Di beberapa hubungan asmaraku yang sebelumnya, aku hampir selalu berperan sebagai tokoh jahatnya. Aku yang menjadi sang heart breaker, pihak yang melukai. Kesannya akulah si antagonis. Engga kesannya sih, emang jahat. Nah, sayangnya, aku sadar kalau jahat setelah melakukan kesalahan. Aku ngga akan sadar kalau aku jahat waktu aku melakukannya. Tunggu ada yang sakit dulu baru sadar. Imbasnya adalah aku takut untuk membuat hubungan baru dengan orang lain karena aku takut menyakiti lebih banyak orang.

Alasan ketiga, aku takut gagal. Semakin tinggi umur, hubungan asmara akan semakin serius, ngga lagi hanya antara dua orang, tapi dua keluarga, bahkan lebih luas lagi, seluruh kenalan. Otomatis jika ada kegagalan dalam, katakanlah pernikahan, efek buruk dari kegagalan itu tidak hanya menimpa si pasangan, namun juga keluarga dan orang di sekitarnya.

Nah, itu dia ketakutan terbesarku. Ada imbuhan ter- bukan berarti ini ketakutan satu-satunya yang porsinya paling besar. Ada ketakutan lain, tapi mungkin ini yang lebih terasa saat ini. Oke, Kak Rina, terima kasih atas topik cetarnya.

Kamu punya ketakutan yang sama denganku? Atau ketakutan kamu lebih serius? Cerita di kolom komentar yaaaaaa!

Monday, October 16, 2017

Hal Yang Membuatku Terkesan

Halo pembaca yang kece!
Lagi-lagi di postingan BC, aku harus cerita hal yang berkaitan dengan hal-hal berbau pribadi. Ini topik dari si Dwita, tentang hal yang membuatmu terkesan/tertarik dengan seseorang. Nah, lho, aku langsung mikir, apa ya yang bisa bikin aku terkesan/tertarik? Ternyata ada beberapa hal, tapi ngga aku tulis berurutan dari yang paling bikin terkesan/tertarik sampai yang paling bawah. Ini aku tulis sesuai dengan hal apa yang muncul di kepalaku. Oke, let’s check them out!


Hal Yang Membuatku Terkesan/Tertarik


A Non-native Speaker with Good Pronunciation

Aku pernah cerita tentang latar belakang pendidikanku? Belum pernah ya? Oke, deh, ngga masalah. Aku lulusan universitas negeri di Kota Medan dari jurusan Bahasa dan Sastra Inggris. Tentu aja aku jadi familiar dengan seluk beluk bahasa Inggris, hanya familiar lho, ya, bukan paham. Salah satu aspek yang ada di dalam bahasa itu adalah pelafalan atau pronunciation. Nah, pelafalan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya aksen daerah yang kadang membuat pelafalan bahasa Inggris jadi buruk. Di Indonesia sendiri, jarang banget aku ketemu non-native speaker (bukan penutur asli bahasa Inggris) dengan pronunciation yang bagus, ngga mesti British, American style pun jadi. Maka dari itu, setiap ketemu dengan non-native speaker with good pronunciation, aku akan langsung menoleh ke sumber suara, terus memperhatikan sambil terkagum-kagum.

Seingatku, ada dua kali aku merasa benar-benar tertarik karena pronunciation seseorang. Pertama, waktu aku berkunjung ke Universiti Utara Malaysia 2013 silam, ada pertandingan debat antara mahasiswa setempat dengan mahasiswa almamaterku. Jadi saat pertandingan, ada satu peserta dari UUM, cowok, yang pronunciation-nya lemah lembut, jelas, dan do’i pakai British style! Itu aku serius banget dengerin do’i ngomong sampai selesai. Saking seriusnya, aku ngga peduli dengan topik apa yang do’i bahas. Pronunciation-nya bener-bener melenakan telingaku.

Li Wenlin a.k.a. Cemara
Kedua, waktu aku kuliah magister ini. Ada temenku yang asalnya dari Tiongkok atau China (baca: chaina. cina punya arti yang buruk dalam bahasa Mandarin), cewek. Kami beberapa kali terlibat diskusi, dengan bahasa Indonesia tentu aja. Tapi ada kalanya kami menggunakan bahasa Inggris jika do’i ngga paham dengan apa yang aku maksud. Nah, otomatis do’i membalas dengan bahasa Inggris juga. Saat itulah aku tau kalau pronunciation-nya bagus, American style dengan sedikit sentuhan aksen Mandarin. Rasanya pengen denger do’i ngomong pakai bahasa Inggris terus, cuma masalahnya, do’i kesulitan memahami pronunciation-ku yang buruk, hehehe…

Mereka Yang Membaca Al-qur’an

Namanya juga orang Islam, ngga heran dong kalau suka ngeliat dan ngedenger orang yang lagi baca Al-qur’an, apalagi kalau itu cowok. Yaaaaaah, walaupun aku sering heboh sok-sok terbakar kaya setan tiap dengar orang baca Al-qur’an, aslinya aku seneng, kok.

Jadi dulu waktu semester 7, ada yang namanya PPL (Program Pengalaman Lapangan), semacam praktik mengajar di sekolah yang berlangsung selama 3 bulan. Mahasiswa dari beberapa jurusan dikumpulkan di satu sekolah. Di tempat aku praktik, ada 15 orang, terdiri dari 5 mahasiswa dan 10 mahasiswi. Tempat tinggal kami terpisah tentu aja. Nah, jadi, ada salah satu cowok bertampang agak sangar yang rajin banget baca Al-qur’an. Hampir setiap selesai sholat wajib, do’i mesti baca Al-qur’an, ngga banyak, tapi rutin. Itu aku ngeliatnya asli kagum banget. Hari gini, lho masih ada cowok, dengan tampang yang agak sangar begitu, baca Al-qur’an dengan teratur!

Membaca Al-qur'an
www.youtube.com
Dan memang rejeki si kawan bisa aku bilang bagus. Di saat aku masih berjibaku dengan jurnal, buku, teori A sampai Z demi skripsweet yang manisnya ngalahin es krim Walls, do’i dan pacarnya (sekarang udah jadi istrinya, dan fyi, itu istrinya juga temen satu tempat PPL dengan kami) memutuskan untuk bertunangan, yang dilanjutkan dengan pernikahan beberapa bulan kemudian, dan mungkin sebentar lagi, jagoan mereka akan segera lahir ke dunia. Mulus banget kaya paha personel f(x), salah satu girlband Korea didikan SM Entertainment, meskipun aku belum pernah pegang sih.

Supir Angkot yang Tertib Lalu Lintas

Buat yang tinggal di Kota Medan, pasti ngerti banget gimana keadaan lalu lintasnya yang luar biasa. Dan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas keadaan kacau itu adalah supir angkot, selain pengguna mobil pribadi, tentu aja. Jadi, di Medan itu, aturan perlalulintasan itu gampang banget dilanggar oleh supir angkot. Mereka akan dengan seenaknya menaikturunkan penumpang, ngga peduli walau di situ bukan tempat yang semestinya. Selain itu, supir angkor ini juga kapasitas sabarnya dikit banget, mungkin ngga nyampe 256kb. Makanya ngga usah heran kalau liat angkot yang menerobos lampu merah.

Penumpang Naik Angkot di Tengah Jalan
www.medanbisnisdaily.com
Dengan keadaan yang seperti itu, tentu akan menjadi hal yang mengagumkan untuk bisa melihat supir angkot yang tertib lalu lintas. Ngga semua kok supir angkot yang nyeleneh. Masih ada juga supir angkot yang patuh peraturan, tapi jarang. Makanya kalau aku liat supir angkot yang tertib, dalam hati aku akan memuji.

Aku rasa tiga poin ini cukup untuk menjawab tantangan dari si Dwita. Udah, ya, Ta. Cukup-cukup bahas tentang hal pribadi. Untung aku cukup pintar untuk ngga membawa topik ini ke ranah yang lebih serius.


Gimana menurut kamu? Ada poin yang sama? Atau poin punya kamu lebih keren? Jangan baca doang, dong. Tinggalkan jejak di kolom komentar.

Monday, October 9, 2017

Bagaimana Cara Minum yang Baik?

 Halo pembaca yang kece!
Aku balik lagi dengan tulisan yang masih terkait dengan proyek Bloggers’ Challenge. Topiknya tentang cara minum yang baik, dari si Robby yang juga member baru BC. Member baru terus ya? Iya, dalam sebulan ini, BC menerima 4 member baru. Uuuuuuuuuh! Keren!
Balik lagi ke topik, aku ingatkan sebelumnya, yang aku tulis di dalam postingan kali ini merupakan hasil dari membaca berbagai sumber, bukan riset pribadi, jadi aku ngga sepenuhnya bertanggung jawab tentang kebenarannya. Baiklah, ayo kita bahas!

Ketentuan Cara Minun yang Baik dan Benar

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tentu aja membutuhkan berbagai hal untuk menunjang kehidupannya, salah satunya adalah kebutuhan akan air. Air dan tubuh manusia itu adalah dua hal yang ngga bisa dipisahkan. Jika terpisah, ya meninggal. Uuuuuh serem! Oleh karena itu, tubuh manusia perlu asupan air. Air yang aku maksud di sini adalah air bening atau biasanya disebut air putih, bukan susu, kopi, atau air rasa-rasa. Cuma air bening.

Minum air
www.deherba.com
Nah, ketentuan pertama yang harus kamu ketahui adalah tentang kuantitas atau jumlah air yang harus kamu minum per harinya. Dari jaman Arif kecil sampai sekarang, udah banyak artikel yang menyebutkan tentang seperapa banyak air yang harus diminum manusia setiap harinya, semuanya sama, yakni dua liter yang kalau dikonversikan ke dalam hitungan gelas itu setara dengan 8 gelas. Tapi ini adalah jumlah umum.

Aku mengutip dari www.gejalapenyakit.org, ada beberapa variabel yang bisa mempengaruhi jumlah air yang harus kamu minum. Pertama adalah kegiatan kamu. Makin berat kegiatan harianmu, semakin banyak pula air yang harus kamu minum. Variabel kedua adalah usia. Semakin bertambah usia, kebutuhan air akan semakin berkurang. Ini karena ginjal pada individu di usia lanjut tidak dapat bekerja semaksimal mereka yang berusia muda. Kapasitas hal ini berpengaruh pada kapasitas air yang mampu dimanfaatkan. Jika air yang masuk terlalu banyak, darah akan mengencer yang kemudian membuat jantung memompa lebih cepat. Akibatnya adalah cairan di dalam tubuh akan menumpuk dan menyebabkan pembengkakan sel.

Ketentuan kedua adalah waktu minumnya. Iya, jumlah 8 gelas itu ngga serta merta membuat kamu bebas minum kapan aja. Ada aturannya. Kamu ngga boleh sembarangan minum 2 liter air di pagi hari, kemudian seharian kamu ngga ada minum sama sekali. Ini keliru.

Waktu minum yang baik menurutku adalah sebagai berikut: 1 gelas setelah bangun dari tidur untuk mengganti cairan tubuh yang hilang selama tidur; 1 gelas setengah jam sebelum makan untuk memberikan efek kenyang sehingga kita tidak makan terlalu banyak; 1 gelas 5 menit setelah makan untuk membantu mempermudah pencernaan makanan; terakhir, 1 gelas sebelum tidur untuk bekal selama kita tidur.

8 Gelas sehari
www.riaucitizen.com
Ketentuan ketiga adalah tentang cara minum. Nah, terkait hal ini, aku mengutip cara sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, SAW. Pertama, minum dalam keadaan duduk. Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa ada organ penyaring di dalam tubuh yang hanya akan bekerja jika kita duduk. Jika seseorang minum dalam keadaan berdiri, air yang masuk akan langsung menuju kandung kemih tanpa ada penyaringan terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan adanya penumpukan materi di kandung kemih yang nantinya akan menjadi kristal ginjal. Kristal ginjal ini menyumbat saluran air seni sehingga penderitanya akan mengalami susah buang air kecil.

Kedua, minum dengan tangan kanan. Allah melarang hamba-Nya untuk mencontoh perilaku dari setan. Salah satu perilaku setan adalah makan dan minum dengan tangan kiri. Jika tangan kanan ngga memungkinkan untuk digunakan, setidaknya tangan kanan mendukung/membantu tangan kiri. Jadi udah pada tau dong, ya, kenapa aku sering mengingatkan orang-orang terdekatku untuk makan dan minum dengan tangan kanan.


Sunnah Minum
https://siebenundsiebzig.files.wordpress.com/2013/02/sunnah-of-drinking-water-jpg.jpg
Ketentuan keempat yang menjadi ketentuan terakhir adalah temperatur air. Namanya juga manusia, punya selera masing-masing dalam hal minum. Ada yang lebih suka minum air panas atau hangat, ada pula yang gemar minum air es. Lantas mana yang lebih baik? Nah, sebaiknya minum air dengan suhu yang mendekati suhu ruangan, alias yang ngga panas dan ngga dingin. Istilahnya air sejuk.

Air panas/hangat, berpotensi untuk merusak papila, tonjolan kecil di permukaan lidah. Papila ini bertanggung jawab atas kemampuan lidah dalam mengecap rasa. Jadi kalau papila ini rusak, secara otomatis lidah akan kehilangan kemampuannya untuk mengecap rasa. Lain hal dengan air es. Air es yang masuk ke tubuh akan membuat tubuh kaget dengan perubahan suhu yang tiba-tiba. Beberapa orang akan langsung demam, namun ngga sedikit yang merasa biasa aja. Selain itu air es juga membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menyesuaikan suhu air es yang masuk dengan suhu tubuh sehingga membuat tubuh malah kehilangan lebih banyak cairan. Itulah sebabnya mengapa kita akan cepat merasa haus jika minum air es dibandingkan dengan saat kita minum air sejuk.

Jadi, menurutku ada empat ketentuan yang harus kamu perhatikan dalam hal minum air. Apa menurut kamu empat ketentuan ini udah mencakup seluruh aspek? Atau aku melewatkan sesuatu? Let me know by leaving some comment below! See you on the next post!

Tuesday, October 3, 2017

Bagaimana Rasanya Punya Adik Perempuan?

Halo Pembaca Kece!
Aku balik lagi dengan proyek BC alias Bloggers’ Challenge. Kali ini topik diajukan oleh Mbak Vera, member baru ABC asal Blitar. Nah, lho, BC udah Go Nasional! Topik yang Mbak Vera ajukan itu Andai Aku Punya Adik Perempuan. Tapi berhubung aku memang punya adik perempuan, agak diganti dikit diksinya menjadi Rasanya Punya Adik Perempuan. Gimana rasanya, ya? Sebenarnya biasa aja, sih. Tapi mari kita eja rasa ini pelan-pelan. Eaaaaak!

Bagaimana Rasanya Punya Adik Perempuan?

Adek Gue
Mungkin bagi kamu yang punya adik cewek, bakalan mikir, gimana rasanya? Biasa aja, ngga ada yang gimana-gimana. Sama, aku juga mikirnya gitu. Makanya biar agak berasa, aku ceritakan pakai garis waktu, mulai dari adikku lahir sampai sekarang.

Kurang lebih 19 tahun lalu, sekitar jam tiga dinihari, aku dibangunkan oleh tangisan di kamar sebelah. Aku kaget waktu itu karena bangun ngga di kamar yang semestinya. Si Arif kecil yang saat itu masih berumur empat tahun, penasaran, terus keluar kamar menuju ke kamar utama yang pintunya sedikit terbuka. Aku mengintip, eh, ada bayi di atas tempat tidur! batinku. Baru aku tau kalau Ummi udah melahirkan seonggok bayi perempuan berhidung kurang seons. Belum ada perasaan yang berarti untuk bayi kecil itu. Cuma perasaan excited karena punya adik baru.

Waktu berlalu. Si pesek jelek itu mulai masuk TK sedangkan aku udah duduk di kelas 4 SD. Saat itu rasanya masih biasa aja. Cuma sebagai abang yang baik, sesekali kalau udah pulang dari madrasah, aku mampir ke TK si adek, liat kegiatan do’i. Kadang ikut pulang bareng naik becak motor, rame-rame dengan teman-teman adekku yang lain.

Setahun kemudian, si pesek jelek masuk SD. Karena udah agak besar, udah bisalah jadi kawan begadoh. Iya, do’i itu lawan berantemku di rumah. Mulai dari pertarungan dengan tangan kosong, sampai menggunakan senjata. Hasilnya tentu aja dimenangkan olehku. Kemudian si adek bakalan nangis dan aku akan diomeli sama Ummi atau Abi.

Hubungan kami mulai harmonis saat si jelek itu masuk asrama di pesantren dekat rumah. Setiap do’i pulang seminggu sekali, kami akan lebih banyak ngobrol dengan cara yang lebih ‘normal’. Itupun hanya berlaku kalau do’i di rumah cuma sehari-dua hari. Kalau lebih dari itu, kami akan kembali ke mode Tom and Jerry, hehehe…

Penampakan
Seiring berjalannya waktu, kami makin harmonis, terutama setelah aku hijrah ke Kota Medan untuk kuliah. Intensitas pertemuan yang sangat minim membuat kami secara ngga sadar memanfaatkan setiap momen ngumpul di rumah, atau saat aku berkunjung ke asramanya. Kami jadi banyak ngobrol, tentang sekolah, kuliah, teman, bahkan asmara. Pada titik itu, aku bersyukur punya adik perempuan, karena memang pada dasarnya aku yang ngga punya hobi yang sangat-sangat menunjukkan kalau aku laki-laki seperti olahraga sepak bola, menonton pertandingan balap, dan semacamnya, jadi nyambung ngobrol dengan si jelek.

Waktu demam Korea menerjang Indonesia, kami juga ngobrolin tentang hal itu. Si jelek yang memang punya referensi lebih banyak, jadi semacam living Google untukku. Aku yang memang hobi nonton dan mengoleksi film di laptop, juga menularkan kegemaranku itu ke adik tunggalku itu. Kami jadi punya makin banyak topik bahasan. Pokoknya makin gede, kami makin mesra deh. Sampai-sampai kalau orang yang ngga kenal ngeliat kami jalan, pasti mereka mikir kami pasangan kekasih. Secara muka juga ngga ada miripnya sama sekali.

Sampai saat ini, hubungan kami tetap rukun, meskipun aku udah ngga di Sumatera lagi. Cuma dua hal yang bikin kami cekcok, yaitu saat kami saling dorong untuk nikah duluan atau saat kami membahas tentang aibku. Iya, do’i ngga mau cepat-cepat nikah, sedangkan aku sendiri lagi mikir gimana caranya berkembangbiak dengan membelah diri atau dengan tunas. Tapi cekcoknya ngga sampai bikin kami diem-dieman selama 7 tahun, kok. Ngga sampai segitu. Paling cuma saling memaki aja, dan itu biasa bagi kami.


Oke, itu yang aku rasakan karena punya adek cewek. Mungkin kamu punya pengalaman yang beda, ngga usah segan untuk tinggalkan jejak di kolom komentar, yaaaa!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...