Sunday, April 2, 2017

Di Mana Kamu Merasa Nyaman?


Ahahahahahaha! Setelah sekian lama vakum, Penulis balik lagi. Kali ini Penulis mau ngomongin tentang zona nyaman alias comfort zone. Topik ini dari Nadya. Entahlah, Penulis juga ga ngerti sama di Nadya ini. Suka banget kasih topik yang berhubungan dengan kepribadian. Mesti mikir berkali-kali, bolak balik tanya diri sendiri, repot deh. Tapi tenang, yang begini ini ada manfaatnya kok. Dengan mikir dan bertanya ke diri sendiri, kita bisa jadi lebih mengenal siapa kita. Makin kenal dengan diri kita, makin bagus juga kualitas hidup kita.

Kok nyambung ke kualitas hidup? Emang apa hubungannya?

Begini, lho hubungannya. Dengan kita mengenal diri kita sendiri, kita akan mudah untuk mengenal Tuhan. Kalau Tuhan aja udah dikenal, apalagi orang-orang di sekitar kita. Kalau semua udah 'kenal', berarti hakikat hidup manusia udah terpenuhi.

Hakikat hidup yang mana?

Itu, lho, yang hablumminallah wa hablumminannas, alias 'hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia'. Jadi hubungan dengan Allah berjalan dengan baik, hubungan dengan sesama manusia juga terjalin apik. Nah, kalau semua hubungan terbina dengan baik, bukankah kualitas hidup juga jadi baik? Iya, engga?

Duh! Kok jadi nyasar ke situ, ya?! Kebiasaan! Ahahahaha! Oke, oke, kita balik ke topik. Yok, lah cerita!

Comfort Zone Punya Gueh!


Dalam menafsirkan makna zona nyaman dari dua sisi, makna harfiah dan makna istilah. Pertama, kita bahas dari makna harfiahnya dulu, ya.

zona : /zo·na/ n 1 salah satu dari lima bagian besar permukaan bumi yang dibatasi oleh garis khayal di sekeliling bumi, sejajar dengan khatulistiwa (satu zona tropik, dua zona sedang, dan dua zona kutub); jalur iklim; 2 daerah yang ditandai dengan kehidupan jenis binatang atau tumbuhan tertentu yang juga ditentukan oleh kondisi tertentu di sekitarnya; 3 daerah (dalam kota) dengan pembatasan khusus; kawasan: -- industri;
nyaman/nya·man/ a 1 segar; sehat: badannya berasa -- disinari matahari pagi; 2 sedap; sejuk; enak: suaranya merdu, -- didengar;
kenyamanan/ke·nya·man·an/ n keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan 

Nah, Penulis ambil secara garis besar aja, deh, ya? Jadi intinya zona nyaman itu lokasi, tempat atau wilayah di mana kita bisa merasa enak, nyaman. Bicara tentang lokasi, berarti ada titik-titik nyata tertentu yang menjadi tempat di mana kita merasa nyaman.

Banyak cakap! Tinggal bilang aja pun ribet bener!

http://psychologia.co/wp-content/uploads/2015/03/comfort-zone-test.pngOke, oke, ga usah marah cin. Sampai saat ini, ada dua tempat yang membuat Penulis merasa nyaman. Yang pertama, tentu aja di rumah orangtua di kampung sana, terutama di kamar pribadi milik Penulis. Yang kedua, kamar kost! Iya, di dua tempat inilah Penulis bisa merasa bener-bener nyaman. Penulis merasa jadi raja di kerajaan Penulis sendiri. Ga peduli walaupun ukuran kamar cuma 3x4 meter, pokoknya Penulis nyaman. Sebenarnya dua tempat ini ga langsung jadi zona nyaman-nya Penulis. Butuh usaha dan waktu dalam proses menjadikan tempat ini zona nyaman Penulis.

Emang gimana caranya?

http://www.mofucasual.com/wp-content/uploads/2016/03/Tidur-Siang.jpg
Balik ke pernyataan Penulis tentang raja di kerajaan sendiri, seperti itulah Penulis memperlakukan dua tempat ini. Penulis akan mengatur tata letak setiap barang dengan penuh pemikiran supaya ga ada yang membuat Penulis ga nyaman. Gimana letak tempat tidur, di mana letak kepalanya, atau letak lemari, kenapa mesti begitu, dan sebagainya. Mungkin kalau kalian liat kamar Penulis, kalian bakalan mikir kamar Penulis berantakan. Tapi kamar yang berantakan itu udah pas penempatannya menurut Penulis. Jadi kalau ga suka, pergi, shoo shoo shoo!

Yang kedua, makna secara istilah. Jadi begini, walaupun zona berarti wilayah, ga melulu kita bicara tentang tempat. Bisa aja kita cerita tentang situasi atau kondisi. Bisa juga cuaca. Lebih bebas deh pokoknya.

Jawab aja, deh! Jangan muter-muter, bikin bingung tau engga?!

Hmm. nah, kalau diambil dari makna istilah, Penulis punya beberapa zona nyaman. Pertama, adalah saat Penulis lagi sendirian di kamar, cuma berkawan dengan musik, film, dan atau cemilan. Atau tanpa mereka bertiga, cukup Penulis sendiri, berbaring di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar, memikirkan tentang ini dan itu. Beruntung langit-langit di kamar Penulis ga ada yang ganjen, lho. Coba kalau ada, pasti heboh. Ya iya lah, siapa yang ga heboh ditatap sama cowok ganteng? (Mati aja lu sono, kambing gilak!)

https://dulsantri.files.wordpress.com/2012/09/keluarga.jpgKedua, adalah saat Penulis berdua dengan dia yang Penulis sayang. Ga spesifik merujuk ke jenis kelamin atau ras, ya. Ini bisa aja cowok, bisa juga kucing, atau hantu juga kalau Penulis sayang sama dia, boleh jadi.

Kalian ngapain?

Ga ngapa-ngapain. Cukup berbaring, peluk-peluk, elus-elus. Gitu doang. Tapi dengan hal sederhana itu, Penulis bisa merasa nyaman.

Terakhir, adalah saat Penulis dikelilingi orang-orang yang sayang dengan Penulis, di mana Penulis bisa bebas berekspresi, bisa bebas berargumen, misalnya keluarga di kampung. Well, manusia itu bukan burung atau penyu yang bakalan dilepas sama orangtuanya, terus ga balik lagi. Mau sejauh apapun kamu pergi, ada saatnya kamu bakalan kembali. Kalau masih punya orangtua, mereka lah rumah kembalimu. Kalau udah ga punya orangtua, masih ada saudara, kakak-adik. Nah, berada di sekitar mereka lah salah satu zona nyaman Penulis.

Nah, jadi itu dia zona nyaman Penulis. Udah ga penasaran lagi, kan? Atau kamu ngerasa masih kurang? Kamu ga setuju sama Penulis? Jangan cuma baca, komentar, speak your mind! Okay!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...