Sunday, September 10, 2017

Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Guru di Sekolah


Setelah beberapa postingan sebelumnya membahas tentang kepribadian dan hal-hal yang berhubungan dengan pribadi Penulis, kali ini Penulis mau bahas tentang hal yang di luar dari diri Penulis. Topik kali ini dari si Wawa, agak berat, dan membuat Penulis mengenang kembali semester-semester akhir kuliah S1 berbulan-bulan yang lalu dan masa-masa sekolah dulu.

Jadi, kan, si Wawa yang saat ini udah menjadi seorang guru di salah satu sekolah di Kota Medan, mau kami para ABC membuat postingan tentang hal-hal yang ngga boleh dilakukan oleh guru saat berada di sekolah. Agak berat, kan? Iya, emang agak berat. Tapi Penulis suka nih topik-topik yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Maklum aja, waktu S1 kan Penulis ambil program Pendidikan Bahasa Inggris. Jadi otomatis perkuliahan Penulis berhubungan langsung dengan pendidikan dan segala perintilannya. Yuk, lah kita bahas!

Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan Guru di Sekolah


Peran guru hampir ngga bisa dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bahkan setelah dilakukan berbagai inovasi di bidang pendidikan, baik itu pemanfaatan rekaman video atau robot, peran guru masih menjadi salah satu faktor paling penting agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

Tapi namanya juga manusia, pasti guru pernah melakukan kesalahan. Nah, berikut ini Penulis akan memuat beberapa hal yang sebaiknya atau malah ngga boleh dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas. Semua poin yang Penulis paparkan nanti berdasarkan pengalaman Penulis sendiri saat masih berstatus sebagai siswa. Jadi jika ada kesalahan atau kekeliruan, mohon dimaklumi.

Membanding-bandingkan

Guru Memarahi Siswanya
www.kesekolah.com
Pasti beberapa dari kamu pernah ketemu dengan guru tipe ini. Iya, guru yang suka membanding-bandingkan siswanya dengan siswa lain. Kalau kamu jadi siswa yang dibandingkan, dan posisi kamu adalah siswa yang lebih baik dari siswa yang satunya, tentu bangga dong, ya? Nah, gimana kalau kamu jadi siswa yang ngga lebih baik? Kesal? Kecewa? Merasa ngga dihargai? Bener banget. Siapa sih yang ngga kesal kalau dibanding-bandingkan dengan orang lain?!

Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan, memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing. Mungkin si A lebih unggul dibanding si B pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Namun ngga bisa langsung disimpulkan kalau si A lebih baik daripada si B. Bisa jadi si B lebih unggul di mata pelajaran seni dan olahraga.

Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Setelah Penulis telusuri dan berpikir lebih dalam, ternyata akar dari permasalahan ini adalah karena di Negara Indonesia tercinta ini ada kecenderungan untuk mengistimewakan bidang akademik terutama pada mata pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, dan kimia. Siswa yang unggul di tiga mata pelajaran ini akan lebih dihargai dibandingkan dengan siswa yang unggul di mata pelajaran lain seperti seni dan olahraga. Mau segemilang apa prestasi seorang siswa di bidang olahraga maupun seni, jika ia ngga bisa menguasai salah satu dari ketiga mata pelajaran tersebut, siswa itu akan dipandang sebelah mata oleh guru.

Apa akibat yang timbul jika guru membandingkan siswa-siswanya? Siswa yang dianggap lebih baik akan menjadi besar kepala, sombong, bahkan meremehkan teman-temannya, sedangkan siswa yang dianggap ngga lebih baik akan cenderung menjadi minder, hilang semangat untuk belajar sehingga bisa makin memperburuk kondisi akademik siswa.

Melarang Sesuatu yang Dilakukannya

Peran guru selain sebagai pengajar adalah sebagai model atau panutan bagi seluruh siswanya, baik penampilan maupun perilakunya. Oleh karena itu guru harus tampil sebaik mungkin di depan siswanya. Namun kita kembali ke kenyataan bahwa guru itu juga manusia yang tak luput dari salah. Ada aja guru yang ngga berpenampilan dan ngga bertindak sebagaimana mestinya. Nah, biasanya, guru-guru seperti ini pulak yang banyak tingkahnya. Ngelarang ini lah, ngelarang itu lah.

Ilustrasi Perokok
www.nasional.republika.co.id
Apa dampaknya bagi siswa? Jelas siswanya jadi makin ngga patuh. Gimana siswanya mau berpakaian rapi mengikuti peraturan sekolah yang berlaku jika gurunya aja ngga patuh? Penulis pernah punya temen yang kritisnya luar biasa. Jadi dulu di sekolah Penulis ada bapak guru yang memakai pakaian dinas tapi ujung bawah bajunya ngga dimasukkan ke dalam celana. Temen Penulis protes ke guru itu, tapi dengan santai si guru bilang kalau yang dia pakai itu baju model yang ujung bawah bajunya ngga dimasukkan ke dalam celana (setau Penulis, ngga ada jenis baju dinas seperti ini, kecuali untuk pegawai wanita) sambil menunjukkan sobekan di sisi kanan dan kiri bawah bajunya. Besoknya, temen Penulis datang ke sekolah dengan ujung bawah baju seragamnya ngga dimasukkan. Dia langsung ditegur oleh bapak guru yang kemarin diprotesnya. Dengan santai, temen Penulis itu menjawab, “Loh, Pak, ini baju seragam yang ngga dimasukin ke celana. Liat nih,” sambil nunjukin sobekan di kanan dan kiri bawah baju seragamnya.

See? Guru ngga boleh sembarangan, kan? Atau kasus lain di mana guru membuat larangan merokok di lingkungan sekolah bagi siswa, tapi banyak guru yang merokok bahkan di depan kelas saat mengajar.Nah, lho, gimana siswa mau patuh coba? Atau kasus lain lagi, nih. Biasanya terjadi di hari senin, saat Upacara Penaikan Bendera berlangsung. Pasti kamu pernah ngeliat guru yang marah-marah kepada siswa yang ribut, atau malah kamu yang jadi pelakunya. Di sisi lain, kamu juga pasti ada ngeliat guru yang asyik ngobrol dengan sesama guru di barisan para guru. Kontradiksi, kan

Lantas kemudian para guru membela diri, bahkan walaupun guru udah taat peraturan, udah kasih contoh yang benar, masih ada aja siswa yang melanggar peraturan. Nah, lho! Gimana lagi tuh coba? Mari kita kembali ke diri kita masing-masing, mungkin cara yang digunakan untuk  memberi pengertian kepada siswa tentang peraturan sekolah masih kurang tepat.

Berkata Kasar

Di poin ketiga ini, Penulis rasa hampir semua dari kita pernah menjumpainya, guru yang suka berkata kasar. Mungkin memang bawaan gurunya yang ngga bisa tahan emosi, tapi diingat lagi salah satu dari empat kompetensi guru, personality atau kepribadian. Guru harus berkepribadian baik yang salah satunya diimplikasikan dengan bertutur lembut dan santun. Jadi ngga ada alasan kalau guru A bebas berkata kasar karena bawaan dari lahir.

Ilustrasi Guru Berkata Kasar
www.pinterest.com
Emang kenapa kalau guru berkata kasar ke siswa? Jelas, siswa akan tersinggung, sakit hati, yang mana nantinya malah menyebabkan hubungan antara guru dan siswa jadi buruk. Dengan berkata kasar juga bisa menyebabkan siswa meniru tindakan tersebut dan menerapkannya ke teman-temannya atau malah ke gurunya. So, untuk Bapak dan Ibu guru yang baik, jaga perkataannya ya!

Sembarangan Memberi Nilai

Pernah ketemu dengan guru yang sembarangan memberikan nilai? Kita sama! Tos dulu! Ahahahaha! Tau, ngga sih, nilai itu berharga lho bagi siswa. Itu semacam gaji atau upah dari hasil kerja kerasnya (yaaaah, meskipun sekarang siswa dimudahkan dengan adanya teknologi). Apalagi ditambah pujian, wah, itu bisa membuat siswa merasa terbang ke angkasa! Namun sayangnya, ada aja guru yang sembarangan memberi nilai, cuma membubuhkan parafnya di tugas siswa.

Ilustrasi Siswa yang Tertekan
http://smpn10-mgl.blogspot.co.id
Siswa yang mendapat guru model begini akan merasa ngga dihargai, kemudian jadi malas untuk mengerjakan tugas. Nah, serem akibatnya, kan? Untuk itu, guru harus memberikan penilaian yang baik dan benar sebagaimana yang tercantum di dalam salah satu kompetensi guru, kompetensi pedagogi. Tapi ingat, yang dilakukan dengan baik dan benar itu penilaiannya, bukan memberikan nilai yang baik dan benar. Kedua hal ini beda arti, lho, ya.

Penulis rasa empat poin ini udah cukup untuk merepresentasikan hal-hal yang seharusnya ngga dilakukan oleh guru di sekolah. Masih ada hal lain, itu pasti. Tapi ngga perlu semua dijabarkan, ngga cukup halamannya. Bisa menghabiskan satu semester lebih untuk nulisnya, hehehehe...

Kamu pernah mengalami hal yang kaya gini juga? Atau malah ada hal yang lebih penting tapi ngga Penulis cantumkan di sini? Itu ada kolom komentar, diisi, gih!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...