Sunday, November 6, 2016

Beberapa Permasalahan Pendidikan Negeri Ini dan Solusinya

Uhuy! Apa kabar?

Kali ini Penulis mau bahas-bahas yang agak berat, nih. #Bloggers' Challenges kali ini temanya adalah 'Masalah Pendidikan di Indonesia beserta Solusinya', paling sedikit 3 masalah. Ini dari Wawa.

Oke, mari kita mulai aja bahasan yang agak berat ini.

Beberapa Permasalahan Pendidikan di Indonesia dan Solusinya

1. Tenaga Didik Kurang Profesional

Pasti kita sudah tau bersama gimana kualitas guru di Indonesia. Memang ga semua guru seperti itu. Tapi dari masa 12 tahun kalian mengenyam pendidikan dasar, pasti ada paling tidak satu guru yang nyeleneh, ga sesuai aturan, dan biasanya guru seperti ini yang malah disukai kebanyakan murid, termasuk Penulis. Ahahahaha...

Lantas, menurut Penulis, gimana solusi untuk masalah pertama ini?

Hmm, ada beberapa solusi yang bisa Penulis ajukan. Pertama, memberikan pelatihan ringan kepada guru.

Pelatihan? Bukannya emang udah ada, ya?

Iya, betul. Pelatihan memang sudah dilaksanakan sejauh ini. Tapi pelatihan-pelatihan itu sifatnya menekan, memaksa. dan suasananya kurang menyenangkan.

Bagaimana Penulis bisa tau?

Yah, kedua orang tua Penulis guru. Jadi sedikit banyak keluh kesah guru Penulis tau lah.

Lantas pelatihan seperti apa yang Penulis maksud?

Nah, dulu waktu semester enam, Penulis pernah ada tugas kelompok yang membahas tentang kualitas guru. Di dalam mengerjakan tugas itu, Penulis dan teman sekelompok Penulis melakukan wawancara terhadap beberapa orang guru. Dan hasilnya adalah mereka mengharapkan agar Pemerintah lebih sering mengadakan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Ga perlu dalam lingkup yang luas. Sekecamatan atau sekelurahan saja cukup. Jadi entah itu seminggu atau dua minggu sekali, guru-guru untuk setiap mata pelajaran berkumpul, membahas permasalahan yang mereka hadapi di kelas, membagi informasi tentang perubahan materi (jika ada), juga para guru bisa berbagi kiat mengajar dengan metode-metode mengajar terbaru. Kegiatan ini diharapkan mampu menyegarkan kembali ingatan guru tentang materi-materi di mata pelajarannya, membantu mengatasi masalah yang dihadapi di kelas, serta memperbarui cara mengajar guru yang itu-itu saja.

2. Siswa Kurang Tata Krama

Iya, siswa di Indonesia saat ini sedang krisis tata krama. Jangankan kepada guru, kepada orang tua sendiripun rasa hormat anak sudah mengkhawatirkan.

Apa solusi yang Penulis sarankan?

Pemberian pendidikan budi pekerti.

Loh? Bukannya kita sudah punya mata pelajaran PKN dan IPS?

Memang di sekolah sudah ada pelajaran PKN dan IPS. Tapi coba kita telisik lebih dalam materi yang diajarkan. Semua berhubungan dengan teori, Menghapal ini itu dan segala macam. Bagaimana dengan praktiknya? Hampir nol. Kurangnya penanaman nilai budi pekerti inilah menjadi salah satu alasan kenapa siswa sekarang miskin tata krama.

Lantas bagaimana pemberian pendidikan budi pekerti yang Penulis maksud?


Penulis agak melirik sistem pendidikan di Jepang. Dikutip dari laman www.ahliartikel.com, disebutkan bahwa sistem pendidikan di Jepang, saat siswa duduk di bangku TK dan SD, mereka tidak dibebani dengan ujian kenaikan kelas. Di samping itu, selain diberikan materi akademik, sekolah juga memberikan pendidikan budi pekerti secara praktik. Jadi sejak TK, murid-murid di Jepang sudah diajarkan bagaimana cara berperilaku yang baik dengan sesama, cara mengantri di tempat umum, cara menggunakan sarana dan prasarana publik yang baik dan benar, dan lain-lain. Kegiatan semacam ini membawa dampak positif bagi para siswa. Mereka diharapkan terbiasa melakukan hal-hal baik sejak kecil sehingga akan terbawa terus hingga mereka dewasa.

3. Mata Pelajaran Kurang Menjurus

Nah, masalah ketiga adalah kurang menjurusnya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Apa dampak dari masalah ini?

Masalah yang timbul adalah siswa sulit untuk menguasai suatu bidang ilmu sehingga kurangnya tenaga profesional.

Pasti sering kita temui teman-teman kita di sekolah yang kurang mampu matematika, tapi sangat hebat dalam hal seni atau olahraga.

Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa seseorang yang tidak mahir matematika itu bodoh. Padahal tidak seperti itu.

Manusia diciptakan dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan tidak semua orang mampu ahli di satu bidang yang sama dengan yang lain.

Bagaimana solusinya?

Masalah ini dapat dipecahkan dengan menjuruskan materi serta sekolah.

Bukannya sudah ada SMK dan semacamnya?

Iya, tapi alangkah lebih baik kalau keberadaannya lebih diperluas.

Jadi, di dalam benak Penulis, Penulis membayangkan kalau sekolah umum itu hanya TK, SD dan SMP saja. Setelah menyelesaikan studi di bangku SMP, siswa diseleksi untuk masuk sekolah kejuruan sesuai dengan bakat dan kemampuan si siswa.

Itu artinya tidak ada SMA lagi?

Iya, Penulis mau SMA ditiadakan.

Tapi, pengganti dari SMA ini adalah SMK yang benar-benar menjurus. Jadi nantinya ada SMK khusus seni, SMK khusus bahasa, SMK khusus IPA, SMK khusus olahraga, dan lain sebagainya. Materi-materi yang diajarkan di sekolah itupun berbeda dengan materi yang sekarang. Materinya terbagi menjadi 2, materi umum dan materi khusus. Materi umum terdiri dari mata pelajaran matematika dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS terpadu. Komposisinya pun hanya 20-30% saja. Sisanya adalah materi khusus sesuai dengan bidang masing-masing.

Apa harapan Penulis dengan sistem seperti ini?

Harapan Penulis adalah nantinya para lulusan SMK tersebut mampu menguasai bidangnya sehingga muncullah bibit-bibit pekerja dan masyarakat yang profesional.

Apakah sekolah tinggi atau universitas masih ada?

Masih. Universitas dan sekolah tinggi tetap diadakan. Penjurusannya pun harus sesuai dengan jurusan siswa saat di SMK.

Jadi, saat SMK siswa dituntut agar ahli dibidang tertentu, saat di bangku Universitas, siswa dituntut untuk lebih memantapkan lagi keahliannya.

Penulis rasa sudah cukup celotehan Penulis untuk tema kali ini.

Bagaimana menurut kalian, setuju dengan Penulis atau punya saran yang lebih baik?

Feel free to give me some comments!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...