Tuesday, March 6, 2018

Guru Paling Berkesan untukku

Haloooooo! Ya ampun udah lama banget rasanya ga posting tulisan untuk BC. Ga dapet kesempatan untuk pegang laptop selama dua bulan belakangan ini. Kalaupun bisa pegang, pikiran ga bisa diajak serius. Tapi alhamdulillah sekarang udah bisa balik lagi.

Di postingan kali ini, topik BC ke- 65, si Hera minta para ABC untuk menceritakan tentang guru yang paling berkesan menurut kami, kesan yang baik, tentu aja. Aku udah nemu beberapa nama sih untuk dimasukkan ke dalam daftar guru yang berkesan. Tapi yang bakal aku cantumkan di sini cuma 3 orang aja. Bukan berarti yang lain ngga berkesan, hanya aja 3 orang ini yang langsung kepikiran.

                         1. Pak De Kijo

Pak De Kijo jadi icon untuk pencarian SMA Negeri 1 Kuala, Langkat
id.geoview.info
Nama asli bapak ini adalah Sukijo, tapi di sekolah lebih akrab dipanggil Pak Kijo. Nah, terus kenapa aku panggil Pak De*? Iya, soalnya Pak De Kijo ini juga guru Ummiku waktu SMP, jadi berasa dekat.

Aku ketemu Pak De Kijo di bangku kelas XI dan XII. Beliau mengampu mata pelajaran biologi karena memang waktu SMA aku memilih jurusan IPA (lalu berkhianat karena lanjut kuliah di jurusan bahasa Inggris, ehehehe).

Yang membuat Pak De Kijo berkesan untukku adalah karena walaupun beliau termasuk guru yang dihormati di sekolah, beliau ngga membuat batas tebal antara guru dan siswa, sehingga kami para siswanya merasa nyaman untuk belajar. Kegiatan belajar mengajar juga menyenangkan karena beliau menyisipkan cerita pengalamannya terdahulu dan juga menganalogikan materi pembelajaran ke dalam contoh kongkrit di kehidupan nyata.

Dulu, waktu lebaran, kami pasti janjian untuk datang mengunjungi rumah Pak De, halal bihalal. Nah, saat di rumah, Pak De Kijo lebih santai lagi dibanding di sekolah. Beliau ngga akan segan duduk di atas tikar bersama kami, sambil bercanda dan mengobrolkan bermacam-macam topik. Bahkan pernah, lho, Pak De memeriksa telapak tangan kami bergantian, mengecek apakah ada penyakit serius yang kami derita. Sayang, sekarang kami udah berpencar kemana-kemana, sulit untuk bisa ngumpul.

2. Pak De Sis

siap-sekolah.com
Lagi-lagi, karena alasan kedekatan, aku juga memanggil guruku ini dengan sebutan Pak De. Nama lengkapnya Siswoyo. Dulu waktu masih bujangan, Pak De Sis ini merupakan partner in crime-nya Abiku. Jadi udah berasa kaya saudara.

Aku diajar Pak De Sis waktu kelas VII, mata pelajaran matematika. Cara mengajar Pak De unik. Kadang beliau mengajar sambil melawak, kadang juga disisipi trik sulap.

Yang paling membekas dari Pak De Sis adalah hukumannya. Jadi, Pak De Sis ini termasuk guru yang berorientasi pada soal latihan. Jadi setiap selesai menjelaskan tentang satu materi, Pak De Sis akan memberikan beberapa butir soal. Yang membedakan Pak De Sis dengan guru lain adalah beliau akan memberikan hukuman untuk kesalahan di setiap butir soal. Jadi kalau ada lima soal dan kami salah semua, maka kami akan di hukum lima kali. Hukumannya apa?

Hukuman dari Pak De cuma 3 jenis kok. Pertama, Pak De Sis akan memukul ujung jari tangan kami yang telah dikerucutkan. Ngga tanggung-tanggung, beliau memukulnya menggunakan penghapus papan tulis. Pada inget kan kalau dulu penghapus papan tulis terbuat dari kayu tebal? Nah, kalau ngga ada penghapus, beliau akan memukul ujung jadi kami dengan penggaris kayu besar. Ini berlaku untuk siswa dan siswi.

Hukuman kedua adalah cubit di leher. Bukan cubit yang sampai meninggalkan bekas biru-biru, kok. Tapi katanya sih sakit juga. Ini hanya berlaku untuk siswi. Terakhir, cubit di dada. Sama seperti cubit di leher, ini juga ngga meninggalkan bekas, tapi sakit. Cubit di dada ini berlaku untuk siswa.

Yang aneh dari hukuman ini adalah kami harus mengatakan ‘Terima kasih, Pak’ setelah beliau menghukum kami. Dan lagi, saat-saat pemberian hukuman (ngomong-ngomong, Pak De Sis menyebut hukuman ini sebagai hadiah) adalah yang paling kami tunggu setelah pengumuman jawaban benar. Kami akan menertawakan teman yang diberi ‘hadiah’. Serius, deh, walaupun ini namanya hukuman, ngga ada satupun dari kami yang ketakutan. Semua senang. Dan aku cukup bersyukur selama satu tahun diajar oleh Pak De Sis, aku cuma pernah sekali dipukul di ujung jari dan sekali dicubit di dada. Yang langganan dihukum, banyaaaaaaaaaaaaak. Ahahahaha!

3. Pak Musa

Guru yang terakhir, namaya Pak Musa. Beliau ini adalah guru seni rupa di kelasku mulai dari kelas X sampai XII. Orangnya berbakat banget. Gambarnya itu rapi dan bagus. Kami jadi mudah meniru jika diberi tugas menggambar. Pak Musa juga termasuk pribadi yang santai, yang penting ngga keterlaluan. Soalnya kalau marah, serem juga. Cukup sekali deh kami dimarahi, walaupun di kemudian hari hal itu jadi bahan bercanda di antara kami.

Yang membuat Pak Musa berkesan bagiku adalah saat kami diminta untuk membuat prakarya sebagai tugas akhir mata pelajaran seni rupa kelas XII. Kami sekelas diminta membuat miniatur dari sterofom. Awalnya Pak Musa memilih rumah sebagai objek, namun karena terlalu rumit, objek miniatur diganti menjadi taman. Jadilah selama dua bulan, beberapa hari dalam seminggu, kami mengerjakan tugas itu bersama-sama sepulang sekolah. Dan yang membuat aku senang adalah saat Pak Musa mempercayakanku untuk menuangkan ide kreatifku tanpa harus meminta izin dari beliau. Pak Musa hanya sesekali mengarahkan dan memberi saran, selebihnya itu buah pikiranku dengan dibantu beberapa teman sekelasku.

Kenapa begitu istimewa? Entahlah, tapi saat itu aku merasa keberadaanku diperhitungkan, suaraku didengar, ideku dihargai. Ada perasaan bangga saat miniatur tersebut selesai dan mendapat apresiasi. Ah, susah diungkapkan dengan kata-kata, deh.


Oke, jadi tiga guru ini yang menurut aku paling berkesan. Kalian gimana, ada cerita tentang guru yang berkesan juga? Bagi-bagi dong!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...