Friday, September 30, 2016

Aku yang Menyebalkan

Postingan ini merupakan bagian dari proyek #Blogger'sChallenge dengan tema '20 Fakta Menyebalkan tentangmu' yang diajukan oleh Dwita Sundari.

Hmm...

Pait, pait, pait.

Mungkin itu yang pertama kali terlontar dari pikiran jahanam Penulis. Setelah mikir keras untuk Challenge sebelumnya dan gagal, kayanya kali ini Penulis juga akan gagal karena ga memenuhi target yang diinginkan.

Ah, udah gagal, banyak cakap lagi!

Oke, mending langsung Penulis paparkan aja hal-hal menyebalkan itu, yaaaaaa!



1. Ga Mau Ngaku Salah

Ini dicetuskan oleh seorang gadis. Berawal dari saking seringnya kami berdebat dan perdebatan nyaris selalu dimenangkan oleh Penulis, muncullah poin pertama ini. Jadi, kata beliau, Penulis itu selalu punya alasan untuk engga disahkan sebagai pihak yang bersalah. Ngelaaaaaaaaak aja terus. Lama kelamaan, si kawan ini pun menyerah.

2. Keras Kepala

Masih dari narasumber yang sama, beliau bilang kalau Penulis adalah orang yang keras kepala. Mau beliau bilang apa juga kalau si Penulis udah teguh sama A, ya, harus A.

3. Sering Sesuka Hati

Nah, untuk yang satu ini, sebenarnya Penulis udah membatasi hanya kepada orang-orang yang pantas dan sanggup untuk di-suka-hati-kan. Jadi kata narasumber ini, Penulis itu ga peduli, mau orang itu ada janji sama orang, kek, mau dia lagi sibuk, kek, kalau Penulis butuh, ya, tinggal datang terus jemput paksa si kawan. Hehehehe....

4. Suka Bohong ke Diri Sendiri

Poin keempat ini tercetus karena menurut si kawan, Penulis ini sering banget menyangkal apa yang sedang terjadi di diri Penulis. Misal, di satu kondisi, Penulis diterpa masalah, di saat yang sama, Penulis juga harus menyelesaikan suatu pekerjaan. Si kawan ini bilang kalau Penulis ini lagi 'setres', tapi Penulis keukeh kalau Penulis ga stres, Penulis baik-baik aja, Penulis kuat. Sebenarnya ada hal positif dari hal ini. Ini tuh semacam motivasi supaya tetap tegar walau badai lagi menerjang luar biasa. Tapi negatifnya adalah, Penulis ngerasa semua bisa dikerjakan sendiri, padahal engga. Ujung-ujungnya kalau udah kacau, baru lah minta tolong orang.

5. Suka Mengulur-ulur Waktu Sholat

Hehe, malu ngejelasinnya. Lanjut ke poin berikutnya aja, ya.

6. Sering Ga Tau Mana Prioritas

Kalau ini, menurut si narasumber, sering terjadi saat Penulis lagi sibuk-sibuknya. Udah taunya dia harus ngerjakan ini, harus ngerjakan itu, tapi kalau ada yang datang minta tolong, terus aja diterima, dan perkerjaannya terbengkalai gitu aja.

7. Terlalu Baik

Ini lanjutan dari poin keenam. Hmm, sebenernya bukan terlalu baik, tapi Penulis ga tega untuk menolak membantu. Segan. Apalagi sama yang ga terlalu kenal. Si kawan ini malah yang jengkel liat Penulis kaya gitu. Jadi, kalau Penulis berani menolak membantu dengan alasan yang mengada-ada, itu tandanya kita udah kenal.

8. Suka Ga Percaya

Selama ini, Penulis ga mau basa basi sama orang. Kalau mau minta tolong, ya, tinggal bilang. Ada maunya ga pake jadi penjilat dulu. Misal, karena mau minta uang lebih supaya bisa beli sepatu baru, jadi rajin di rumah, kamar dirapikan, piring-piring kotor pada dicuci. Padahal biasanya malasnya naudzubillah. Engga, Penulis ga mau jadi penjilat macam itu. Nah, berangkat dari hal itu, Penulis berpikiran kalau ada orang yang tiba-tiba SMS atau chat, Penulis mengambil kesimpulan kalau seseorang itu mau sesuatu. Jadi ada satu masa, si kawan ini tiba-tiba tanya Penulis lagi apa, lagi di mana. Terang aja Penulis mikir yang iya iya. Tapi si kawan ini ngotot kalau dia emang cuma mau tau. Then, none wins the fight. Ahahahaha...

9. Ga Peka

Untuk yang satu ini, sebenarnya masih kontradiksi, sih. Karena sejujurnya, Penulis kadang tau apa maksud kode orang, Penulis kadang tau apa mau orang. Tapi, di sini Penulis enggan untuk mengerti. Bukan sombong, tapi coba pikir begini, deh, Tuhan udah memberikan kita anugerah untuk bisa berkomunikasi. Kenapa engga bilang langsung aja? Kenapa mesti nunggu orang lain paham maksud dari segala tanda-tanda atau sinyal-sinyal yang kamu kasih? Yang capek kamu sendiri, kok.

Tapi namanya manusia, ada celanya juga. Penulis kadang emang ga paham sama kode-kode orang lain. Entah karena kurang bersosialisasi dengan manusia atau apa Penulis juga kurang tau. Jadi ada masanya  Penulis keliatan bodoh karena ga peka sama tanda yang dikasih orang lain.

10. Kurang Bersyukur

Kalau poin ini, Penulis sendiri yang jengkel sama diri Penulis. Apa-apa ada, orang yang peduli, banyak. Tapi gara-gara satu orang aja ga perhatian ke Penulis, Penulis udah uring-uringan, berasa jadi makhluk paling nelangsa di dunia yang fana ini. Ah, entahlah.

11. Menghabiskan Waktu Seabad untuk Makan

Tenang, itu cuma kiasan kok. Tapi maknanya ga jauh beda lah. Jadi, dari dulu, sih, ini sebenarnya, Penulis itu emang lama waktu makan. Makanan itu dikunyaaaaaaaaaaaaah aja, ga ditelan-telan. Udah diledekin juga ga peduli. Hmm, padahal ga selalu kok Penulis makannya lama. Cuma, waktu Penulis makan cepat, orang pada ga notice. Ga jarang kok 10 menit nasi di atas daun pisang udah lenyap (Penulis merupakan anak kost yang makan terbang, jadi ga terbiasa makan pake piring).

12. Terlalu Rapi

Padahal poin ini masuk ke '7 Kebiasaan Baik', ya, kan? Tapi ternyata ada juga yang ZBL bin KZL ke Penulis gara-gara hal ini. Biasanya sih tulisan. Ga ngerti deh sama paradigma orang. Ada gitu, aturan yang bilang 'tulisan cowok mesti berantakan, tulisan cewek mesti rapi'? Ga ada, kan? Tapi beberapa cewek kalau udah liat tulisan tangan Penulis, pasti bilang, "Udah, jadi cewek aja! Tulisan cowok kok rapi kali gini." Ini mah namanya saling KZL, soalnya Penulis juga KZL kalau ada yang bilang gitu ke Penulis.

13. Tidak Bisa Menempatkan Diri

Ini selalu Penulis anggap sepele. Karena biasanya terjadinya juga waktu bercanda. Jadi, Penulis itu, menurut si narasumber, ga pintar untuk mengatur isi percakapan saat berdua dgn percakapan saat di tempat umum. Penulis menyamaratakan percakapan. Jadi si narasumber ga hanya jengkel, tapi juga tersinggung. Mungkin karena Penulis ga peka, kali, ya.

14. Kekanak-kanakan

Hehe, kalau ini, lebih kepada selama ini berkawan dengan yang usianya lebih tua. Di rumah memang ada adek, banyak malah. Tapi sama Umi selalu dimanja. Di kost juga dari dulu jadi yang paling muda, jadi adek-adeknya. Bahkan dalam pergaulan pun gitu, dibanding sama yang sebaya, lebih dekat ke yang lebih tua. Nah, karena itulah sering dianggap manja, kek anak-anak. Dan orang ga suka itu, apalagi di usia 22 sekarang ini.

15. Terlalu Santai

Sejalan dgn poin sebelumnya, poin ini masih dicetuskan oleh narasumber yang sama. Jadi, menurut di kawan, Penulis itu terlalu menggampangkan sesuatu. Santaaaaaaaaaaaaaaii kali. Ga peduli dia tugasnya belum selesai, anteng aja sambil liat temennya keteteran. Terakhir, gilirang dia yang keteteran. Tapi ini jarang terjadi kok. Tetep santai.

Cuma, ya, mungkin emang dasar si kawan ini ga bisa liat orang 'kelelar-keleler', jadi Penulis sering diomeli gara-gara ini. Ihihihihi...

16. Sering 'Nge-kodein' Orang Lain

Penulis agak ga paham waktu si kawan mencetuskan poin ini. Waktu ditanya penjelasan lebih lanjut, si kawan cuma jawab, "It refers more to non-verbal communication, as eye contact and fully meaning hidden smile." Mungkin ini karena Penulis sering kasih gestur aneh, kaya ngangkat sebelah alis. Tapi ini biasanya ga berarti apa-apa selain heran. Cuma menurut si narasumber, lawan bicara bisa mengertikan buruk dari gestur itu. Jadi si kawan suka KZL kalau Penulis udah bikin gestur gitu. Padahal it happens spontaneously. Ga ada perencanaan sebelumnya.

17. Punya Banyak Rahasia

Poin ini, tercetus oleh si narasumber, karena menurutnya Penulis itu kalau cerita, suka ga lengkap. Seperti ada bagian yang hilang atau disembunyikan, dan dia ga suka itu. Dia mikirnya gini, 'gimana aku mau terbuka samamu kalau kau aja ga bisa terbuka samaku?!' Berat, ya? Well, sometimes, it's better to let something unsaid, than tell them and everything's gonna be messy. Penulis pernah cerita ke beberapa orang, but, yeah, you can expect how they react. Sejak saat itu, Penulis mikir, kalau masih mau berteman sama dia, ya, harus pake topeng ini kemana-kemana.

18. Suka Membuat Orang Menunggu Alias Terlambat

Ah, kalau ini, ga tau kenapa, ada aja pengalih perhatian Penulis hampir setiap mau bergerak memenuhi janji sama seseorang. Jadi, ya, gitu, datangnya terlambat, orang yang nunggu KZL.

19. Ga Bisa Sekali Dikasih Tau

Poin ini datang dari Umi. Beberapa pertengkaran di rumah itu dipicu sama hal ini. Jadi, Abi itu KZL kalau Penulis datang terlambat ke mesjid, padahal lagi ga ngapa-ngapain. Ngomel lah itu Umi, jam 12 siang udah teriak-teriak nyuruh mandi. Tapi si Penulis baru bangkit setelah teriakan ketiga atau keempat. Hehehehe...

Haaaiiiiiiih! Penulis susah mikir untuk yang ke-20 itu
apa. Ada saran? Atau ada dari tulisan di atas yang menurut kalian ga sesuai?

20. Cerewet

Poin ini disuruh dimasukin sama di Wawa, supaya lengkap, katanya. Oke, poin ke-dua puluh, Penulis itu cerewet. Cerewet dalam artian, tukang ngomel. Jadi, misalnya, nih, ada kawan yang melakukan kesalahan atau semacamnya, untuk membenarkannya, Penulis ga cukup cuma bilang sekalimat-dua kalimat. Mesti berparagraf-paragraf sampai yang diomeli tumpe-tumpe. Tapi tenang, ini cuma berlaku ke beberapa kawan yang udah dekat atau menerima kalo di-cerewet-in kok. Jadi kalau kamu ga masuk dari dua kategori di atas, kamu ga bakal kena.

Olrait! Ada yang lain lagi atau ada yang kurang tepat? Monggo!

Tentang Moody

Halo pembaca kece! Di postingan kali ini, aku ditantang sama Kak Rina untuk menceritakan tentang tanggapanku terhadap seseorang yang mo...